Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Subhanallah, Mungkin Pekerjaan yang Sedang Gisel Jalani Sebagian Memang Jatah Rezeki Orang Tua dan Adik-adik Tercinta

Banjirembun.com - Gisel sangat mengimani tentang kaidah "Kalau sudah rezeki pasti bakal datang walaupun itu faktanya dicegah, dipersulit, atau dihalangi oleh makhluk yang super kuat." Begitu pula meyakini  bahwa "Uang, harta, atau apapun yang sudah dikuasai (berada di tangan) kalau bukan rezeki niscaya bakal pergi dan tak sempat dinikmati karena ditinggal mati." Pendek kata, rezeki bagian takdir yang telah ditetapkan-Nya.


Rezeki banyak sekali wujudnya. Ada yang berupa materi, tetapi ada juga yang berbentuk non fisik. Badan sehat, keluarga utuh bahagia, mencapai prestasi tertentu, memperoleh ketenangan batin, mendapat kebahagiaan, punya teman berakhlak mulia, bertetangga dengan orang tepat, dilamar pria yang sesuai pilihan hati, dan menerima kabar gembira merupakan sebuah rezeki.


Pernah dengar ada ungkapan "Alhamdulillah, ini rezeki bayi." Maksud perkataan tersebut yaitu uang/harta yang diterimanya bakal dinikmati atau dipakai oleh si bayi. Artinya, rezeki itu hanya lewat saja melalui perantara orang tua atau keluarga dari bayi. Pada akhirnya uang itu dirubah menjadi susu, selimut, pakaian, popok, mainan, atau perlengkapan bayi lainnya.


Dengan demikian, patut disadari suatu rezeki diperoleh enggak mesti melalui bekerja maupun bersusah payah dahulu. Kenyataan itu sudah banyak buktinya. Sebut saja meliputi pengemis yang tinggal "menodongkan" tangan dalam sehari sanggup memperoleh duit ratusan ribu, tiba-tiba memperoleh hantaran dari kerabat, menerima hibah/warisan, ditraktir makan, diajak jalan-jalan gratis, dan lain sebagainya.


Nah, dalam konteks cerita yang mengandung curhat yang Gisel tulis ini, juga ada keterkaitannya dengan penjelasan di atas. Di mana, keadaan pintu rezeki Gisel sedang terbuka lebar. Namun, penerima rezekinya bukan cuma Gisel. Melainkan orang tua dan adik-adik tercinta di kampung halaman sana. Mereka juga meraih tambahan rezeki melimpah melalui hasil kerja keras Gisel di perantauan Kota Malang ini.


Tak perlu Gisel perinci lebih mendalam. Takutnya nanti justru menimbulkan prasangka buruk dari pembaca. Lebih parahnya, Gisel menjadi takabur dan ujub sehingga berujung pada riya'. Hal terpenting yang hendak Gisel paparkan ialah hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tentang konsep sumber rezeki. Terkadang tidak disadari oleh penerimanya. Bahkan, dianggap bukan termasuk bagian rezeki.


Jadi begini, terdapat hadits dalam Sunan At Tirmidzi no. 2345 yang menunjukkan tentang keutamaan menafkahi penuntut ilmu syar’i. Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, ia berkata:

كان أخوانِ على عهدِ رسولِ اللهِ – صلَّى اللهُ عليهِ وعلى آلِه وصَحبِه وسلَّمَ – فكان أحدُهما يأتِي النبيَّ – صلَّى اللهُ عليهِ وعلى آلِه وصَحبِه وسلَّمَ – والآخرُ يحترفُ . فشكا المحترفُ أخاه إلى النبيِّ – صلَّى اللهُ عليهِ وعلى آلِه وصَحبِه وسلَّمَ – فقال : لعلَّك تُرزَقُ به

Ada dua orang bersaudara di zaman Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam. Yang satu biasa datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (untuk menuntut ilmu syar’i), sedangkan yang satunya lagi bekerja. Maka orang yang bekerja ini mengeluh kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang saudaranya (yang menuntut ilmu). Beliau pun bersabda, “Bisa jadi kamu diberi rezeki (oleh Allah) karena sebab ia (saudaramu yang menuntut ilmu agama)”


Membaca terjemahan hadist di atas langsung membikin Gisel meneteskan air mata. Gisel seketika sadar dan memperoleh pencerahan. Ternyata, kiriman uang ke kampung halaman yang sebagian besar dipakai untuk biaya sekolah adik-adik tercinta, di lembaga Pondok Pesantren maupun pendidikan umum, memang menjadi jatah rezeki mereka. Itu hak mereka sebagai penuntut ilmu. Apalagi, usia mereka masih belia.


Boleh jadi, rezeki yang Gisel terima juga gara-gara (asbab) mereka yang rajin menuntut ilmu. Gisel menyesal, selama ini terlalu sombong, seolah Gisel yang telah menghidupi mereka semua. Sekarang malah terbalik, Gisel yang merasa "dihidupi" oleh mereka. Kalau tak ada mereka, barangkali urusan pekerjaan Gisel di sini tidak dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Diimbuhi, pendapatan uang Gisel nyatanya makin bertambah.

Ilustrasi keran rezeki yang terus mengalir (sumber Pixabay)

Mungkin, status Gisel tak lebih dari sekadar keran pengalir "air" rezeki bagi keluarga di kampung halaman sana. Betapa melampaui batas ketika Gisel yang hanya berfungsi sebagai keran (perantara), menganggap air itu kepunyaan sendiri. Bagaimana nanti tatkala Allah Yang Maha Agung mematikan air ataupun memindahkan keran. Akibatnya, keran dari Gisel mengalami penurunan tingkat kederasan atau malahan mati total.


Semoga uang yang Gisel berikan kepada mereka benar-benar berkah. Kini Gisel sadar betul, apa-apa yang sudah Gisel dapatkan di sini bukan lantaran pekerjaan yang Gisel tekuni. Akan tetapi, faktor X yang sulit untuk dijelaskan secara detail serta mendalam. Oleh sebab itu, Gisel bertekat enggak bakal mengungkit-ungkit pemberian tersebut. Mohon doanya.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Subhanallah, Mungkin Pekerjaan yang Sedang Gisel Jalani Sebagian Memang Jatah Rezeki Orang Tua dan Adik-adik Tercinta"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*