Banjirembun.com - Roda kehidupan selalu berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Fenomena yang bersifat ajek alias rutin terkait fluktuasi (ketidakpastian atau ketidaktetapan) kehidupan tersebut merupakan alur mutlak yang dilalui oleh setiap insan di dunia fana ini. Mustahil terdapat orang yang mampu menghindari. Di mana, sebaik-baik nasib sedang terjatuh ialah saat dalam kondisi turun tersebut tidak diketahui banyak orang sehingga masih bisa percaya diri tanpa rasa malu apalagi bersalah diri.
Bagaimanapun, selama manusia belum masuk surga atau neraka, sesungguhnya mereka tidak akan mendapatkan kepastian. Dengan kata lain, semua yang ada di kehidupan dunia menurut kacamata insan masih misteri dan belum jelas seperti apa ke depannya. Di sisi lain, kenikmatan dan kebahagiaan di surga sensasinya bersifat absolut tanpa disertai siklus naik-turun. Sebaliknya, di neraka siksaannya tiada jeda istirahat meski sebentar saja. Itulah yang disebut alam keabadian.
Rangkaian kejadian yang berulang-ulang penuh gejolak dalam kehidupan ini, berlaku bukan hanya pada masing-masing individu. Akan tetapi, setiap komunitas (lingkaran pertemanan, kelompok, kumpulan, jamaah, golongan, suku, organisasi, hingga warga di rumpun perkampungan/perumahan tertentu) juga mengalami perputaran roda kehidupan. Bukan pula hanya terkait naik-turunnya kepemilikan harta, jabatan, dan popularitas.
Masih banyak aspek lainnya yang juga tak kalah penting sebagai tanda, ciri, tolok ukur, standar, kriteria, atau "penampakan" tentang adanya bukti naik-turun roda kehidupan pada individu maupun komunitas. Jadi, sudah terbayang betapa hidup ini sungguh rumit dari satu sisi cara pandang, tapi dari sudut berbeda sejatinya sangat sederhana. Maksudnya, kalau manusia salah dalam memaknai hidup ini, pasti berdampak buruk.
Guna mengetahui lebih detail sangkut paut peribahasa di atas yang dikaitkan terhadap sudut pandang takdir dalam ajaran Islam, silakan baca tautan ini Memaknai Peribahasa "Roda Selalu Berputar" Menurut Sudut Pandang Takdir, Bukan Cuma Menyangkut Harta. Di sana bakal dijumpai runtutan, pola, keterkaitan, hubungan, sistem, atau mekanisme terjadinya peristiwa naik-turun roda kehidupan. Dengan membaca tulisan tersebut, konsep takdir juga akan dapat dipahami.
Rasulullah juga Mengalami Siklus Kehidupan Naik-Turun
Para Rasul dan Nabi, termasuk panutan kita yaitu Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam juga mengalami perputaran roda kehidupan. Malahan, tatkala mereka memperoleh cobaan/ujian dari Allah Subhanahu wa ta'ala, siksaan atau kepedihan (secara fisik maupun batin) yang diterima jauh lebih besar ketimbang manusia biasa. Lebih detail, silakan baca atau tonton video di YouTube tentang sejarah para Nabi dan Rasul.
Rasulullah setelah keluar dari satu masalah, beliau dapat masalah baru. Maklum saja, tugas kehidupan beliau sebagai individu sangat banyak. Selain sebagai Rasul, beliau juga memiliki tugas, kewajiban, dan tanggung jawab lain. Sebut saja sebagai kepala negara, panglima perang, hakim, kepala rumah tangga, hingga menjadi manusia biasa pada umumnya. Peran ganda tersebut tentu sangat berisiko terhadap banyaknya masalah yang beliau hadapi.
|
Ilustrasi perputaran roda pada bianglala (sumber pexels.com) |
Beliau sudah mengalami rasanya sedih lantaran ditinggal wafat oleh istri, dua orang paman, dan putra-putri yang masih bayi maupun sudah menikah. Beliau telah melalui fase hidup berat yang disertai cacimaki, disindir, dighibah, difitnah, dikucilkan, dilempari batu, dilempar kotoran, diancam, dikhianati, ditertawakan, dan lain sebagainya. Beliau juga pernah mengalami kekalahan (terutama perang Uhud). Intinya, periode hidup beliau mengalami pasang-surut.
Perbedaan antara beliau dengan umat Islam di masa sekarang ini adalah tingkat ketakwaan. Walau sebagai kekasih Allah, ternyata beliau tidak meminta pada-Nya agar selalu terus diberi posisi yang berada di atas. Justru, barangkali beliau sadar dan paham bahwa musibah dalam kehidupan bagi orang beriman dapat menjadi ladang pahala dan semakin mendekatkan hamba pada-Nya. Kok generasi umat Islam di masa kini menghendaki terus berada di atas?
Baca juga Begitukah Menjadi Manusia? Musibah yang Menimpa Belum juga Membuat Jera dan Bertaubat
Bagi setiap Muslim yang memiliki rasa sabar dan ridho terhadap nasib buruk yang tengah dialami, sungguh akan memperoleh nikmat atau lezat iman di waktu perputaran roda kehidupan sedang di bawah. Sebaliknya, di kala roda berputar ke atas, membuat umat Islam tersebut tetap sadar diri dan sadar posisi. Enggak menjadikan diri berubah jadi seorang yang ujub serta takabur. Menyadari bahwa itu karena rahmat dari-Nya.
Bagi orang beriman, kehidupan dunia ini hanya persinggahan. Digunakan untuk beribadah (taat) pada-Nya. Mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya supaya mendapatkan posisi terindah setelah kematian tiba. Sebab menurutnya, istirahat yang sebenarnya tanpa mengalami siklus "roda berputar" yaitu ketika sudah masuk surga. Itulah posisi yang benar-benar di atas, tanpa ada rasa khawatir nanti secara mendadak bakal turun kembali.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Rasulullah Saja Roda Kehidupan Beliau Senantiasa Berputar, Kok Sekarang Ada Umat Islam yang Ingin Terus Berada di Atas"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*