Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Ya Allah, Amal Apalagi yang Hamba Punya Ketika yang Tersembunyi Pun Engkau Tampakkan Kembali

Banjirembun.com - Dulu saya pernah melakukan perbuatan yang sebenarnya berkategori biasa saja. Bukan perilaku yang sulit maupun membebani untuk diterapkan. Apalagi, umumnya orang lain juga kerap melakukan. Yakni, berupa menjenguk teman sakit di pusat kesehatan yang pada waktu itu merupakan sebuah klinik. Tepatnya bernama Klinik Rawat Inap Jimbun Medika di Kabupaten Kediri.


Saat itu, saya sengaja ingin menjenguk teman laki-laki yang sebenarnya tidak terlalu akrab. Sebab, memang kita jarang mengobrol. Kendati, begitu ada beberapa peristiwa yang membuat saya amat berkesan tatkala bersama beliau. Salah satunya yaitu pertemuan pertama kali dengan beliau secara tak sengaja di gedung Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya.


Kala itu, saya mengemban perintah dari orang tua untuk mencari kepastian terkait pendaftaran/penerimaan mahasiswa baru di kampus yang dekat dengan bandara Juanda tersebut. Nah ketika hendak pulang, saya tergerak guna bertanya-tanya pada beliau yang sembari duduk di kursi teras gedung. Saya mau mengulik terkait bagaimana kuliah di sana, yang tentunya pula kenalan dulu secara kilat.


Ternyata, beliau lulusan S1 al Azhar negeri Mesir. Beliau berada di sana lantaran sedang proses penuntasan studi S2 di UIN Surabaya. Hal mengejutkan lagi, rumah beliau di sekitaran Desa Pule Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri yang tak jauh dari kampung halaman saya. Meski obrolan kita terbilang ringkas, nyatanya cukup mendalam sehingga barangkali membikin saya sulit lupa.


Entah bagaimana ceritanya, singkat cerita saya dengan beliau akhirnya dipersatukan dalam naungan lembaga pengabdian yang sama. Sejujurnya waktu itu saya lupa dengan beliau. Maklum, saya orangnya memang pelupa. Akan tetapi, setelah mengobrol sedikit, sudah mampu menjadikan saya ingat kembali. Saya pun meyakinkan diri dengan bertanya pada beliau yang mengutarakan "benar."


Pendek kisah, beliau jatuh sakit. Dirawat inap di klinik yang saya sebutkan di atas. Dengan penuh kemantapan hati, saya punya keteguhan untuk menjenguk beliau. Saya memang tulus ingin menjenguk dan memberi bingkisan yang saya beli di pusat belanja yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari sana. Saya berangkat sendirian karena tak ada teman, yang juga menjadi teman beliau, yang domisilinya dekat.


Tatkala masuk ruangan kamar inap, betapa kagetanya saya. Banyak "tamu" yang menjenguk beliau. Mereka sepertinya jamaah keislaman dan yang lainnya mungkin tetangga beliau. Sangat banyak yang menjenguk. Sebagian di antara mereka sungkem (mencium tangan beliau yang sedang berbaring) ketika baru datang maupun pamitan. Padahal, beberapa dari mereka usianya terpaut jauh dari beliau.


Saya waktu itu cuma diam saja. Terperangah melihat banyaknya insan yang menghormati beliau. Tidak berani bicara apa-apa. Selain karena beliau sakit, alhasil mesti minim berbicara, juga disebabkan terkagum pada sikap para penjenguk. Dalam hati saya membatin "Ya Allah, ternyata yang saya jenguk ialah individu yang disenangi oleh masyarakat. Sosok yang dikagumi banyak orang." Saya minder.


Alhamdulillah, hamba telah Engkau izinkan bersedekah terhadap orang yang disukai oleh para hamba-Mu. Namun, kenapa sekarang Engkau membuka kembali ingatan amal "receh" hamba tersebut? Amal apalagi yang hamba punya ketika yang sudah tersembunyi rapat pun Engkau tampakkan kembali? Hamba berharap amal tersebut merupakan amal yang Engkau terima.


Ketulusan Hati Saya Dibalas "Berlebih" oleh Beliau

Jadi, beberapa bulan sesudah kejadian pada klinik di atas, saya ada niat ingin melamar pekerjaan di suatu lembaga. Saya tak tahu kalau di sana juga ada beliau. Seusai tes tulis dan wawancara, saya diajak teman saya (yang juga teman beliau) menuju ke kantor lembaga yang menjadi tujuan melamar kerja. Saya dengan teman saya itu, dipertemukan dengan sebagian jajaran pegawai kantor di sana.

Ilustrasi timbangan amal, lebih banyak pahalanya atau malah berdosa? (pexels.com/ Ekaterina Bolovtsova)

Entah bagaimana, kok tiba-tiba beliau mengajak saya beserta teman saya yang satunya ke sana? Apakah itu ada kaitannya dengan perbuatan saya yang menjenguk disertai membawa bingkisan? Saya yakin jawabannya adalah iya. Pada waktu itu, saya belum menyadari itu. Barulah "paham" setelah saya dipertemukan lagi dengan beliau di media sosial Facebook. Di mana, saya sering melihat beliau update status berupa foto dan video bersama dengan jamaah.


Setiap kali saya melihat beliau beraktivitas di medsos, saya kerap teringat dengan kegiatan menjenguk itu. Padahal, saya ingin melupakan amal tersebut. Supaya saya ikhlas dan mendapat pahala melimpah asbab darinya. Nyatanya, untuk hal-hal tertentu (tidak cuma kenangan traumatis) sangat sulit membuat saya lupa. Itulah yang membuat saya khawatir. 


Apakah kelak di akhirat amalan-amalan baik yang saya lakukan berpahala?





Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ya Allah, Amal Apalagi yang Hamba Punya Ketika yang Tersembunyi Pun Engkau Tampakkan Kembali"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*