Banjirembun.com - Dalam bersosialisasi, lebih spesifiknya berkomunikasi, tak segampang yang dikira. Sebab, terkadang sesuatu hal yang dilakukan dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda oleh para penerima (yang melihat, mendengar, dan menyentuh). Bahkan, sudah bersikap diam dan berupaya tak "memunculkan" sesuatu yang berasal dari diri sendiri secara mencolok pun dapat dimaknai negatif oleh orang tertentu.
Jangankan berbicara lintas negara maupun antar provinsi. Malahan, antara kota saja terkadang memiliki keunikan tersendiri dalam interaksi sosial. Misalnya, menurut warga Surabaya dan sekitaranya, ungkapan dancok sangat lumrah dilontarkan tanpa menimbulkan persepsi negatif bagi sesama. Namun, bagi daerah Kediri, istilah tersebut dirasa kasar serta tabu, walau kata dancok dituturkan secara santun sekalipun.
Nah, dalam konteks tulisan ini juga dikatakan hampir mirip-mirip. Di mana, menurut sebagian masyarakat barat mengacungkan jari tengah merupakan simbol keakraban. Diterapkan sembari bergurau atau main-main. Bahkan, hal tersebut dapat diartikan sebagai wujud komunikasi yang paling intim. Contohnya, perilaku musisi barat saat di panggung yang menyapa para penggemarnya dengan mengacungkan jari tengah.
Akan tetapi, bagi kalangan sisi dunia sebelah timur sikap menjulurkan jari tengah merupakan tanda penghinaan ataupun pelecehan seksual. Dinilai sebagai tindakan yang tak senonoh yang berakibat menjatuhkan/merendahkan harga diri orang yang "menerima" acungan jari tengah. Salah satu alasannya, pengacungan jari tengah dapat menggambarkan sebuah bentuk testis (buang zakar) serta penis (batang).
|
Ilustrasi mengacungkan jari tengah (sumber foto koleksi pribadi) |
Lebih rinci, bagian jari tengahnya disamakan dengan batang. Sedangkan, jari telunjuk dan jari manis diibaratkan sebagai buah zakar yang terletak di bawah serta kiri-kanan batang. Makin parah lagi, jari tengah umumnya dihubungkan sebagai perbuatan mengorek atau mencolok lubang kewanitaan. Baik dilakukan oleh pihak wanita sendiri yang disebut masturbasi maupun oleh laki-laki kepada wanita yang sedang jadi pasangan senggama.
Tak dapat dipungkiri, mengacungkan jari tengah menjadi wujud intimidasi yang paling sadis serta menyakitkan hati. Barangkali, individu yang reflek mengacungkan jari tengah sudah teramat marah dalam level puncak yang tak dapat dibendung lagi. Kemurkaan yang sudah enggak bisa lagi diungkapan dengan kata-kata. Akhirnya, langkah yang ditempuh cukup sederhana tapi sungguh efektif dalam menjatuhkan mental pihak yang menerimanya.
Kendati demikian, harus diakui bahwa sebagian dari orang barat masih terdapat yang menganggap sebuah isyarat mengacungkan jari tengah teramat identik dengan perbuatan buruk. Diumpamakan seperti sebuah umpatan yang tidak menghargai harkat dan martabat orang lain. Apapun alasan, tujuan, maupun dalihnya tetaplah tak elok diterapkan terhadap siapapun. Termasuk kepada sahabat karib sekalipun.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Alasan Mengacungkan Jari Tengah Disebut sebagai Perbuatan Tabu"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*