Banjirembun.com - Bagi sebagian orang menganggap kata-kata mutiara, motivasi, bijak dan mengandung inspirasi hanya dikatakan sebagai sesuatu tiada guna. Menurut mereka, sebuah aksi lebih unggul daripada teori. Berpandangan bahwa perbuatan nyata jauh lebih bermanfaat ketimbang permainan kata-kata. Dengan maksud lain, praktik fisik secara nyata di mata mereka segala-galanya dalam kehidupan sehari-hari.
Kalau memang sebuah "kata-kata" tidak penting kenapa manusia punya lisan untuk berucap dan tulisan untuk dibaca? Apalagi, setiap apapun tercipta di dunia ini pasti tidak ada satupun yang sia-sia. Semua pasti ada hikmah tersembunyi. Namun, harus diakui bahwa manfaat alias faedahnya mungkin tak pernah sama sekali disadari atau diketahui oleh manusia. Setidaknya, barangkali baru bisa dipahami perlu waktu relatif cukup lama.
Baca juga Pertikaian Antara Ahli Praktik dengan Ahli Teori
Lagi pula, pada sesama insan mestinya saling mengerti bahwa masing-masing orang punya jalan hidup sendiri. Janganlah memaksakan seseorang harus sesuai dengan cara pandang pribadi yang diyakini paling ideal dan sempurna. Setiap individu berhak untuk memiliki metode tertentu dalam menjalani hidup. Apakah mereka ingin lebih mengunggulkan otak untuk cari duit ataukah memakai otot saat bekerja? Atau kombinasi keduanya?
Selama orang itu enggak mengganggu manusia lain, jangan pernah berkomentar. Urusi saja kehidupan pribadi yang belum tentu lebih baik dari yang dikomentari. Menjadi makhluk hidup itu janganlah usil. Mengaku-aku si paling suka praktik ketimbang teori, ternyata mulutnya sendiri jago bersilat lidah. Urusi saja perjuangan nyata miliknya sendiri. Tak perlu tolah-toleh. Terpenting bagaimana ujung dan hasil akhirnya. Apakah terbukti atau omong kosong belaka?
Nasib buruk dan nelangsa yang menimpa diri sendiri, tak boleh jadi pemicu untuk menyerang orang lain yang bernasib enak. Lantaran terkesima dengan gaya hidup orang lain yang tampak beruntung. Nyatanya, meski orang tersebut terlihat mudah jalan hidupnya tanpa kesulitan dan tak kerja keras (tanpa kerja fisik), tapi di balik itu yang sudah terburu-buru disangka menganggur, faktanya kerja mati-matian seharian penuh di rumah.
Ilustrasi orang yang merasa si paling suka praktik disebut sebagai bagaikan katak dalam tempurung (sumber gambar) |
Sedangkan, yang terlihat kerja serta punya aktivitas di luar rumah justru mayoritas waktunya banyak untuk cari hiburan. Sebut saja seperti nongkrong bersama sambil merokok di kedai kopi, mengghibah (menggosip) di rumah teman, hingga melakukan perbuatan menyenangkan lain yang diluar dugaan. Itukah yang dinamakan dengan banyak kerja, aksi, atau praktik? Seperti itukah orang yang paling suka praktik ketimbang teori?
Pahamilah, cari uang itu banyak caranya. Tidak harus dinampakkan di luar rumah. Bahkan, di dalam rumah pun sambil duduk di depan laptop sudah mampu mendatangkan penghasilan duit yang lebih gede daripada pendapatan para pihak yang bangga disebut "pekerja." Itulah pentingnya punya wawasan luas. Itulah pentingnya untuk tidak menjadi manusia kuper (kurang pergaulan luas) sehingga tak tahu dunia luar.
Sesungguhnya, manusia macam itulah yang paling pantas disebut tukang teori lantaran "licin" mengomentari hidup orang lain. Lidahnya begitu mudah melekuk-lekuk untuk bersilat demi mampu menikam orang lain. Sangat lancar membuat teori-teori terkait hal-hal yang menyangkut dugaan, asumsi, atau prasangka tentang orang-orang di sekitarnya. Setidaknya, masih mending sih tatkala omongan sebanding dengan kerja.
Nah, jangan-jangan penuduh yang merasa si paling suka praktik di atas mirisnya tidak tahu apa yang disebut dengan teori? Sehingga mudah menuduh dan menghakimi seseorang sebagai tukang teori? Nih, tolong dipahami. Arti teori adalah pendapat, cara, atau aturan dalam melakukan sesuatu. Dengan demikian, orang yang banyak komentar dan banyak ngomongin orang lain disebut banyak berteori.
Oleh sebab itu, banyaklah membaca dan menonton hal-hal yang positif. Agar tahu bahwa cara, taktik, strategi, atau metode bertahan hidup di tengah krisis ekonomi itu sangat banyak. Kalau masih jadi pengangguran, ya seenggaknya jangan putus asa. Parahnya, menutupinya dengan cara berteori tentang nasib orang lain tanpa disertai data absah dan informasi terpercaya.
Baca juga Kroscek Dulu Saat Menerima Kabar Tentang Individu, Agar Tak Berujung Malu dan Sesal
Intinya, kalau memang lagi nganggur lebih bijak jadi pengangguran baik hati yang mulutnya diam. Hindari membangga-banggakan diri menyebut si paling pintar dan berguna. Sekali-kali, jalan-jalanlah ke banyak kota. Sekali-kali, lihatlah manusia lain di luar kota. Sekali-kali, bergaullah dengan orang yang berbeda di luar kebiasaan. Sekali-kali, membacalah tulisan yang membuka cara pandang. Jangan menjadi katak dalam tempurung!
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Si Paling Suka Praktik Ketimbang Teori, Sini Kumpul Biar "Kena Mental""
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*