Banjirembun.com - Sejumlah agama besar bisa bertahan sampai sekarang gara-gara terdapat tulisan yang dikultuskan. Tidak lain dan tak bukan yaitu Kitab Suci. Terbukti, banyak agama alias kepercayaan yang dipeluk oleh manusia terdahulu telah punah atau lenyap dari muka bumi "gara-gara" nilai-nilai ajarannya tak ditulis. Cuma mengandalkan lisan dan hafalan dalam menyampaikan "pesan" (wahyu) yang dijadikan pedoman hidup mereka.
Kisah-kisah tentang nenek moyang terdahulu pun, dapat diketahui oleh insan zaman sekarang salah satunya gara-gara terekam dalam bentuk tulisan kuno. Baik itu dalam wujud prasasti, relief, pelepah pohon, daun, batu, tulang, ataupun tulisan pada lembaran kulit hewan. Sebagian aksara yang terabadikan tersebut dapat terbaca dan dipahami hingga masa kini. Bahkan, menjadi barang yang berharga secara finansial maupun keilmuan.
Dari sini dapat dipahami bahwa tradisi lisan (hafalan, bercerita, sampai bersyair tanpa teks) saja belum cukup untuk menjaga serta mengembangkan peradaban dunia. Masih diperlukan sebuah pencatatan, baik secara manual (pena, cetak, atau ukir lalu diperbanyak) maupun elektronik (mengetik menggunakan laptop atau HP lalu disimpan dalam jaringan). Artinya, rekaman video dari penjelasan sebuah pembicaraan pun belum cukup. Masih butuh menulisnya.
Sampai kapan pun, menulis (beserta karya tulis) sangatlah penting. Sebab, membaca tulisan merupakan ciri khas yang tak dapat terpisahkan dari kegiatan para ilmuwan umum maupun ilmuwan agama (ulama). Sungguh omong kosong, tatkala para penjaga dan pengembang ilmu pengetahuan tersebut hanya mengandalkan diskusi serta berbicara bersama. Apalagi, sekadar menonton video yang terkait bidang ilmunya. Hal itu, sangat tidak memadai. Keilmuannya bersifat dangkal.
Bagaimanapun, orang yang ingin menulis mesti disertai banyak membaca. Nah, para orator (ahli bicara atau pakar komunikasi) semestinya banyak membaca. Kalau terlalu mengandalkan kemahiran mengolah kata dan keunggulan dalam mencari perhatian para pendengarnya, pasti apa yang dibicarakan bukan sesuatu yang penting (substansial). Malahan, isinya cuma humor serta kata-kata yang tendensius. Terpenting pendengar senang, entah paham atau tidak urusan belakang.
Menjadi Manusia Bermanfaat Melalui Tulisan
Karya tulis yang bagus sangat berpotensi bakal terkenang hingga puluhan tahun, barangkali ratusan tahun. Sebaliknya, kata-kata dari lisan yang tak dituliskan (baik ditulis oleh pengucap sendiri maupun ditulis oleh orang lain) dapat mudah lenyap begitu saja. Dengan begitu, sebuah tulisan nilai kebermanfaatannya punya peluang berpengaruh luas dan terekam dalam jangka panjang. Intinya, untuk menjadi manusia bermanfaat tidak harus lewat lisan semata. Namun, juga bisa melalui tulisan.
Walau mungkin, awalnya menulis sekadar guna memenuhi kepentingan pribadi (misalnya untuk melampiaskan hobi/kebiasaan merangkai kata, curhat, catatan pribadi, sebagai syarat lulus studi, dan tuntutan pekerjaan), tetapi tak menutup kemungkinan suatu saat tulisan tersebut memberi manfaat pada masyarakat. Setidaknya, saking berpengalaman dalam menulis lama-kelamaan membuat mahir merangkai/mengolah kata sehingga gampang dipahami pembaca.
Di antara manfaat penting sebuah karya tulis bagi masyarakat luas meliputi pertama merubah orang lain menjadi lebih baik. Perubahan positif tersebut bukan melulu terkait masalah teknis (dari belum bisa akhirnya mampu menguasai sesuatu bidang tertentu), tapi yang lebih penting lagi berupa berubahnya karakter (akhlak) menjadi lebih mulia. Mereka yang membaca berubah jalan hidupnya semakin lebih terarah dan terkontrol.
Sebuah ajakan untuk menulis (sumber foto koleksi pribadi) |
Kedua, memberi inspirasi. Insipirasi secara tidak langsung yaitu memberi teladan pada orang lain untuk selalu semangat menyebarkan kebaikan bagaimanapun caranya. Salah satunya dengan membuat tulisan. Adapun, inspirasi secara langsung contohnya memberi motivasi kehidupan dan mencerahkan (menemukan cara pandang baru). Lebih dari itu, justru berpeluang terbukanya pintu hidayah bagi para pembacanya.
Ketiga, memberikan solusi. Jangan remehkan tulisan sendiri maupun karya tulis milik insan lain. Alasannya, satu tulisan dianggap biasa bagi individu tertentu tapi ternyata bagi pihak lain sangat membantu dalam mengeluarkan diri dari masalah/musibah. Dengan begitu, tentulah pihak penulis memberi kontribusi berharga bagi pembacanya. Meski nyatanya orang yang membaca tersebut tidak dikenal dan enggak diketahui masalah hidupnya seperti apa.
Lebih lanjut, hubungan antara penulis dengan ukuran kebermanfaatannya sebuah tulisan sebagai berikut:
Manusia banyak menulis = produktif
Karya/produk yang dihasilkan dari kegiatan menulis = tulisan
Tulisan yang baik, tersebar luas, dan terpakai = bermanfaat
Maknanya: orang yang produktif menghasilkan karya tulis dalam bidang kebaikan, tersebar luas, dan terpakai masyarakat berarti menjadi manusia bermanfaat.
Titik tekan dari semua penjelasan di atas ialah tebarlah kebaikan semampunya. Kalau sanggupnya melalui lisan sampaikanlah secara bijak. Di sisi lain, andai mampunya lewat tulisan utarakanlah secara bajik. Hal itu, tentunya supaya keduanya sama-sama bermanfaat. Dengan demikian, bolehlah raga sudah meninggal dunia. Akan tetapi, usahakan kebaikan yang telah disebarkan tersebut tetap terjaga kebermanfaatannya agar bisa membahagiakan di kehidupan akhirat (jadi amal jariyah).
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Jika Lemah dalam Lisan (Bicara) Maka Setidaknya Tak Boleh Menyerah dalam Tulisan (Menulis)"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*