Banjirembun.com - Nama gue Jonathan. Maaf, tak perlu gue kenalin lagi secara detail tentang seluk beluk lainnya. Kalau ingin tahu gue, silakan baca tulisan curhatan gue sebelumnya, yang merupakan bagian tak terpisah dengan tulisan sekarang (bukan kelanjutan tapi masih nyambung dengan cerita gue hari ini). Di mana, isinya juga tentang kisah gue berinteraksi memakai tatapan mata dengan sejumlah cewek Chinese di CFD (Car Free Day) tanpa disertai ucapan sepatah kata pun.
Jadi, saat aktivitas olahraga jalan kaki di CFD Kota Malang barusan saja, tanpa gue duga-duga ketemu bocil (bocah cilik) Chinese lagi. Usianya kisaran 18 tahun. Entah kurang atau lebih, gue kagak tahu. Soalnya, jangankan bertanya langsung berapa umurnya, sekadar membeli barang dagangan yang dia jual, amat terasa bikin grogi bukan main. Intinya, gue cuma sanggup "main mata" alias lirak-lirik dengannya.
Baca juga Chinese Mah Beda Banget Pola Asuhnya, Pengalaman Pribadi Bertekuk Lutut di CFD Ijen Kota Malang
Padahal, di hari Ahad satu pekan yang lalu, gue tidak menemukan tuh bocil. Begitu pula cewek Chinese (usia lebih dewasa) lainnya yang juga sempat interaksi dengan gue pakai jurus saling melirak-melirik. Bisa dibilang, waktu itu gue enggak mendapati sama sekali keberadaan beberapa "bidadari Chinese" yang selama ini kerap gue rasakan getaran hatinya, ketika gue muter-muter jalan kaki di CFD.
Perlu gue perjelas dulu. Gue hampir dipastikan pada setiap hari Ahad pagi selalu berolahraga jalan kaki, tepat di sepanjang aspal Jl. Besar Ijen Kota Malang. Lokasi program CFD Pemkot Malang diselenggarakan. Di mana, sejak sekitar tahun 2019-an dulu, gue merasakan sensasi bahagia di tengah keramaian CFD Kota Malang untuk pertama kali. Kala itu, gue masih culun. Merasa asing di sana. Intinya, belum mengumbar tatapan mata serta tak seberani sekarang.
Entah apa gerangan, tadi pagi atau boleh disebut baru saja, gue memperoleh rezeki dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Yakni, diizinkan kembali melihat wajah bocil Chinese sama seperti kebiasaan gue sebelumnya waktu sedang di CFD. Dengan ciri khasnya yaitu membawa barang jualan yang dia bawa (dijinjing) di depan tubuhnya sambil berjalan, atau terkadang berdiri tatkala berhenti. Entah, barang jualannya apa, gue tadi enggak memperhatikan. Kayaknya makanan.
Nah, begini ceritanya. Gue muterin taman indah yang posisinya diapit di tengah-tengah dua sisi/jalur Jl. Besar Ijen, dari ujung ke ujung sebanyak 6 kali putaran (satu putaran 1,4 Km). Tentunya capek. Lantas, usai itu gue masuk ke dalam "pasar CFD" yang dipusatkan di halaman Museum Brawijaya. Mayoritas pedagangnya menjajakan aneka kuliner kelas berat maupun panganan ringan. Ada pula yang menyediakan jasa hiburan untuk anak kecil.
Setelah itu, gue putuskan istirahat di taman utama Jalan Besar Ijen, yang terletak persis di depan museum Brawijaya. Gue menerapkan itu, karena ingin dinginin suhu tubuh yang naik akibat banyak gerak sekaligus terpapar sinar matahari. Lagian, mentari juga sudah mulai makin terik, sehingga gue harus cari tempat untuk berteduh sebentar. Apesnya, di situ gue ketemu bapak-bapak bermuka sinis dan galak.
Di taman berukuran paling besar di tengah jalan raya tersebut, gue tidak duduk di kursi besi yang telah disediakan. Akan tetapi, gue pilih berdiri saja yang diselingi jalan-jalan kecil naik-turun di sekitaran monumen tengah taman. Sembari "cuci mata" lihat-lihat aktivitas setiap insan di sana. Mulai dari bayi (usia 1-3 tahunan), orang sepuh (manula), hingga ada pula yang memakai kursi roda karena lumpuh.
|
Foto bapak A. Rifqi Amin saat sedang berada di monuman depannya Museum Brawijaya Kota Malang (sumber foto koleksi pribadi) |
Walau sebetulnya, di kala sedang olahraga berjalan kaki pun, gue sesekali turut melihat para insan yang duduk-duduk di trotoar pinggir Jln. Besar Ijen. Namun, barangkali kurang atau gimana, gue masih merasa betah menikmati kegiatan orang-orang di titik samping monumen itu. Aktivitasnya meliputi makan nasi, makan jajan, momong/menghibur bayi, suapin bayi, gendong bayi, ngobrol, melukis, pangku bayi, hingga ada yang hanya duduk sendirian main HP.
Dirasa cukup jenak berdiam diri secara berdiri, sesekali geser posisi bolak-balik mirip setrika dengan menyusuri sisi kiri-kanan monumen, akhirnya gue putuskan pulang. Mengangkat kaki ke arah parkiran sepeda motor. Kejutan pun terjadi, dalam perjalanan menuju lokasi parkir itu, gue berpapasan dengan bocil Chinese. Dia bersama dua temannya. Seperti yang gue bilang di atas, dia membawa wadah kotak plastik transparan yang berisi dagangannya.
Entah kenapa kok bisa berpapasan? Gue menjauhi area CFD, sedangkan bocil bersama temannya menuju arah CFD. Jangan buruk sangka dulu, kali ini gue enggak main mata atau melirik. Cuma sekilas menatap, tapi gue langsung menunduk. Dia pun sepertinya sedikit canggung. Tepat sesudah di sebelah kanan gue, dia nyeletuk keras waktu ngobrol bersama temannya ketika jalan bareng tersebut. Seingat gue, dia membicarakan tentang mobil.
Gue memaknai/menafsiri bahwa bocil Chinese itu ingin pamer punya mobil ke gue. Sebagai lelaki yang punya harga diri dan sudah di tahap belajar hidup mandiri, tentunya gue enggak terpengaruh dengan kata-kata bocil cantik itu. Gue memaklumi saja, berhubung masih bocil mungkin saja dia caper (cari perhatian) ke gue. Disebabkan, dia belum menemukan jati diri. Mohon maaf bila gue GR (Gede Rasa) maupun ke-PD-an atau terlalu percaya diri.
Sebagai bonus curhat dari gue, di hari ini gue juga ketemu bocil lain (bukan Chinese). Gue dengan dia, udah saling melihat sesekilas secara berkali-kali dan berulang-ulang. Baik itu tatkala jalan kaki ataupun di taman utama yang ada monumen. Tanpa gue duga, ternyata dia bersama satu temannya "mengikuti" gue dari belakang. Sontak gue kaget. Di mana, tepat tak lama setelah gue pegang setir sepeda motor lalu gue "atret" (belum dinyalakan mesinnya) tiba-tiba muncullah dia dan temannya.
Baca juga Wisata Malang: Indahnya Kebersamaan di Car Free Day Jalan Ijen Malang
Entah bagaimana responnya, gue enggak sepenuhnya memperhatikan. Sebab, gue tidak begitu jenak membaca gestur tubuh maupun mimik mukanya. Gue cenderung mengabaikan. Berdasarkan pemaknaan/penafsiran buruk (suuzan), gue merasakan bocil itu memandang gue sedikit terdapat rasa kecewa. Semoga prasangka jelek gue itu salah. Kalau bertemu dia kembali, gue bakal kasih senyuman manis ke dia, agar tahu kepastiannya seperti apa. Apakah dia ilfil sama gue?
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Curhat Hari ini CFD Kota Malang, Dipamerin Mobil oleh Cewek Chinese"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*