Banjirembun.com - Judul yang Gisel tulis mungkin tampak berlebihan, lantaran disertai "ancaman" bakal mati di usia muda kalau memiliki tipe tetangga dengan karakter tertentu. Sebenarnya, menurut Gisel risiko tersebut wajar sih. Terutama saat tetangga itu senantiasa (tiap hari) bikin susah tidur nyenyak dan membuat resah, berakibat tidak betah tinggal di rumah.
Aneh sih, di rumah yang dibeli sendiri maupun rumah yang disewa dengan sistem kost atau kontrakan, kok nyatanya enggak mendukung terhadap rasa nyaman dalam menjalani hidup. Bukankah salah satu fungsi rumah yang dihuni ialah supaya bisa merasakan suasana damai, bisa istirahat, dan penuh ketenangan dari segala gangguan?
Baca juga Drama Bertetangga serta Tinggal di Perumahan Bersubsidi
Bayangkan saja, bagaimana kesehatan mental dan fisik tetap stabil kalau punya tetangga yang berkelakuan buruk. Mending ketika masih memiliki otak sehingga walau benci terhadap tetangga lainnya, masih bisa digunakan untuk mikir-mikir dulu. Andai ternyata tetangganya berotak udang, tentu jauh menyebabkan hati merana dan menderita tatkala tetap tinggal di rumah.
Tipe tetangga yang bikin susah menjalani hidup sehari-hari dengan penuh bahagia salah satunya yaitu mirip orang gila yang kehilangan rasa manusiawi. Sudah tahu sendiri bagaimana kelakuan orang gila kan? Sebut saja meliputi gampang marah, sensitif (cepat tersinggung), arogan, pendek akal, terburu-buru dalam menyimpulkan sesuatu, tak tahu rasa terima kasih, tidak mau memberi maaf, dan masing banyak lagi.
Gisel memberi saran bagi yang hendak beli rumah, pindah rumah, mengontrak, sewa, atau kost. Pilihlah kawasan rumah yang tingkat pendidikan para warganya memadai. Kalau bisa minimal lulusan kuliah semua. Pastikan mereka mempunyai profesi yang telah mapan seperti PNS, tentara senior, polisi senior, pegawai tetap kantoran, punya usaha bisnis turun-temurun, guru, hingga dosen.
Makin punya intelektual tinggi serta punya pekerjaan yang mantap semakin berpeluang untuk mudah bersosialiasi secara elegan dan dapat saling pengertian dengan tetangga bertipe tersebut. Sebaliknya, tetangga yang punya pekerjaan rendahan sehingga setiap hari dituntut bekerja secara fisik (kasar), tentunya cara berpikirnya sangat beda jauh.
Untuk menjalani hidupnya sendiri saja sudah kerepotan. Apalagi diajak mikir guna menemukan solusi titik tengah terhadap masalah dengan tetangganya, tentu jauh lebih kesulitan. Ibarat kata, mau mikirin biaya hidupnya saja terasa penuh tekanan. Alhasil, tetangganya dijadikan pelampiasan atas buruknya nasib yang menimpa. Saat pulang mengalami kehilangan akal waras.
Tipe perilaku tetangga yang tidak waras selanjutnya yaitu urat malu telah putus. Misalnya, perbuatannya bagaikan "lintah darat" yang terus memanfaatkan tetangga lainnya. Baik "menghisap" dari segi harta maupun keterampilan (sering minta tolong untuk membenahi sesuatu). Termasuk pula, tentunya yang gemar berhutang serta pinjam peralatan tertentu dengan durasi lama. Bahkan, tanpa dibalikin.
Ilustrasi rumah bersebelahan yang menjadi tetangga (sumber Kementerian PUPR) |
Terdapat lagi tetangga yang seolah memancing masalah. Entah niatnya ingin mengerecokin hidup atau memang karena tidak punya empati. Contohnya, membakar sesuatu yang asap dan baunya mengarah ke dalam rumah. Begitu pula, seolah-olah sedang memaku sesuatu di dinding ternyata itu hanya modus. Sebab, setiap kali tetangganya baru masuk rumah langsung ada suara bising di tembok.
Sadisnya, waktu malam hari sudah tiba, yang mestinya digunakan istirahat serta memulihkan energi, ternyata ulah kebiadaban tetangga tak kunjung usai. Ada saja hal-hal yang bikin jiwa jadi tergoncang. Mulai dari suara teriakan, tertawa, nyanyi sambil main gitar, bakar-bakar kayu, dan suara gaduh dari dalam rumahnya yang terdengar sampai ke arah tetangga.
Tipe tetangga menjengkelkan berikutnya adalah terlalu mencampuri urusan orang lain. Maksudnya, enggak menghargai privasi tetangganya. Di mana, kerap bertanya masalah hal-hal kecil. Selalu ingin tahu (penasaran) terhadap tindakan atau sesuatu yang baru saja dibeli. Parahnya, tak punya sopan santun sekonyong-konyong masuk rumah meski tanpa diminta.
Baca juga: Sebab-sebab Tinggal di Perumahan Subsidi Berisiko Besar Konflik dengan Tetangga
Sialnya, giliran tetangga itu diperlakukan sama seperti di atas ternyata ogah menanggapi. Intinya, tetangga tersebut cuma mau mengorek kehidupan orang lain. Namun, ketika kehidupannya sendiri beserta keluarga dikorek dan diganggu privasinya justru sewot. Kalau bukan stres dan arogan apa dong namanya? Sungguh menguras kesabaran di hati.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Tipe Tetangga yang Bikin Mati Muda karena Susah Tidur dan Enggak Betah Tinggal di Rumah"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*