Banjirembun.com - Tampil kaya tampak bergelimang harta dan memakai barang-barang mewah merupakan keinginan banyak orang. Bahkan, bukan hanya dilakukan oleh orang berduit alias hartawan kelas menengah ke atas. Melainkan pula, menjadi angan-angan bagi kalangan yang memiliki dana terbatas. Parahnya, kalau perlu agar demi mampu pamer menjalani hidup hedon bakal nekat melakukan cara instan. Misalnya menipu, menjual diri, korupsi, memeras, atau berhutang.
Sebagai bagian dari umat Islam, memang kita dianjurkan untuk hidup rapi dan bersih. Begitu juga menjadi Muslim yang kaya raya merupakan sebuah keutamaan tersendiri. Semua itu enggak perlu diperdebatkan lagi. Kalau masih ada yang enggak seperti itu, anggap saja karena faktor keadaan (keterpaksaan). Namun, bukan berarti kekayaan yang dimiliki mesti dirayakan atau "disyukuri" dengan cara yang salah. Sebab, pada hakikatnya status kaya merupakan hal relatif. Terlihat kaya di sini belum tentu disebut kaya di sana.
Baca juga 5 Alasan Umat Islam Indonesia Harus Kaya Raya
Contoh menikmati secara negatif/salah atas kondisi kaya raya meliputi mengeluarkan uang tanpa kontrol demi memuaskan diri (wisata belanja), sedikit-dikit pamer foto maupun video di media sosial, "membeli" omongan para pelayan di toko yang meremehkan lantaran dikira tak sanggup menduitin jualan yang dijaganya, dan masih banyak lagi. Buat apa butuh pengakuan orang di sekitar terhadap kekayaan melimpah yang telah dikuasai? Biarlah orang menyepelekankanmu, asal nyatanya kamu punya tabungan uang melimpah ruah!
Kamu disepelekan di Kota Malang, bukan berarti akan diremehkan di kota-kota lainnya. Nak, jika kamu dianggap miskin di suatu tempat maka janganlah berkecil hati. Di daerah lain kamu bakal dihargai secara tulus dan apa adanya. Oleh sebab itu, hindari putus asa. Jadikan pengalaman pahit di sini sebagai bekal kamu untuk menjalani hidup penuh tenang serta damai di kemudian hari. Bukankah nasibmu sebagai perantau sekarang ini jauh lebih baik ketimbang di kampung halaman yang dahulu?
Ilustrasi hidup miskin, gelandangan tanpa punya rumah, dan kelaparan (sumber pexels.com) |
Yakinlah, nanti di lokasi selanjutnya, hidupmu pasti jauh lebih baik lagi dari yang sekarang! Saranku, selama masih di Kota ini senantiasa kokohkan hatimu Nak! Kuatkan imanmu supaya tetap bertahan menjalani hidup yang penuh cobaan dan ujian yang salah satunya berupa omongan orang-orang yang menjengkelkan. Sekali-kali janganlah menyerah. Pertahankan selalu gaya hidupmu yang sederhana dan seolah terkesan pura-pura miskin tersebut. Jadilah kamu seperti jati dirimu yang positif. Bukan tampil seperti keinginan dan memenuhi "tantangan" orang lain.
Baca juga Berhati-hatilah dalam Menceritakan Nikmat, Sebagai Wujud Rasa Syukur Pada-Nya atau Cuma Pamer?
Nak, pastikan imanmu masih aman! Jangan sedikit pun menggadaikan agamamu demi memperoleh status sosial yang terbang melangit. Buat apa menunjukkan kehidupanmu yang penuh senang-senang kepada manusia di masa lalumu? Lepaskan traumamu maupun kenangan zaman dahulu yang menimpa pikiranmu! Lantas, hadapi masa depanmu dengan penuh kebahagiaan. Sudah akhiri saja. Biarkan tingkah orang-orang yang pernah kamu kenal tetap saja usil dan menganggapmu orang tiada guna.
Kini, saatnya kamu hijrah secara mental kemudian kelak disusul pindah fisik ke kota lain! Cegah fanatik dan menyempitkan pikiran sehingga mengira hidup harus di sini saja dan begini-begini saja! Jalan-jalanlah untuk berpetualang dan mengarungi indahnya dunia! Jangan lupakan anak gadismu yang masih kecil imut-imut untuk diberi kasih sayang dan nafkah uang! Nanti, masukkan dia ke dalam pondok pesantren! Aku menyayangimu Nak!
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Nak, Sebaiknya Kamu Tetap Pura-pura Miskin, Biarlah Diremehkan dan Disepelekan yang Penting Iman Masih Aman"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*