Banjirembun.com - Di era digital seperti sekarang ini telah membikin persebaran informasi maupun kabar miring (termasuk hasutan, provokasi, fitnah, hingga motivasi hidup yang "semu/sesat") semakin bertambah merajalela serta tak terbendung. Salah satu akibatnya, makin banyak istri yang terbawa arus mengajukan cerai gugat terhadap suaminya ke hadapan Pengadilan Agama. Tentu, mungkin saja media sosial sekaligus gosip artis di TV juga ikut terlibat dalam meracuni pikiran istri sehingga rela ikut-ikutan memutuskan jadi janda pirang.
Kalau zaman dulu, menjadi janda suatu status yang memalukan. Sebaliknya, sekarang ini pilih menjanda justru suatu kebanggaan. Barangkali, para perempuan tersebut termakan omongan di medsos yang antaranya berupa "Perawan memang menawan, tetapi janda lebih menggoda." Serta jargon-jargon lain yang seolah menjujung tinggi kasta seorang janda. Entahlah, fenomena itu terjadi secara alami atau memang sengaja dibuat-buat sebagai bentuk propaganda agar banyak yang cerai?
Sayangnya, sejumlah emak-emak dan entitas kaum hawa lainnya terlalu buru-buru memvonis dengan ungkapan "Kalau istri yang menggugat cerai berarti yang memiliki kesalahan suaminya sehingga layak dilakukan putus hubungan nikah. Sebaliknya, kalau suami yang melakukan talak cerai langsung dituduh suaminya pasti sudah melakukan pelanggaran ringan yang terus diulang-ulang ataupun pelanggaran berat yang tak termaafkan lagi. Agar bisa bertingkah bebas tanpa sembunyi-sembunyi, alhasil menceraikan istri." Padahal, pihak yang melakukan proses perceraian saja santai tanpa drama. Sedang, penontonnya yang malah bergemuruh.
Itulah yang membuat beberapa suami bersikap pikir-pikir dulu untuk segera menceraikan istrinya. Memilih menahan diri walau sudah begitu tak nyaman lagi untuk mempertahankan bahtera rumah tangga. Tragisnya, dia sebenarnya berkehendak digugat cerai oleh istrinya saja daripada menjadi pihak yang menceraikan. Risikonya lebih minim terkena "fitnah" ketimbang mentalak bininya. Selain itu, tentunya diharapkan istrinya nanti masih punya "harga diri" tatkala mau menikah lagi. Bukankah mengajukan gugat cerai lebih terlihat punya "posisi" tinggi dibanding diceraikan?
Berikut ini alasan suami mentalak istrinya:
1. Istri Tidak Hamil
Faktor wanita memiliki gangguan sehingga sulit atau malah tidak hamil amat banyak. Mulai dari punya penyakit tertentu yang berisiko ketika memaksakan diri tetap hendak hamil, usia sudah uzur, ogah punya anak (termakan kampanye childfree), sampai memiliki trauma psikologis di masa lalu. Diajak untuk mengadopsi anak pun tak mau. Di sisi lain, suaminya sangat kebelet ingin punya momongan. Nah, kalau istri enggak mau dipoligami, apalagi jalan keluarnya selain bercerai?
2. Tidak Berubah Setelah Diberi Kesempatan Berkali-kali
Usia nikah sudah lebih dari 5 tahun. Akan tetapi, kelakuan istri tetap saja enggak mau berubah sesudah dinasehati. Sesekali terlihat mereda tak diulang lagi. Namun, suatu saat berulah kembali yang berakibat menyakitkan hati suami. Kesalahan tersebut bukan sekadar kesalahan fatal seperti perselingkuhan, melakukan tindak pidana (menipu dan mencuri), maupun berhutang dalam jumlah besar tanpa sepengetahuan suami. Melainkan pula, hal-hal yang terlihat sepele tetapi terus saja diulang-ulang yang menyebabkan harga diri suami jatuh.
|
Ilustrasi istri menceraikan suami (Sumber Pixabay.com/ Mohamed_hassan) |
3. Hubungan Antar Keluarga Enggak "Terkoneksi"
Hubungan mantu dengan mertua, saudara ipar, dan kerabat dekat di antara pihak suami dengan istri semestinya terjadi secara lancar. Salah satu saja hubungan tersebut mengalami kendala bakal menjadi ganjalan tersendiri. Lagi pula, patut dicurigai di balik "keganjilan" itu apakah ada sesuatu yang disembunyikan?
4. Sudah Tidak Ada Komitmen Jangka Panjang
Menikah merupakan ibadah terlama, yang malahan bisa sampai menua renta lalu meninggal dunia. Jika suatu hubungan nikah sudah enggak terdapat lagi komitmen dalam jangka panjang maka boleh diartikan relasi seperti itu tidak sehat lagi untuk dipertahankan. Salah satu wujud nyata adanya komitmen yaitu pihak istri tidak mengekang atau membatasi kreativitas dan produktivitas suami.
5. Suami Gagal Bahagia Bersama Istri
Salah satu alasan seseorang menikah ialah untuk mendapatkan bahagia dengan cara hidup damai, tenang, aman, nyaman, hingga terjaga kehormatannya bersama dengan insan pilihan hati sehingga mampu melupakan kenangan traumatis di masa lalu hidupnya. Sayangnya, setelah menikah impian alias harapan seperti itu nyatanya tak terwujud. Bukannya, bahagia yang diperoleh. Akan tetapi, sebuah tekanan batin yang berlarut-larut.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Penyebab Suami Menceraikan Istrinya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*