Banjirembun.com - Kuda troya adalah patung kuda berukuran besar terbuat dari kayu yang di dalamnya secara rahasia disisipkan para prajurit terbaik sebagai tipu daya, dengan strategi membiarkan patung itu dirampas oleh lawan saat perang agar bisa dimasukkan ke dalam benteng pertahanan musuh. Taktik kuda troya merupakan sebuah kisah dari yunani kuno di sekitar abad 13 sebelum masehi yang masih diperdebatkan faktanya (benar terjadi atau cuma mitos).
Boleh dikatakan bahwa kuda troya merupakan umpan yang diberikan kepada lawan. Jangankan curiga, justru pihak penerima "hadiah" harta rampasan perang tersebut merasa senang dan bangga. Sebab, baginya "pemberian" tersebut menjadi simbol ketundukan dan penghormatan musuh terhadapnya. Hampir mirip peribahasa "Menusuk dari belakang." Maknanya, tampak seakan hendak mendorong dan mendukung ternyata tujuannya hanya ingin menikam.
Baca juga Strategi Kuda Troya, Sisi Positif dan Negatifnya
Bedanya, eksekusi kuda troya dilakukan saat malam hari gelap gulita. Sesudah "mengalah" dalam peperangan dengan cara mundur, disusul membiarkan kuda troya yang berisi para prajurit elit dibawa masuk ke dalam benteng musuh. Nah, seusai para penduduk dan prajurit beserta penguasa di dalam lingkaran tembok pertahanan itu melakukan pesta kemenangan, ketika suasana hening tiba, barulah dilakukan pembantaian secara senyap.
Berikut ini alasan kenapa strategi kuda troya diterapkan dalam urusan politik:
1. Menghentikan Musuh Sebelum Tumbuh Besar dan Jadi Penguasa
Tipu muslihat berkedok "merangkul untuk menikam" pada kategori pertama ini terbilang masih cukup mudah diterapkan. Sebab, keadaan musuh masih belum terlalu kuat. Belum banyak pendukung dan pembelanya. Begitu pula, sisi emosional dan mental lawan kondisinya terbilang lemah sehingga tentu mempunyai cara pandang "Lebih baik banyak teman daripada menambah lawan." Tanpa pilih-pilih dan cermat siapa saja yang pantas dijadikan kawan. Terpenting baginya "terlihat" besar dulu.
|
Ilustrasi kuda troya, semestinya di bawahnya diberi roda agar memudahkan musuh untuk membawanya masuk ke dalam benteng (sumber pexels.com) |
2. Membuat Nama Baik Musuh Hancur, Kalau Bisa Melengserkannya di Tengah Masa Kekuasaan
Pendukung yang kerap membuat blunder bagaikan main bumerang, sebaiknya dibersihkan dari barisan alias jajaran kekuasaan. Orang-orang seperti itu, hanya membebani komunitas politik yang sedang berkuasa. Bisa jadi, dia merupakan "agen inflitrasi" yang sengaja disusupkan oleh pihak lawan untuk merusak dari dalam. Tentunya, kalau bisa disertai memperoleh info penting dari hasil menyusupnya.
3. Menjadi Benalu, Parasit, atau Lintah Penghisap
Orang-orang yang dimasukkan ke dalam lingkaran penguasa biasanya levelnya tak lebih dari kaki tangan. Setidaknya, sahabat atau orang yang pernah punya hutang budi. Di mana, cara menyusupkan bisa diterapkan sebelum pemimpin itu menguasai komunitas politik tertentu. Seolah, bertindak menjadi pendukung. Namun, tujuan aslinya hanya ingin mendapat bagian manisnya irisan roti kekuasaan. Intinya, tak lebih dari sekadar menjadi parasit dan lintah penghisap.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "3 Tujuan "Kuda Troya" Disusupkan ke Internal Lawan Politik"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*