Banjirembun.com - Menurut kacamata manusia, tidak ada kepastian dalam kehidupan ini, termasuk terkait hasil dari suatu doa dan usaha yang dikerjakan. Namun, sejatinya semua hal tentang apapun itu tanpa ada kecuali (termasuk getaran materi/zat/benda terkecil di dunia yang lebih mungil ketimbang sebutir debu) merupakan sebuah kepastian absolut yang tak boleh diragukan secuil pun. Seluruhnya, telah tercatat di dalam Lauh Mahfudz sebagai takdir kehidupan dari awal penciptaan hingga kiamat.
Perlu ditekankan, tulisan ini bukan mengajarkan atau mengajak untuk ikut ke dalam ajaran jabariyah. Sebab, aliran tersebut memiliki akidah yang amat menyimpang. Pengikutnya memandang takdir sebagai sebuah paksaan yang harus dijalani oleh setiap manusia. Parahnya, sebagian mereka mengakambinghitamkan takdir sebagai dalih pembenaran atas kebatilan yang sudah dilakukan. Intinya, seperti halnya qadariyah, para pengikut jabariyah turut pula melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam masalah takdir.
Baca juga Contoh Metode dalam Memahami Takdir Buruk atau Sial Secara Salah Kaprah
Mayoritas umat Islam pasti meyakini bahwa takdir adalah milik Allah Subhanahu wa ta'ala. Artinya, takdir merupakan rahasia-Nya yang tersembunyi. Baik para Rasul, Nabi, Waliyullah, maupun Malaikat tak satupun yang diberitahu oleh-Nya. Dari sebab itu, ketika ada orang yang sok tahu atau memancing berdebat seputar urusan takdir, sebaiknya tahan diri untuk enggak menanggapinya. Bagaimanapun, ilmu tentang takdir hanya Dia yang mengetahui.
Kalaupun ada makhluk yang memahami sebagian darinya, nyatanya itu belum tentu seluruhnya benar. Masih ada peluang salah. Nah berhubung takdir tak diketahui makhluk, semestinya manusia rajin berdoa dan berusaha. Akan tetapi, jangan merasa/mengira bahwa setiap doa dan usaha yang dilakukan tersebut merupakan kepunyaan manusia. Sungguh, Allah Yang Maha Pencipta yang telah memerintahkan hamba-Nya untuk istiqomah dalam berbuat doa dan usaha.
Maksudnya, lakukan dua hal di atas semata-mata sebagai bentuk ibadah. Menjadi wujud ketaatan terhadap perintah-Nya. Bukan untuk unjuk diri sehingga membuat manusia seolah-olah punya peran "merubah" takdir yaitu melalui doa dan usaha yang diterapkan mereka. Betapa naif, ketika ada insan yang menganggap akal dan "kemampuan" dirinya punya kontribusi atau andil dalam mewujudkan sesuatu yang jadi keinginannya. Ingat, semua hal tanpa terkecuali telah menjadi kehendak-Nya.
Jangan berharap maupun menyerahkan diri pada doa dan usaha yang baru saja dilakukan. Sebab, seberapa banyak doa yang diajukan (berkali-kali serta berulang-ulang permintaannya) dan sekuat apapun usaha yang dijalankan, bila belum takdir maka dijamin pasti harus mengalami gagal dulu. Sebaliknya, tatkala sudah menjadi takdir, kendati tampak santai-santai belaka menurut pandangan manusia, saat itu ternyata bagian dari yang telah ditakdirkan, pastilah mendatangi pihak penerimanya.
|
Ilustrasi Muslim yang sedang berdoa (sumber pexels.com) |
Kalau sudah begitu apakah pilih menyerah? Tentu keputusan tersebut salah kaprah. Alasannya, doa dan usaha merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam. Jika ada hamba yang ogah berdoa maka membuat Allah murka. Perlu diketahui, Dia Yang Maha Agung justru tidak senang pada hamba-Nya yang enggak mau berdoa. Di mana, manusia yang enggan berdoa dapat dikatakan telah sombong lantaran merasa tiada butuh Dia.
Begitu pula, terhadap hamba yang pasrah total (jabariyah), yang berakibat bikin pribadi menjadi terkesan malas untuk berusaha menggapai tujuan. Menyamakan diri sendiri mirip wayang yang pasif, sehingga cuma menunggu Allah untuk menggerakkannya. Alhasil, ketika ada manusia yang berbuat dosa dikatakan hal tersebut sebuah paksaan serta "kesalahan" dari Allah. Ringkasnya, mereka diberi otak alias kecerdasan untuk berpikir kreatif tapi tidak digunakan untuk berusaha mencapai impian. Dengan kata lain, mereka apatis dan pesimis.
Baca juga Cara Memahami Takdir Allah dengan Benar Agar Hidup Tak Salah Arah
Seorang hamba yang menggantungkan nasibnya pada lantunan doa dan gerakan usaha yang sudah diikhtiarkan, bertanda ia ingin "menjauhi" Allah. Menganggap Allah enggak boleh ikut campur terhadap doa dan usahanya. Mengira Allah tak mempunyai kewenangan untuk mengatur hasil akhir dari tindakan berdoa dan berusaha. Padahal seperti yang dijelaskan di atas, semua hal (termasuk doa dan usaha) sudah menjadi bagian catatan takdir-Nya. Allah telah tahu bahwa nanti hamba-Nya bakal berdoa dan berusaha. Dia sudah mengetahui itu semuanya sebelum penciptaan langit maupun bumi.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Takdir Milik Allah SWT, Begitu Pula Doa dan Usaha dari Manusia juga Merupakan Punya-Nya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*