Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Merasa Heran Saja, Usia Semakin Menua Kok Masih Rakus dan Serakah

Banjirembun.com - Beberapa manusia ditemukan berkelakuan sangat rakus, serakah, atau tamak pada harta hingga jabatan. Itu bukan sesuatu hal yang mengherankan. Sesungguhnya, guna mengetahui orang-orang yang bersifat demikian tidaklah sulit. Tak perlu jauh-jauh menghakimi para pengusaha tajir, golongan ningrat, dan pejabat tinggi. Malahan, sejumlah orang di sekitar juga sama saja. Yakni, semakin menua kok justru makin rakus dan serakah.


Perlu ditekankan, tulisan ini bukan bermaksud untuk membolehkan alias menghalalkan perbuatan serakah yang dilakukan oleh kalangan muda (usia 21-30 tahun) dan dewasa akhir (usia 40-60 tahun). Sebagaimana diketahui, rentang umur pada periode tersebut merupakan masa-masa produktif serta memiliki kreativitas yang tinggi. Penuh semangat, bergairah, senang bersaing/berkompetisi, dan lain-lain.

Baca juga Orang-orang Rakus atau Serakah Jadi Sebab Kehancuran Peradaban

Dorongan tak ingin kalah (atau dikalahkan) dan haus terhadap rasa puas bikin kalangan manusia di atas terus melaju ke depan tanpa pernah injak rem. Akibatnya, norma-norma atau nilai-nilai sosial seperti ajaran agama maupun hukum negara ditabrak begitu saja. Salah satu sebabnya, lantaran mereka terlalu panjang angan-angan. Merasa hidupnya bakal panjang. Menganggap diri dan keluarganya yang paling berhak sukses bahagia.


Mereka juga menyiapkan harta dan jabatan bagi anak cucunya kelak. Berharap, supaya nanti kedudukan keluarga tetap berada di atas. Hanya peduli pada "nama baik" pribadi tanpa mau tahu tentang kehormatan dan martabat manusia lain. Cuma perhatian terhadap nasib diri sendiri dan keluarga tanpa memedulikan hak-hak kaum bawah yang juga butuh "penyadaran" serta pencerahan agar tidak terus tenggelam dalam keterpurukan.


Sekali lagi, tak perlu jauh-jauh menengok golongan manusia terkenal yang popularitasnya menggema. Jangan pula, sekadar fokus pada kaum bangsawan yang punya kekuatan sosial untuk menggerakkan. Begitu juga, enggak boleh terperdaya terlalu menuduh hartawan. Di mana, mereka disebut-sebut sebagai manusia yang berusia tua tapi malah semakin rakus dan serakah. Padahal, orang-orang terdekat di sekitar juga melakukan hal sama.


Tua-tua Keladi, Makin Tua Makin Menjadi

Terdapat peribahasa "Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi." Perumpamaan tersebut lebih banyak dikonotasikan negatif. Yakni, orang yang sudah beranjak usia tua tetapi malah perilakunya kekanakan seperti ABG (Anak Baru Gede). Artinya, raga atau kekuatan fisik performanya mengalami penurunan tapi ambisi maupun kepuasan tiada pernah ada habisnya. Makin ke sini semakin menjadi-jadi tingkah polahnya sehingga merusak tatanan.

 

Boleh tidak sih, tatkala dikatakan seorang 'tua keladi' perangainya lebih buruk dari binatang? Sebab, serakus-rakusnya dan setamak-tamaknya hewan masih memiliki batas waktu pendek, jumlah sedikit, dan jangkauan yang tak luas. Lagi pula, kerusakan dan kehancuran yang diakibatkan oleh perilaku binatang liar lebih seringnya malah bermanfaat bagi keseimbangan ekosistem alam. Sedangkan, sifat rakus dan serakah manusia bagaimana?


Bisa dibilang, cinta pada dunia beserta isinya secara berlebihan dan panjang angan-angan jauh ke masa mendatang telah membuat para insan jadi lupa diri. Dua penyakit kronis itu sangat sulit untuk disembuhkan kecuali datangnya kematian. Faktanya, rakus dan serakah pada harta hingga jabatan amat berpotensi besar menjadi sumber kezaliman dan kejahatan. Alasannya, orang tamak atau serakah tak ada yang mempunyai hati bersih.


Contoh terdekat ialah ada orang-orang yang memaksakan kehendak, egois, gemar menekan, dan berambisi untuk tampil paling depan sendiri. Hendak mau menjadi pusat sorotan dan mendapat pujian bertubi. Maaf, ini bukan tentang pejabat maupun pekerja di kantoran. Melainkan dalam hubungan sosial yang naik-turunnya tren "persaingan" begitu drastis. Apalagi kalau bukan seputar hubungan di keluarga besar, tetangga, sampai teman sekolah atau kuliah di masa dulu.

Baca juga 5 Jenis Perbuatan Serakah yang Dilakukan Hanya Oleh Orang Kaya

Sebaiknya, segera bertaubat! Dunia ini hanyalah perhiasan yang kilauannya menipu. Semestinya, individu yang sudah beranjak tua bertambah semakin sadar diri. Dia hanya fokus ingin mencari ketenangan dan kebahagiaan hidup dengan cara elegen atau bijaksana. Bukan sebaliknya, makin bersemangat untuk mengeruk harta sebesar-besarnya serta mempertahankan jabatan yang diharapkan nanti bisa pula dilanjutkan oleh anak cucunya.

Ilustrasi rakus dan serakah karena menerima uang haram (sumber pexels.com)

Itulah barangkali yang disebut manusia telah berlomba-lomba dalam urusan nafsu. Tidak lain, terkait banyak-banyakan harta dan kejar-kejaran punya jabatan paling tinggi. Lebih dari itu, kadang rasa dendam dan ingin menjatuhkan orang lain ikut berperan pula membikin sebagian pihak rela merebut hak-haknya. Ketika seluruh misi itu berhasil, semakin bertambah takabur dan ujub hati mereka. Intinya, rakus dan serakah itu candu!





Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Merasa Heran Saja, Usia Semakin Menua Kok Masih Rakus dan Serakah"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*