Banjirembun.com - Sebagian umat Islam mengatakan bahwa doa merupakan bagian dari zikir (mengingat Allah Subhanahu wa ta'ala dengan cara memuji-mujinya). Sebab, tingkatan ihsannya telah mencapai puncak. Di mana, interaksi tersebut bukan sekadar komunikasi "satu arah" dengan Allah. Melainkan dua arah. Yakni, beribadah (zikir termasuk ibadah) kepada Allah seakan-akan ia bisa melihat-Nya dan ditambahi beribadah pada-Nya seolah-olah Dia melihat dirinya berbuat amal saleh. Artinya, selain merasa dilihat-Nya ternyata seorang hamba juga sekaligus merasa melihat-Nya.
Bayangkan saja, bagaimana mungkin orang yang memohon pada-Nya, nyatanya hanya "berbicara sendiri" tanpa merasakan sedang dilihat dan didengar oleh-Nya. Sebaliknya, mengemis-mengemis pada-Nya tetapi tidak mampu membayangkan diri bahwa dia sedang "menghadap" alias "melihat kehadiran" Allah Yang Maha Agung. Parahnya lagi, dia menganggap bahwa mengabulkan doa adalah kewajiban-Nya tanpa perlu ihsan. Padahal, doa merupakan kewajiban umat Islam. Alasannya, hamba yang ogah berdoa justru dilaknat Allah lantaran dianggap sombong serta tak merasa butuh pada-Nya.
Baca juga Takdir Milik Allah SWT, Begitu Pula Doa dan Usaha dari Manusia juga Merupakan Punya-Nya
Allah Yang Maha Pendengar malah merasa senang di waktu hamba-Nya rutin berdoa. Walau doa tersebut dilakukan setiap hari dengan permohonan yang sama terus diulang-ulang tanpa mau diganti, tidak akan membuat Allah murka. Dalam artian, tentu isi doa yang diutarakan tak bertentangan dengan ajaran Islam. Lagi pula, doa yang dilantunkan umat Islam enggak bakal sia-sia. Kalau tidak dikabulkan di dunia, nyatanya di akhirat akan diganti dengan pahala besar yang jauh lebih bermanfaat. Andai belum terkabul sesuai permintaan, ternyata doa itu menjadi asbab/penyebab terhalang dari musibah.
|
Ilustrasi sedang berdoa (sumber pexels.com) |
Namanya berdoa, lebih bagusnya harus mampu mencapai maqom ihsan secara sempurna seperti yang dijelaskan pada paragraf pertama di atas. Dengan itu, potensi keintiman/kedekatan antara hamba dengan Allah semakin lekat. Bahkan, saking menghayati tak jarang ketika berdoa dilakukan sembari menangis, bermanja-manja, atau merengek-rengek. Itulah sebuah kenikmatan luar biasa yang dirasakan oleh seorang hamba saat curhat pada-Nya. Intinya, semua itu enggak bakal diperoleh di kala diungkapkan/disampaikan terhadap sesama insan.
Cara Sederhana Supaya Doa Dikabulkan dengan Penuh Berkah
Pertama-tama yang perlu diperhatikan ialah jangan terburu-buru ingin sukses maupun tergesa-gesa hendak segera terkabul doanya. Sebagaimana uraian sebelumnya, nikmatilah doa-doa yang dihaturkan setiap hari. Jadikan itu sebagai aktivitas harian. Jangan memakai target batas waktu. Ketika permintaan dalam doa itu masih rasional atau logis (wajar dan berpeluang tercapai) sebaiknya teruslah memohon-mohon pada-Nya. Kalau perlu bukan setiap hari lagi, tapi seusai sholat 5 waktu. Terapkan hingga bertahun-tahun secara konsisten.
Jadikanlah doa sebagai ibadah rutin. Cegah diri cuma mau berdoa saat butuh, punya masalah, atau dalam kesempitan. Kaidahnya sudah jelas yaitu "Ingatlah Allah di waktu mudah/lapang/senang dengan cara tetap berdoa agar tidak merasa malu untuk mengingat Allah di kala susah/sempit/sedih." Doa sederhana yang dapat dijadikan kegiatan ibadah harian meliputi memohon supaya diampuni dosa-dosa, memohon taufiq maupun hidayah, terbebas dari siksa kubur, dimasukkan surga tanpa mencicipi neraka, sampai mendoakan orang tua ataupun anak kandung.
Tindakan di atas bukanlah bentuk serakah (kemaruk) ataupun keras kepala/bandel. Malah boleh dibilang itulah yang disebut dengan akhlak mulia sekaligus bagian dari amal saleh. Sebab, seorang hamba yang mau melakukan hal di atas bukan sembarang manusia. Akan tetapi, dia merupakan hamba pilihan. Hamba yang sabar, bersungguh-sungguh yang penuh perjuangan serta pengorbanan (mujahadah), berprasangka baik pada-Nya, khusyuk, ridho menerima takdir-Nya yang salah satunya berupa takdir terkait doa yang belum terkabul, dan lain-lain.
Sebaliknya umat Islam yang menganggap doa yang dilontarkan merupakan perbuatan tiada guna (sia-sia) tentu akan berakibat berujung pada putus asa dari rahmat Allah. Mengira bahwa rahmat Allah itu cuma terjadi ketika seluruh permintaannya dikabulkan. Lebih ironi lagi, saking kebelet tergapai keinginannya tapi tidak kunjung terwujud, berakibat bikin dia kecewa pada Allah. Memutuskan kapok hingga marah pada-Nya. Mungkin seperti itu yang disebut hamba yang tak tahu diri. Tragisnya, andai doa terkabul pun dia bakal balik badan (lupa diri) dari-Nya.
Baca juga 7 Keutamaan Menjadi Muslim yang Terkenal di Langit daripada di Bumi
Bukanlah sudah jelas bahwa doa merupakan senjata paling mempan bagi setiap Muslim? Bukankah telah diketahui bahwa doa menjadi salah satu bentuk nyata penghinaan diri serta penghambaan diri dari insan pada Rabb-Nya? Bukankah sudah nyata bahwa doa merupakan cara ampuh untuk membalas kezaliman? Malahan, doa orang non Muslim yang dizalimi pun dikabulkan oleh Allah. Oleh sebab itu, jangan jadikan doa sebagai senjata terakhir. Jadikanlah doa sebagai senjata awal yang lalu dilanjutkan dengan ikhtiar. Tentunya, perhatikan adab-adab dalam berdoa agar semakin kilat terkabulnya sebuah doa.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Cara Sederhana Agar Doa Kepada Allah SWT Dikabulkan dan Membawa Berkah"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*