Banjirembun.com - Pernah enggak menemui buruh toko, pekerja lapangan, tukang bersih-bersih, kuli, juru parkir, penjaga warung makan, karyawan minimarket, kurir pengantar paket, hingga pegawai rendahan di lokasi bisnis tertentu yang lagaknya sepatutnya seorang bos? Mereka jadi pekerja yang tak sadar diri. Sungguh bikin jengkel bukan?
Alhasil, ketika ada pelanggan alias konsumen yang berurusan dengan manusia-manusia seperti di atas akan berujung terjadi "konflik batin." Alasannya, sebagai calon pembeli ternyata individu tersebut tidak dihargai sama sekali oleh mereka. Bahkan, terkesan direndahkan dan diremehkan begitu saja. Misal, dikira pengangguran yang tak mampu membeli.
Baca juga Karyawan yang Melayani Pelanggan di Bisnis Milik Majikannya Janganlah Jadi Babu Alias Jongos
Akibatnya, seseorang yang enggak terima disepelekan oleh pekerja lapangan (yang memprioritaskan kekuatan fisik ketimbang otak) seperti di atas menjadi nekat berkata kasar. Masih mending ketika pilih mengumpat dalam hati yang kata-katanya hanya seputar nama-nama hewan, mengata-ngatain tolol, menyebut goblok, sampai memberi pisuhan sadis.
Bagi pihak yang sudah merasa kesal dan dongkol lebih memilih kata-kata "mutiara" lain yang semakin mengerikan. Di mana, dengan teganya ia akan menjuluki orang-orang yang tak tahu diri itu dengan sebutan jongos, kacung, babu, atau parahnya digelari sebagai budak. Itu diterapkan lantaran sudah saking meletup di ubun-ubun.
Artinya, kalau pekerjanya bermental waras sehingga dilakukan secara profesional tentu enggak dijuluki sebagai jongos. Sebaliknya, malah diperlakukan sangat baik oleh pelanggan yang merasa dihargai dan dilayani dengan sempurna. Kadang, justru diberi uang tips (setidaknya uang kembalian tak diterima) sebagai bentuk rasa terima kasih.
Menghadapi para pekerja yang sok penting, sok tahu, sok berkuasa, sok benar, sok ngatur, sok pintar, sok elit, sok punya hak, dan sok jadi juragan sungguh merepotkan. Jangankan berbicara dengan mereka, melihat wajah dan tubuhnya saja sudah muak ingin muntah. Nah, wajar enggak sih orang yang sebal pada mereka menjuluki jongos?
Kalau menolak disebut babu maupun kacung, disarankan sebaiknya bersikaplah sepantasnya seorang pekerja yang bertanggung jawab dan melaksanakan kewajiban dari majikan. Jangan malahan mendiskriminasikan konsumen seenak jidat. Merasa paling berhak untuk pilih-pilih, mana konsumen yang harus dibaik-baikin lalu mana yang diabaikan.
Baca juga 5 Sikap Karyawan Toko ini Menunjukkan Mental Babu
Lagian, kalau tidak mau bekerja secara totalitas dan serius sesuai dengan aturan maupun tugas-tugas yang diberikan kenapa tetap bekerja? Masih banyak kok orang yang mau bekerja dengan benar dan sungguh-sungguh. Sadar dirilah. Tahu dirilah. Sadar posisilah. Agar pekerjaan yang diemban bisa sukses secara sempurna.
Apa maunya jadi pengangguran saja, biar santai tinggal terima duit? he he he. Bagaimana kelak mampu naik pangkat jadi bos kalau sekarang bermental sampah? Berat. Sangat berat.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ketika Jongos Berlagak Seperti Layaknya Bos"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*