Banjirembun.com - Dalam budaya Jawa modern (bukan Jawa kuno) terdapat banyak parikan (pantun), peribahasa, atau sekadar ukara (kalimat) yang sederhana/pendek tapi penuh nilai makna. Baik itu digunakan untuk bertujuan menyindir, mengingatkan, menasihati, memperhalus ucapan, meringkas ungkapan, hingga sebagai sumber norma kehidupan. Dengan demikian, itu semua bukan cuma tentang permainan kata apalagi guna bersilat lidah.
Salah satu kalimat sederhana yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Jawa yaitu terkait gedang (pisang). Misalnya "Gedang kepok, gerang pekok" (pisang kepok, dewasa bodoh). Maksudnya yaitu sudah dewasa tapi masih berpikiran bodoh. Kata pekok dapat dijabarkan menjadi hal-hal yang terkesan konyol, bego', kekanak-kanakan akibat tak tahu aturan, tolol, ceroboh karena pendek akal, atau ngeyel.
Baca juga Arti Kata Dapurmu atau Dapuranmu Dalam Bahasa Jawa
Istilah gedang juga dipakai dalam ungkapan lainnya. Sebut saja seperti Gedang godok mreteli, gerang goblok gateli (pisang rebus terpisah-pisah [rontok atau lepas semuanya], dewasa bodoh dan brengsek). Kalimat itu mengandung arti "Sudah berumur dewasa tapi kok nyatanya masih bodoh dan memiliki sifat seperti kotoran yang ada pada alat kelamin manusia."
Lebih lanjut, kata gatel merupakan salah satu bentuk umpatan yang mempunyai arti kotoran di kelamin atau disebut smegma. Gathel atau gahteli ialah salah satu bentuk kata kasar yang sepadan konotasinya dengan pisuhan lainnya seperti gaplek, gancok, jancok, dancok, jangkrik, damput, gamput, raimu, dan masih banyak lagi. Tentunya kata-kata misuh itu tidak pantas ketika diucapkan, terutama bagi kalangan masyarakat Jawa bangsawan yang sudah dibiasakan sopan santun.
Berikut ini contoh parikan dalam bahasa jawa tentang gedang:
~ Gedang gone mbok wek enake digodok
(Pisang miliknya istri tua enaknya direbus)
~ Soyo gerang lan tuwek kok malah goblok
(Semakin tumbuh gede dan menua justru bodoh)
~ Gedang godok ojo dipreteli
(Pisang rebus jangan dicopoti)
~ Gerang goblok soyo gateli
(Dewasa bodoh semakin bangsat)
Kendati demikian, ternyata kata gatel yang tergolong mengandung maksud kasar alias misuh seperti di atas mengalami perluasan makna. Di mana, sekarang ini sudah jarang yang tahu apa definisi dari gatel itu sendiri. Kebanyakan orang dengan ringan menyebut gatel di lisan tetapi tidak tahu apa artinya yang sebenarnya. Bahkan, mayoritas masyarakat sudah memakai kata itu bukan untuk menunjukkan arti yang sesungguhnya. Malahan, kadang sebagai simbol keakraban.
|
Gedang godok atau pisang rebus (sumber foto koleksi pribadi) |
Nah, dalam ungkapan gedang godok mreteli, gerang goblok gateli di atas tentunya kata gateli dipakai hendak berniat ingin memaki-maki. Lantaran orang yang menerima lontaran kalimat negatif tersebut sudah teramat brengsek, menyebalkan, dan menjengkelkan. Padahal, sudah teramat sabar dalam menghadapinya. Akan tetapi, ternyata enggak bisa lagi diingatkan dengan cara baik-baik. Alhasil, kata gatel dapat diartikan brengsek atau bangsat. Bisa pula berarti kurang ajar.
Setelah membaca tulisan ini, jika ada orang tiba-tiba berkata "gedang godok mreteli" maka harus hati-hati. Sebab, perkataan itu dikeluarkan bisa jadi disebabkan karena dia telah merasa tak kuat lagi menahan diri. Oleh sebab itu, sebaiknya jauhi dia untuk sementara daripada emosinya makin bertambah parah ketika melihat kehadiran kita. Beri dia ruang dan waktu sejenak untuk menurunkan gejolak di dalam dada.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Definisi Ungkapan Bahasa Jawa "Gedang Godok Mreteli""
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*