Banjirembun.com - Peribahasa yang memakai istilah terkait perputaran roda jumlahnya lumayan banyak. Sebut saja seperti "Roda selalu berputar," kemudian "Kehidupan bagaikan roda berputar," lantas "Hidup ini ibarat roda yang berputar," lalu "Kehidupan ini diibaratkan dengan roda yang berputar, kadang di bawah dan kadang di atas", dan "Hidup ini seperti roda yang berputar."
Semua ungkapan di atas memiliki makna yang sama. Yakni, di dalam dunia ini pasti ada sebuah perubahan. Lebih lanjut, peralihan yang dimaksud bersifat bawah-atas, turun-naik, bertambah-kurang, atau baik-buruk. Namun, paling banyak perumpamaan tersebut dikaitkan dengan jumlah uang atau kekayaan yang dimiliki. Dengan kata lain, ujung-ujungnya duit.
Baca juga Contoh Metode dalam Memahami Takdir Buruk atau Sial Secara Salah Kaprah
Tatkala, roda sedang di atas maka disebut mengalami fase kecukupan atau panen melimpah. Adapun, ketika berada di posisi bawah diartikan sebagai periode kekurangan atau paceklik. Itu dapat dipahami, dalam setiap hidup ini pasti ada pasang-surutnya. Bagaikan musim atau cuaca yang silih ganti. Begitu pula, layaknya roda yang "normal" dan "berguna" senantiasa bergerak dan berputar.
Disadari atau tidak, hidup ini berjalan seperti roda. Di waktu tujuan tercapai (roda di atas), sebuah tujuan baru yang lain bakal diperjuangkan hingga menguras keringat yang kadang entah kapan sampainya belum jelas (roda di bawah). Seperti itulah kehidupan. Sangat sesuai dengan nafsu dan sifat manusia yang kadang tak ada puasnya.
Semakin tinggi dan berat harapan seseorang makin sulit juga pergerakan rodanya, lantaran ukurannya juga besar. Tentu, itu juga harus disesuaikan dengan tingkat kecerdasan atau kemampuan pihak yang tengah berusaha menggerakkan roda ke atas. Dengan ukuran roda sama, tetapi level individu beda, berakibat kecepatan putar juga beda.
Dalam artian, ketika posisi "roda" seseorang selalu menetap di atas, barangkali dia masih berada di zona nyaman. Ibarat kata, roda dalam keadaan rusak sehingga macet. Akibatnya, menganggap diri enggak perlu dulu untuk bergerak. Ogah mencari-cari risiko. Cukup nikmati apa yang ada. Masa bodoh kata orang, yang penting bagi dia hidupnya menggembirakan.
Alhasil, rodanya jadi mangkrak. Itu pun, hanya sementara waktu sebelum masalah terbaru muncul dan kalau ajal tidak menjemput. Bagaimanapun, namanya kehidupan pasti ada musibah dan masalah. Di mana, roda kadang terperosok ke lubang. Tentunya, tantangan-tantangan yang dihadapi itu mau tak mau menuntut seseorang untuk bergerak. Dengan begitu, apa tetap pilih diam saja?
Menghubungkan Peribahasa "Roda Selalu Berputar" dengan Konsep Takdir
Nyatanya, "roda kehidupan" dalam peribahasa di atas bukan cuma menyangkut harta atau seputar kaya-miskin. Melainkan pula tentang sakit-sehat, kalah-menang, sedih-bahagia, sulit-mudah, rugi-untung, lapang-sempit, muda-tua, tangis-tawa, pesimis-optimis, malas-semangat, menganggur-bekerja, lemah-kuat, terpuruk-bangkit, bangkrut-sukses, dan masih banyak lagi.
Intinya, seluruh sistem kehidupan ini merupakan rangkaian roda yang berputar dalam sebuah "mesin." Dengan demikian, satu roda dengan roda lain saling terhubung dan saling mempengaruhi. Roda satu tidak bisa selamanya bertahan sendirian tetap di bawah, atau sebaliknya tetap di atas. Pasti ada roda-roda lain yang ikut mendorong pergerakan satu roda tertentu.
Ilustrasi tersebut bagaikan gerak roda bergerigi di mesin yang letaknya berdiri (bukan baring). Ketika sebuah roda arah putarnya menunjukkan ke bawah, justru roda milik manusia lain yang "tertaut" dengannya berada di atas. Artinya, sudah menjadi algoritma atau pola takdir bahwa terkadang posisi "rendah" seseorang bakal menaikkan derajat manusia lain.
Hari ini seseorang mengangkat individu tertentu, di hari mendatang dia yang diangkat (mungkin) oleh orang berbeda. Hari ini ia menzalimi insan lemah, esok hari dia pasti memperoleh kezaliman dari manusia yang lebih kuat. Maknanya, berhati-hatilah dalam berhubungan dengan sesama. Sadarilah bahwa apa yang ditanam itulah yang dituai.
Selanjutnya, nasihat ringkas berupa "Roda selalu berputar" seperti di atas merupakan pengingat bagi setiap individu. Agar senantiasa rendah hati, bersabar, dan bersyukur. Alasannya, enggak selamanya orang selalu di atas dan tak selamanya selalu di bawah. Ada kalanya seseorang untuk menanjak jauh ke atas harus diperlukan terjatuh dulu. Begitulah alurnya.
Pergerakan roda yang menurut kacamata manusia serba "tidak pasti" (sulit diprediksi) itu semestinya memotivasi untuk giat berdo'a, beribadah, dan berusaha. Ikut berperan pula dalam memberikan kesadaran diri bahwa untuk menggerakkan roda terkadang tak bisa dilakukan sendirian. Butuh peran dan bantuan orang lain. Itulah pentingnya saling "tertaut" kuat.
Nah, dengan memahami filosofi perputaran roda di atas akan lebih bijak senantiasa menjadi insan yang waspada dan siaga. Selalu bersiap dengan kemungkinan yang ada. Bisa saja keadaan berbalik sekejap mata. Sebab, kesalahan dalam mengelola iman dan aqidah dapat berakibat kondisi jiwa semakin terpuruk, atau sebaliknya di kala sudah naik ke atas berujung jatuh kembali.
Kendati ditekankan lagi, suatu pergerakan roda bukan dipengaruhi apalagi ditentukan oleh seberapa keras dan sungguh-sungguhnya seseorang dalam berupaya. Di balik itu, ada banyak faktor pergerakan sebuah roda sulit mengarah ke atas atau kenapa tetap berada di bawah. Satu-satunya hal yang paling menentukan yaitu adanya takdir atau kehendak-Nya.
Baca juga Cara Memahami Takdir Allah dengan Benar Agar Hidup Tak Salah Arah
Seberapa keras pun berusaha, kalau bukan/belum takdirnya pasti mustahil tercapai. Berbanding terbalik, seberapa "lunak" dan "malas" pun seseorang kalau sudah takdirnya pasti roda bergerak ke atas. Kedua hal itu merupakan sebuah kepastian. Namun, jangan salah paham dahulu. Sebaiknya, dalami tentang konsep takdir secara benar agar mudah mengerti.
Lebih detail, bisa jadi takdir sukses sekarang ini lantaran "berkah" (limpahan) atas adanya takdir "milik" orang tua di masa lalu yang hidupnya juga gemilang. Sebaliknya, takdir menderita masa kini mungkin pula karena dipengaruhi oleh takdir "milik" orang tua di zaman dulu yang hidupnya kelam. Dengan kata lain, takdir satu orang dengan orang lain menurut kacamata manusia saling terhubung.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Memaknai Peribahasa "Roda Selalu Berputar" Menurut Sudut Pandang Takdir, Bukan Cuma Menyangkut Harta"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*