Banjirembun.com - Nyamuk Wolbachia adalah nyamuk hasil rekayasa laboratorium (bukan rekayasa genetika karena materi gen nyamuk tidak dirubah) yang di dalam tubuhnya telah disisipkan bakteri bernama Wolbachia. Bakteri tersebut hanya hidup dalam tubuh serangga, termasuk salah satunya nyamuk. Di mana, si bakteri enggak mampu bertahan hidup maupun memperbanyak diri di luar organ tubuh inangnya. Dengan kata lain, tanpa berada di sel-sel serangga membuat bakteri tersebut mati. Nah, bakteri itulah yang digadang-gadang amat bermanfaat bagi masyarakat.
Tujuan utama sebuah rekayasa biologis yang dinamakan dengan "nyamuk Wolbachia" yaitu untuk menonaktifkan efektivitas virus demam berdarah, Zika, Chikungunya, demam kuning, maupun malaria di dalam tubuh nyamuk sehingga tidak lagi berpotensi besar menularkan penyakit pada manusia. Selain itu, khusus nyamuk jantan yang telah diberi Wolbachia lantas bereproduksi dengan betina tanpa Wolbachia dapat membikin telur-telurnya tidak menetas. Maksudnya, nyamuk jantan itu menjadi mandul. Alhasil, populasi nyamuk menjadi menurun tajam.
Lebih lanjut, terdapat klaim yang menyatakan metode penyebaran nyamuk Wolbachia jauh lebih efektif dan berbiaya murah ketimbang menggunakan pendekatan konvensional (3M Plus). Sayangnya, banyak mayoritas kalangan masih tergiur dengan kegunaan atau manfaat sesuatu hal tanpa memperhitungkan terlebih dahulu ancaman di baliknya. Padahal, nyatanya sejauh ini metode "tradisional" ketika digalakkan secara serius (kampanye anti nyamuk secara terstruktur, sistematis, dan masif) mampu menekan penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Tulisan ini bukan dibuat untuk propaganda yang mengarah pada tuduhan bahwa penyebaran nyamuk Wolbachia dapat mengancam terjadinya pandemi kedua yang mematikan pasca COVID-19. Bukan pula, bentuk kekhawatiran tentang nyamuk tersebut dapat menyebabkan risiko penyakit radang otak yang terutama rentan terjadi pada anak-anak dan manula (orang sepuh). Malahan yang lebih ekstrim ada konspirasi yang mengatakan nyamuk Wolbachia dapat menyebabkan mandul (menyukseskan program depopulasi), kelainan seks (LGBT), serta penanaman chip nanometer ke dalam darah manusia.
Fokus pembahasan dalam artikel ringan sekarang ini yaitu diskusi kritis terkait dampak buruk nyamuk Wolbachia pada pertahanan Indonesia. Lebih spesifiknya dalam bidang kemiliteran. Khususnya seputar ketahanan personel tentara yang sangat kebal terhadap gigitan nyamuk penyebar malaria maupun demam berdarah. Pernah menonton berita atau video tentang prajurit luar negeri dari kawasan subtropis (utamanya Amerika Serikat) yang sedang latihan bersama di Indonesia terserang penyakit malaria?
Dalam beberapa kasus, infeksi malaria pada anggota TNI tidak memiliki gejala parah. Akan tetapi, bagi prajurit luar negeri saat latihan bersama di hutan belantara mengalami serangan malaria yang menunjukkan tanda-tanda reaksi organ tubuh lemas secara mengenaskan. Maklum saja, nyamuk hanya hidup di wilayah tropis. Untuk kawasan dingin seperti Eropa, Amerika, dan lain-lain keberadaan nyamuk boleh dibilang tidak ada sama sekali. Akibatnya, prajurit dari negara-negara itu tak memiliki kekebalan terhadap malaria ataupun DBD.
Ilustrasi nyamuk demam berdarah yang tubuhnya disisipi bakteri Wolbachia (sumber Pixabay.com/ nuzree) |
Sebelum dilanjutkan, perlu digarisbawahi dulu bahwa maksud istilah "analisis intelijen" di sini ialah hasil pengolahan atas informasi mentah yang berharga dan sesuai dengan keadaan terbaru sehingga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan kebijakan. Dengan demikian, ruang adu gagasan masih sangat terbuka lebar untuk saling melengkapi agar memudahkan dalam mengambil kesimpulan utuh. Dengan begitu, diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi bangsa Indonesia.
Mengapa nyamuk Wolbachia mampu menghancurkan Indonesia? Jawabannya, nyamuk pembawa penyakit Malaria dan DBD sesungguhnya secara tidak langsung sangat menguntungkan bagi pertahanan Indonesia. Di mana, saat negara-negara subtropis menyerang Nusantara bakal menemukan kendala tersendiri yang berwujud ancaman para personil tentaranya terserang penyakit Malaria dan DBD. Tentunya, itu bakal sangat membebani mereka. Percuma saja alat tempur canggih kalau manusianya terserang sakit.
Sebenarnya, sangat banyak orang Indonesia yang digigit nyamuk pembawa kedua penyakit tersebut. Namun, dari sekian besar jumlah gigitan itu "hanya" sebagian yang mampu menyebabkan infeksi atau terserang penyakit. Bahkan, "cuma" sebagian "kecil" berikutnya mengakibatkan kematian. Dengan demikian, boleh dikatakan bahwa masyarakat Bumi Pertiwi cukup kebal. Asalkan, dengan catatan jumlah populasi nyamuk terkendali melalui cara konvensional sehingga jumlahnya tidak membludak yang justru dapat menjadi wabah penyakit.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Analisis Intelijen, Nyamuk Wolbachia Mampu Mengancam Indonesia"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*