Banjirembun - Melampaui batas adalah perbuatan yang berlebih-lebihan dalam berperilaku maupun mengatakan sesuatu yang di luar kewajaran, keumuman, kenormalan, kepantasan, kewenangan, atau kesopanan. Di mana, dalam konteks ajaran Islam suatu hal yang melampaui batas sesungguhnya tidak disukai oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Apalagi, tatkala perilaku buruk tersebut telah menzalimi makhluk-makhluk lain di muka bumi.
Perlu ditekankan dulu, perilaku melampaui batas ada beberapa macam. Artinya, enggak semua perbuatan yang melampaui batas sulit mendapatkan ampunan dari-Nya. Bahkan dalam kondisi tertentu, seorang Muslim yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri (menzalimi diri) sangat mudah mendapatkan ampunan ketika dia tulus minta ampun serta bertaubat pada-Nya. Bahkan, tanpa minta ampun terlebih dahulu pun ada kemungkinan berpeluang besar masih diampuni.
Dari semua jenis dosa, hanya dosa syirik yang tak akan mendapatkan ampunan dari Allah Yang Maha Pengampun. Itupun, ketika seorang Muslim yang berbuat syirik ternyata sebelum matinya sempat bertaubat kepada-Nya atas semua dosa-dosanya, pasti Allah mengampuni. Kecuali, dosa syirik tersebut dibawa mati tanpa ada kesempatan untuk bertaubat dulu semasa hidup. Alhasil, di akhirat ia pasti menanggung hukuman dari dosa syirik yang sudah dilakukan.
Lebih lanjut, makna menzalimi diri sendiri seperti yang diungkapkan di atas yaitu melakukan perbuatan dosa yang berhubungan atau berdampak parah pada kerusakan pribadi sendiri ketimbang menimbulkan kerusakan berat di lingkungan alam sekitarnya. Contoh melampaui batas pada diri sendiri meliputi syirik, ujub, takabur, riya' (pamer ibadah), berbuat sia-sia, terlalu cinta dunia, mengharamkan yang halal, menghalalkan yang haram, boros, dan berlebihan (over dosis) dalam urusan ibadah sunnah sehingga berujung negatif semisal bosan/malas.
Contoh menzalimi diri sendiri berikutnya yaitu kesesatan dalam beragama, menyakiti/mempersulit kehidupan pribadi, mengingkari dakwah ataupun syiar Islam, melanggar aturan hukum Islam, mempermainkan aqidah, munafik, menjalani hidup di luar batas kemampuan, fanatik buta pada individu, berbuat sia-sia, pamer harta, berbohong untuk melancarkan kepentingan pribadi, bermewah-mewahan, serakah (kurang puas serta tidak bersyukur), menuruti hawa nafsu tanpa kontrol (makan, ucapan, tidur, pakaian, hingga seks), dan masih banyak lagi.
Kasus individu yang melampaui batas telah diceritakan di dalam al Quran dan Hadis di antaranya ialah qobil, kan'an, namrud, fir'aun, haman, samiri, qorun, abu lahab, sampai abu jahal. Tokoh-tokoh antagonis tersebut telah melampaui batas dengan cara menzalimi diri sendiri maupun menzalimi manusia lain. Bahkan, mereka juga menzalimi Allah Yang Maha Agung disertai zalim pada Nabi dan Rasul-Nya. Mereka semua merupakan tokoh "panutan" orang yang melampaui batas.
|
Ilustrasi individu yang bertaubat karena sudah menyadari telah melakukan perbuatan melampaui batas (sumber pexels.com) |
Adapun kaum (golongan, suku, atau bangsa) yang terabadikan dalam al Quran maupun Hadist yang telah berbuat zalim meliputi bani rasib, aad, tsamud, sodom, madyan, ashab al ras, ashab al ukhdud, ashab al qaryah, tubba', saba, dan lain-lain. Di mana, mereka semua semasa hidup merasa aman dari kemurkaan Allah. Bahkan, sebagian dari mereka berputus asa dan berprasangka buruk bahwa tak ada harapan lagi memperoleh rahmat-Nya.
Tokoh maupun kaum yang disebutkan di atas merupakan makhluk yang telah menganiaya dirinya sendiri. Sayangnya, mereka ogah untuk memohon ampun serta bertaubat pada Allah Subhanahu wa ta'ala sebelum kematian tiba. Akibatnya, sebagian besar mereka telah menerima azab di dunia sebelum ditimpa siksa balasan yang lebih berat di akhirat. Salah satunya berupa terputusnya nikmat (jabatan, harta, pengaruh, kemakmuran, kesejahteraan, dan semacamnya).
Semoga kita semua dijadikan hamba-Nya yang senantiasa tak berputus asa meminta ampunan (istighfar) dan bertaubat. Sebab, rahmat Allah sangatlah luas. Bagaimanapun, manusia sampai ajal tiba mustahil bisa lepas dari salah maupun dosa. Namun, sebaik-baik keburukan (dosa-dosa kecil) diiringi dengan kebaikan. Lebih dari itu, dari setiap dosa-dosa kecil yang dilakukan harus segera disusul dengan mendekatkan diri pada-Nya. Sedangkan, dosa besar "ditebus" dengan taubat nasuha.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Arti Melampaui Batas Serta Contoh Individu Maupun Kaum yang Telah Menzalimi Diri Sendiri dalam Sejarah Islam"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*