Banjirembun.com - Ketenangan dan kedamaian merupakan salah satu kunci utama dalam memperoleh bahagia. Di mana, kebahagiaan tentu berbeda dengan bergembira ataupun bersenang-senang. Sebab, orang yang foya-foya pun sejatinya belum tentu jiwa dan hati sedang dalam kondisi baik-baik saja. Boleh dibilang, mendapatkan rasa tenang dan damai sangatlah sulit ketimbang mencari nafkah untuk makan maupun menabung uang.
Boleh dikatakan tergolong sukar tatkala ingin mampu mengetahui seseorang tengah dalam keadaan penuh kebahagiaan, kedamaian, dan ketenangan. Alasannya, ketiga hal tersebut letaknya di hati/jiwa. Terlebih lagi penampilan serta perbuatan seseorang yang terlihat baik-baik saja, sebetulnya dapat menipu. Terbukti, banyak kasus orang yang tak ada keluhan apapun, malah aktivitasnya tampak normal, ternyata tiba-tiba menghilangkan nyawanya sendiri.
Baca juga Pamer Adalah Candu yang Bikin Sakau, Sebaiknya Tak Perlu Dilakukan Agar Hidup Bahagia
Akan tetapi, guna mengetahui ciri-ciri kehidupan pribadi (diri sendiri) statusnya "Apakah jauh dari kata rasa tenang dan damai atau tidak?" masih lebih mudah untuk bisa diketahui serta dirasakan daripada menilai orang lain. Inilah tanda-tanda jalan hidup lagi enggak baik-baik saja untuk terus dipaksakan berjalan normal.
1. Kecanduan pada Hal-hal yang Negatif
Hampir semua candu merupakan sesuatu yang negatif. Sebut saja seperti narkoba, belanja barang, game online, judi, pamer, pornografi, seks, sampai mabuk miras. Menebus kesenangan dan kegembiraan dengan hal-hal seperti itu hakikatnya telah menghancurkan masa depan. Setidaknya, mempersulit untuk segera bangkit dari keterpurukan. Maksudnya, rasa senang dan gembira yang diperoleh sesaat tersebut berakibat makin menjauhkan pada rasa tenang dan damai dalam jangka panjang.
2. Timbulnya Sifat Tercela dalam Hati
Contoh sifat tercela meliputi iri/dengki, mengadu domba, memfitnah, tergesa-gesa, dendam, membenci orangnya (pelakunya) bukan perbuatannya, buruk sangka, hingga serakah/tamak. Semua perbuatan yang disebutkan itu bakal berpotensi menimbulkan konflik. Bahkan, sebelum keretakan tersebut bena-benar terjadi, nyatanya orang-orang yang punya sifat tercela tersebut mengalami gangguan suasana hati yang buruk. Artinya, hidupnya jauh dari kata tenang dan damai.
3. Terbayang-bayang Kehidupan Jauh di Masa Lalu dan Berambisi pada Kehidupan Masa Depan yang Masih Lama
Memikirkan masa lalu, apalagi diimbuhi galau tentang masa depan, secara berlebihan sangatlah bikin mengganggu ketenangan pikiran di kepala. Seharusnya, masa lalu dijadikan sebagai sumber pembelajaran serta pengalaman berharga bagi hidup. Begitu pula, masa depan sebagai sebuah tantangan dan harapan yang menimbulkan rasa optimis (percaya diri). Lebih bijak, fokuskan fisik dan mental untuk kehidupan masa sekarang. Hadapi yang pasti tanpa perlu risau pada sesuatu yang masih misteri.
4. Dikekang Oleh Diri Sendiri, Orang Sekitar, dan Lingkungan
Rasa takut, cemas, khawatir, was-was, atau semacamnya banyak sekali faktor penyebabnya. Bukan cuma lantaran trauma di masa lalu. Melainkan, orang-orang sekitar dan lingkungan yang ternyata tak memberi dukungan. Alih-alih melarang perbuatan buruk, justru daya kreatif dan produktivitas dikekang tanpa boleh diaktualisasikan. Padahal, belum pernah dicoba dan dilatih. Belum pula diperjuangkan dan melakukan pengorbanan.
Ilustrasi laki-laki sedang dalam keadaan tak baik-baik saja tanpa ada rasa tenang maupun damai (sumber pexels.com) |
Orang-orang yang layu dan mati sebelum tumbuh mekar akan mengalami hidup penuh siksaan, lantaran ada rasa penasaran maupun penyesalan. Teori, ilmu, pengetahuan, wawasan, gagasan, dan hasil renungan yang telah terkumpul di otak cuma sebatas ide tanpa ada usaha mewujudkan. Alhasil, rasa puas yang diperoleh dengan cara mencoba sesuatu bakal tak tercapai. Kendati demikian, dalam upaya mengimplementasikannya tentu tak boleh sembrono. Butuh kehati-hatian agar meminimalkan risiko.
5. Menyalahkan Orang Lain dan Keadaan, Sekaligus Butuh Validasi (Pengesahan) dari Manusia Sekitar
Orang yang suka menyalahkan pihak lain sekaligus keadaan yang dianggap tak mendukung, termasuk bagian ciri hidupnya sedang tak baik-baik saja. Eloknya, seseorang yang sudah dalam fase hidup tenang dan damai tentu telah menemukan jati diri (punya harga diri, prinsip hidup, bakat, pedoman, atau semacamnya). Lebih detail, ia wajib untuk punya inisiatif sendiri. Tentunya, juga harus bertanggung jawab ketika keputusan atau pilihan yang diambil tersebut salah.
6. Mencari Pesaing untuk Dijadikan Bahan Perbandingan
Membanding-bandingkan kehidupan pribadi dengan milik orang lain adalah suatu kekonyolan. Obsesi serta ambisi untuk senantiasa unggul/menang dari orang-orang tertentu bikin menyiksa perasaan. Ketenangan dan kedamaian bakal hilang karena diganti dengan ketegangan akibat persaingan. Oleh sebab itu, sadari segera bahwa jalan/alur/pola hidup masing-masing individu berbeda. Tak usah meracuni jiwa dengan langkah "sekadar" ingin mengalahkan seseorang.
7. Tidak Siap dengan Roda Kehidupan yang Berputar
Hidup ini bagaikan roda berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Selama masih hidup, pastilah suatu pergerakan roda selalu terjadi tanpa henti (kecuali sebentar). Baru sesudah tutup usia, perputaran roda akan terhenti. Sesungguhnya, pepatah alias peribahasa tersebut sangat mengandung makna yang mendalam bagi takdir kehidupan setiap insan. Di mana, saat di atas semestinya individu tak boleh sombong. Sebaliknya, tatkala di bawah harus sabar dan intropeksi diri.
Baca juga Memaknai Peribahasa "Roda Selalu Berputar" Menurut Sudut Pandang Takdir, Bukan Cuma Menyangkut Harta
Sayangnya, beberapa orang mengalami kegembiraan luar biasa di kala roda di atas. Begitu pula, berbanding terbalik jadi menderita kesedihan bermuram durja di waktu roda di bawah. Hal tersebut menandakan bahwa kedamaian belum ada di dalam hati dan jiwanya. Dia belum siap untuk menghadapi pasang-surut kehidupan yang akan terus terjadi sampai kiamat. Dia belum mampu menerima setiap masalah dan kesedihan. Nahas, hanya siap terhadap hal-hal yang menyenangkan.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "7 Ciri Kehidupan Sedang dalam Keadaan Tak Baik-baik Saja, Kondisi Mental Jauh dari Rasa Tenang dan Damai"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*