Banjirembun.com - Ini bukanlah kisah pribadi yang gue alami sendiri. Melainkan cerita yang berasal dari ibu kandung teman kerja gue di Kota Malang. Di mana, sebenarnya keluarga teman gue itu termasuk golongan ekonomi menengah. Enggak miskin, tetapi juga bukan orang kaya banget. Mereka tinggal di sebuah perubahan cukup ternama. Punya dua mobil dan ukuran rumahnya seluas 100-an meter persegi.
Aktivitas rutin mamah dari teman gue di atas merupakan ibu rumah tangga. Sebetulnya, enggak terlalu banyak kegiatan sih di rumahnya. Sebab, keluarganya memiliki ART (Asisten Rumah Tangga) yang bisa dibilang kerja 24 jam karena disediakan kamar untuk menginap. Di sisi lain, ayah dari teman gue tersebut orangnya sibuk banget. Entah berdinas, kerja kantoran, atau punya bisnis gue tak tahu.
Keluarga teman gue itu tergolong orang yang belum kenal agama secara mendalam. Meski teman dan ibunya mengenakan jilbab layaknya Muslimah umumnya, nyatanya mereka hanya ikut-ikutan. Demi menghormati kerabat, tetangga, dan teman pergaulan. Bahkan, di momen dan lokasi tertentu mereka kadang tidak sungkan membuka jilbab. Bisa dikatakan, belum istiqomah lantaran masih angin-anginan.
Singkat cerita, pada akhir tahun 2020 tahun yang lalu. Ibu teman gue mengenal aplikasi judi slot online. Saat itu, dia hanya iseng mengisi waktu luang dengan cara melakukan permainan bertaruh uang secara online. Entah kenapa, di kala awal tahun pertama pandemi melanda, situs/aplikasi judi slot online mendadak populer. Bukan cuma digemari pada kalangan kaum adam, tak berpendidikan, dan orang miskin.
Kaum hawa, sarjana, dan orang kaya juga tak sedikit yang terjerat sehingga tergoda 'mengadu nasib' melalui langkah berjudi online. Barangkali, disebabkan waktu itu banyak orang yang merasa hampa ketika dipaksa harus tetap di rumah saja sehingga berujung bosan. Mereka butuh sesuatu yang menantang sekaligus dianggap berpeluang menguntungkan. Selain bermain trading (salah satunya main saham), jalan yang dipilih yaitu berupa judi online.
Awalnya Untung, Lama-lama Buntung
Ibu teman gue punya cukup banyak aset investasi berupa deposito (dengan nilai tabungan tembus 300 juta dengan alasan daripada uangnya menganggur akibat pandemi akhirnya didepositokan), emas batang, dan tanah. Bukan sekadar itu, ia juga memiliki duit cash maupun tabungan non deposito di beberapa bank negara maupun swasta. Tentu, uang "recehan" yang tersimpan di berbagai aplikasi ojek online maupun marketplace juga tak bisa dibilang sedikit.
Awalnya, dia mengisi waktu luang dengan cara berselancar di internet dengan tujuan mayoritasnya hendak cari hiburan. Makin lama menikmati akses internet semakin sering secara "tak sengaja" menonton iklan aplikasi judi online. Tampak seperti game biasa saja, tetapi semakin kerap ditonton iklan video itu dengan berulang kali (di waktu dan tempat tayang iklan yang berbeda) ternyata menjanjikan imbalan uang bagi pemenangnya.
Bukan cuma dari iklan, jauh hari sebelum itu dia juga sudah pernah mendengar informasi tentang perjudian online dari beberapa emak-emak sosialita yang merupakan teman dia kumpul di komunitas "gak jelas." Tatkala itu, dia sebenarnya belum tertarik untuk ikut-ikutan berjudi dalam jaringan. Alasannya, sebagai emak-emak gaul, dia punya kenalan banyak. Alhasil, jadwal sehari-hari sangatlah berdurasi amat padat.
Nahasnya, dia menyembunyikan tentang keputusan untuk memulai bermain judi slot online dari suaminya. Kala itu, ibu teman gue tersebut mengira suami tak perlu tahu. Lagian, dia yakin betul bakal bisa mengendalikan diri saat memainkan pertaruhan duit secara online itu. Saking begitu percaya dirinya dia langsung memasang uang taruhan sebesar 1,5 juta. Baginya uang segitu memang enggak ada apa-apa. Ketika gagal/kalah dianggap saja lagi apes. Setelah itu baru kapok.
Tak dinyana berangkat dari setor dengan nilai segede itu, dalam seharian dia mendapatkan Rp 21 juta. Sekaya apapun orang, kalau dapat uang banyak secara gampang tanpa kerja keras maupun memutar otak, tentunya bikin mata hijau. Dia mengira dirinya mujur, beruntung, atau punya nasib baik. Bukannya merasa puas dan berhenti judi, justru sifat rakus (serakah) membuat dia menjadi penasaran untuk meraup untung lebih besar.
Ilustrasi mesin judi slot manual (sumber Pexels.com/ Darya Sannikova) |
Esok harinya, dia tambah berani bertaruh nasib. Dia sudah mematok batas "taruhan" judi slot online tak melebihi 10 juta. Di benaknya, andai uang segitu hangus akibat kalah, masih tersisa 11 juta. Dalam seharian, dia bermain judi slot online beberapa kali. Dari sekian kali main, dia mengalami beberapa kalah dan sesekali menang. Benar saja, akhirnya uang 10 juta yang disetor ludes. Bukan untung yang didapat, tetapi buntung.
Selanjutnya, kegiatan sehari-hari dipenuhi dengan main slot online. Bangun tidur yang dibuka langsung aplikasi slot. Mau tidur sebelum berangkat di atas kasur yang dimainkan slot. Sembari ngobrol dengan anak dan suami masih menyempatkan main slot. Parahnya lagi, di dalam toilet pun masih pegang HP untuk main judi slot online. Di mana, pada waktu itu aplikasi judi seolah masih boleh nongol di toko aplikasi sehingga bisa diinstall pada HP oleh siapa pun.
Di hari-hari berikutnya, bukan malah taubat, dia menjadi bertambah ketagihan untuk terus memainkan aplikasi judi slot online. Hari-hari yang dilalui kebanyakan diisi dengan berjudi. Beberapa kali setor duit gede, nyatanya kemenangan yang diperoleh tidak seimbang. Jangankan melebihi 10 juta, mendapat 5 juta saja jarang sekali. Bila dipresentasekan maka perolehannya 80% kalah dan 20% menang. Itu bukan nilai uang yang didapat, tapi peluang kemenangan yang dialaminya.
Walau mungkin menyadari peluang kemenangan sangat kecil, nyatanya dia enggan berhenti. Hampir separuh uang tabungan di dompet digital (uang elektronik) yang angkanya puluhan juta sungguh nekat dipertaruhkan. Ternyata dalam beberapa pekan berujung tetap rugi alias kalah. Namun, akal warasnya sudah hilang. Dia sudah tidak lagi menjadi orang perhitungan dan punya perencanaan finansial seperti dulu kala.
Pendek cerita, beberapa bulan (hampir setahun) sesudahnya semua aset miliknya berupa deposito (yang ditarik "paksa" sehingga dikenai potongan) maupun emas batangan habis tanpa sisa. Untungnya, aset berupa tanah dan mobil mewah tidak terjual. Sebab, demi bisa menggadaikan maupun menjualnya butuh keterlibatan suaminya. Seketika itu, dia baru sadar telah kehilangan aset serta uang cash yang sebelumnya telah disimpan rapat.
Ibu teman gue baru benar-benar berhenti judi online tatkala sudah tak punya uang maupun aset lagi untuk "bebas" dijual tanpa perlu izin suami dulu. Entah, nanti di kala kekayaan pribadi balik kembali apakah bakal mau balik bermain judi slot online? Malangnya, kini rumah tangga teman gue itu diujung tanduk. Terancam hancur berantakan. Suaminya sudah memboikot (pisah ranjang) sejak lama. Kabarnya, dalam waktu cepat mereka bakal bercerai.
Itulah kisah curahan hati yang diceritakan oleh teman gue terkait ulah ibunya yang berujung pada kemalangan nasibnya. Tanpa mengabaikan rasa empati terhadap teman gue itu, semoga cerita ini dapat dijadikan pelajaran bagi pembaca sekalian.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Curahan Hati, Gara-gara Judi Slot Online Kehidupan Ibu Rumah Tangga Jadi Hancur Berantakan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*