Banjirembun.com - Babu adalah pelayan yang tunduk, patuh, dan fanatik pada perkataan dari majikan dalam mengerjakan tugas secara rutin di setiap harinya tanpa memiliki inisiatif untuk mengembangkan diri. Di mana, babu kerap diidentikkan memiliki ilmu pengetahuan yang minim sehingga hanya mampu produktif bagaikan mesin/robot tetapi enggak ada kreativitas.
Perlu ditekankan bahwa definisi babu di atas didasarkan pada makna atau pemahaman secara umum. Yakni, sebuah pekerjaan yang dianggap "mudah" oleh sebagian orang. Bukan babu yang diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai "Perempuan yang bekerja sebagai pembantu (pelayan) di rumah tangga orang; pembantu rumah tangga."
Baca juga 5 Sikap Karyawan Toko ini Menunjukkan Mental Babu
Dengan demikian, karyawan atau pegawai yang memiliki karakter tak manusiawi dapat disebut sebagai babu. Misalnya pekerja toko maupun buruh yang menyepelekan konsumen. Sebab, dia bekerja tidak dari hati nurani yang tulus dan ikhlas. Fokusnya hanya mencari duit. Tanpa memperhatikan kepuasan pembeli di tempat bisnis majikannya. Dengan kata lain, kerjanya tanpa pakai jiwa.
Sudah merupakan kewajiban bukan, jika punya ikatan alias kontrak kerja dengan majikannya maka harus menjaga nama baik usaha yang dipunyai sang juragan tersebut? Tentulah pemilik bisnis itu enggak mau para pekerjanya berperilaku sembarangan. Apalagi menyangkut pelayanan terhadap para pengunjung yang hendak membeli barang dagangannya.
Adapun, pegawai di minimarket atau di lokasi lain yang memperhatikan sisi kemanusiaan konsumen bukan disebut sebagai babu. Alasannya, pekerja tersebut memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni. Baik itu secara teori dan praktik, sungguh teramat unggul dalam melayani pelanggannya secara profesional. Tanpa ada sikap buruk yang ditunjukkannya.
Perlu diketahui saja, beberapa orang sering melabeli (menjuluki) para pegawai atau karyawan sebagai babu. Salah satu penyebabnya yaitu tingkah dan pelayanan yang diberikan enggak memanusiakan manusia. Sebaliknya, justru menjatuhkan harga diri pengunjung. Alhasil, orang yang merasa tersakiti itu memanggilnya dengan sebutan babu.
Kadang, selain menggunakan kata babu masih ada istilah lain yang digunakan untuk menghardik pegawai yang tak tahu diri seperti di atas. Sebut saja seperti jongos, kacung, pesuruh, pelayan, juru kaki, pembantu, hingga malahan terdapat yang sudah merasa geram sehingga tega menyebut sebagai budak. Intinya, dikata-katain bermental jongos.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Karyawan yang Melayani Pelanggan di Bisnis Milik Majikannya Janganlah Jadi Babu Alias Jongos"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*