Banjirembun.com - Beberapa bulan ini banyak tukang ojek online (ojol) yang menjerit dan menangis. Bukan cuma lantaran sepi orderan dari penumpang, yang salah satunya karena tingginya tarif yang dibebankan kepada pengguna aplikasi ojol. Lebih dari itu, disebabkan sistem atau mekanisme terbaru dari aplikasi tersebut sungguh berakibat menekan para abang ojol. Ibarat kata, kondisi mereka sekarang mengenaskan, yang lebih parah daripada sapi perah.
Algoritma aplikasi ojol yang terbaru telah memaksa mayoritas mitra (pengemudi atau abang tukang ojol) bekerja lebih keras, giat, dan dalam durasi lama. Belum lagi, "pengaturan otomatis" itu juga memunculkan kompetisi antar sesama mereka. Di mana, pengelola aplikasi ojol bakal memprioritaskan driver yang sudah mencapai level tinggi untuk mendapatkan banyak penumpang. Sedangkan, level rendah akan diabaikan. Alhasil, solidaritas sesama driver runtuh berantakan!
Baca juga Hidup Seperti Roda Berputar, Model Cantik ini Dulu Kaya Raya Tapi Sekarang Gelandangan
Enggak seperti dulu yang guyub dan rukun, malahan amat kompak menggeruduk siapa pun serta di mana pun yang berani menzalimi salah satu dari teman sesama ojol, nyatanya kini mereka bercerai berai. Beberapa tukang ojol terkotak-kotak. Setidaknya, mereka terbagi dalam dua kategori. Yakni, pengemudi yang level tinggi disertai penghasilannya lebih gede, serta level rendah yang pendapatannya turun drastis.
Zaman dahulu (lebih dari 5 tahun lalu), sangat mudah mendapatkan orderan. Banyak pengemudi yang kewalahan menerima orderan sehingga kesulitan untuk istirahat dengan jenak. Malahan, tak perlu durasi seharian penuh untuk mencapai target minimal order. Kadang cukup setengah hari. Namun saat ini, di jam sibuk pun belum tentu ada pesanan dari pelanggan. Baik itu memesan ojek, jasa titip beli-antar makanan, maupun pengantaran barang.
|
Ilustrasi lelaki sedang menangis (sumber pexels.com) |
Ketika lagi mujur, pengemudi ojol berkasta rendah yang memperoleh 10 pelanggan perhari, sudah bisa dikatakan patut sangat bersyukur. Kalaupun ternyata lebih banyak penumpang, belum tentu menjamin penghasilan besar. Sebab, pengelola aplikasi ojol menambah angka potongan uang dan presentase yang dibebankan kepada para driver. Diimbuhi pula oleh beban biaya operasional (BBM, pulsa, kuota internet, dan makan) untuk berputar-putar di jalanan demi mencari lokasi basah/padat.
Nasib di atas, persis peribahasa "Sudah jatuh ditimpa tangga." Memang betul kata pepatah bahwa "Hidup seperti roda berputar." Dulu bisa begitu mudahnya naik ke atas. Akan tetapi, sekarang tanpa disangka gampang pula turun ke bawah. Oleh sebab itu, tatkala mengalami kesenangan dan kenikmatan tetaplah rendah hati agar mudah mawas diri. Hal tersebut, supaya di kala dalam keadaan bersedih dan menderita rasa sakit yang dirasakan enggak begitu memilukan.
Baca juga Memaknai Peribahasa "Roda Selalu Berputar" Menurut Sudut Pandang Takdir, Bukan Cuma Menyangkut Harta
Semoga para abang tukang ojek online segera mendapatkan solusi di tengah carut marutnya ekonomi global seperti ini. Di mana, sebetulnya kondisi jerit tangis tersebut tentu tidak hanya dialami oleh pengemudi ojol. Sejumlah buruh pabrik, pelaku usaha bidang tertentu, buruh perkebunan, hingga karyawan pun ikut pula terkena imbas sehingga di-PHK. Intinya, pengangguran telah terjadi di mana-mana serta dialami oleh banyak orang. Artinya, tukang ojol tidak menderita sendirian.
Astaghfirullah, ampuni hamba Ya Allah....
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Jerit Tangis Abang Tukang Ojek Online, Akibat Maraknya Kompetisi serta Penghasilan yang Turun Drastis"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*