Banjirembun.com - Tidak menyukai ada sesama Muslim yang rukun, bersatu, dan saling menolong merupakan ciri pribadi yang berakhlak buruk. Lebih detail, dia punya sifat hasad (iri atau dengki). Setidaknya, kelakuannya merupakan sebuah bentuk ketidaksukaan/kebencian kepada sesama Muslim lantaran dengan bersatunya saudara seislam itu membikin urusan duniawi atau nafsunya jadi terganjal. Baik terhalangi secara langsung maupun dengan tidak langsung.
Sebaliknya, tatkala terdapat individu yang senang atau gembira melihat sesama Muslim sedang bertengkar (bermusuhan secara terbuka) juga sama saja sangat menjijikkan seperti di atas. Yakni, hukumnya haram dan berdosa. Terlebih lagi, berbuat lebih agresif yaitu berupa mengadu domba di antara mereka sehingga satu sama lain berbuah tidak akur. Kok ada manusia serendah, sehina, atau sekotor itu?
Berita jelek apapun terkait Umat Islam, baik itu perorangan maupun komunitas, wajib untuk disimpan rapat. Dilarang keras "bertepuk tangan" melihat sesama Muslim yang berseteru. Kemudian, penuh semangat menyebarluaskan berita negatif tersebut di dunia nyata serta dunia maya. Bukankah sudah tahu bahwa perseteruan merupakan aib (hal yang memalukan)? Lagi pula, siapa pun yang dilanda konflik sama artinya sedang tertimpa musibah.
Perlu disadari, urusan salah/dosa antara hamba kepada Allah Subhanahu wa ta'ala masih berpeluang besar untuk diampuni dengan cara istighfar maupun bertaubat nasuha. Adapun, kesalahan/kebatilan/kezaliman terhadap sesama insan (baik itu beragama Islam maupun yang kafir) untuk mendapatkan ampunan dari-Nya tak semudah itu. Wajib dituntaskan dulu sampai pihak yang dizalimi benar-benar sudah ridho.
|
Ilustrasi domba yang siap untuk diadu (sumber Pexels.com/ Frank Cone) |
Ingatlah, balasan/azab akibat perbuatan di atas enggak sekadar diterima di akhirat. Namun, di waktu hidup di dunia para pelakunya pasti memperoleh hukuman. Kerugian dan kerusakan yang diterima perilaku mungkin pola atau wujudnya tak sama dengan penderitaan yang dialami oleh korban kezalimannya. Akan tetapi, kepedihan hati yang dirasakan barangkali setara atau malah jauh lebih mengerikan lagi.
Maksudnya, guna memperoleh ampunan-Nya masih diperlukan tindakan nyata dalam bentuk meminta maaf secara spesifik terkait kesalahan apa yang telah diperbuat padanya. Bukan cuma berucap "Mohon maaf lahir batin" saat hari Raya Idul Fitri tiba. Enak betul seperti itu. Perbuatan menyakitkan darinya begitu gampang dihapus setahun sekali hanya melalui chat template, chat stiker, gambar meme, atau copy-paste.
Kalau memang tulus dan serius ingin meminta maaf, tetapi malu ataupun lupa untuk mengungkapkan kesalahan secara rinci, semestinya ucapkan "Mohon maaf segala salah saya padamu, kalau memang ada sesuatu urusan yang wajib saya lakukan terhadapmu silakan sampaikan. Akan saya upayakan agar kamu menjadi ridho untuk memberikan maaf atas semua kesalahan yang pernah aku lakukan padamu."
Berbeda, Tapi Jangan Berujung Melunturkan Rasa Sayang pada Sesama Muslim
Perbedaan suku, ras, taraf ekonomi, pilihan politik, asal-usul, atau semacamnya sungguh tidak patut menjadikan hubungan sesama Muslim menjadi renggang. Kalaupun memang akhlaknya buruk atau penyebab lain yang berakibat sulit menyatu, janganlah membenci/memusuhi entitasnya (pelaku atau atiribut/simbol yang lekat padanya) tetapi hindarilah sifat buruknya. Artinya, kalau pun menjauhi, sejatinya yang ditinggalkan yaitu dampak kemadharatan darinya.
Orang yang bergembira secara terang-terangan melihat sesama Muslim bertengkar maupun mengadu domba di antara mereka merupakan jenis perilaku yang merendahkan dan menjatuhkan kehormatannya. Justru, bisa jadi orang yang kelihatannya bertengkar itulah yang mendapat rahmat-Nya. Sedangkan, orang yang bergembira di tengah kesusahan orang lain yang hakikatnya terkena musibah. Hal yang pasti, musibah itu berwujud ketidakridhoan Allah atas akhlak buruknya.
Ketidaksepakatan tentang urusan atau masalah oleh sesama Muslim, hendaklah jangan menjadi sebab lunturnya rasa kasih sayang di antara mereka. Pertentangan serta perselisihan dalam bidang apapun (selama bukan masalah pokok/inti agama Islam seperti aqidah dan tauhid) bukan jadi alasan untuk menyingkir alias mengucilkan diri dari mayoritas golongan Umat Islam. Begitu pula, cegah diri menampik atau menolak segala kebaikan apapun yang berasal dari sesama Muslim.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Senang Melihat Sesama Muslim Bertengkar Hukumnya Haram dan Berdosa, Apalagi Mengadu Domba di Antara Mereka"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*