Banjirembun.com - Kedua orang tua, terutama sang ibu, seperti apa pun mereka sebagai seorang anak tetap wajib untuk berbakti. Mau mereka kafir (non Muslim), miskin, bodoh, jahat, zalim, kekanak-kanakan, hingga gila alias hilang akal waras tidak bakal berakibat menggugurkan bagi seorang anak dari kewajiban berbakti. Sebab guna berbakti kepada orang tua, tak ada alasan satu pun yang bisa jadi penyebab hilangnya maupun malah sekadar berkurangnya hak mereka berdua.
Kalaupun, terdapat ibu yang mengajari hal tak baik terhadap anak, sudah pasti hal tersebut bukan jadi landasan bagi anak untuk memusuhi orang tuanya. Jangankan melawan, hanya memotong atau mengurangi sebagian hak mereka supaya masih tetap diberi bakti "saja" sangat dilarang. Intinya, sekurang ajar bagaimanapun sosok orang tua sungguh mereka selalu punya posisi paling tinggi ketimbang anak. Oleh sebab itu, anak harus senantiasa merendah dan menghormati.
Baca juga 5 Cara Berbakti pada Orang Tua yang Jahat Terhadap Anaknya
Bayangkan sejenak sebagai bahan renungan, apa jadinya ketika orang tua memutuskan pilih membunuh anak di masa kecil? Apakah anak akan bisa lahir ke dunia ketika orang tua ingin menggugurkan? Bagaimana nasib si anak ketika masa kecilnya dulu tidak diberi berbagai macam vaksin, dikasih susu, dilindungi dari bahaya, dijaga, dirawat, atau memperoleh asupan bergizi serta bernutrisi bagus? Apakah masih merasa kurang jasa-jasa orang tua pada anaknya?
Sakit hati dan kecewa pada orang tua boleh saja. Namun, urusan isi hati biarlah Allah Subhanahu wa ta'ala yang hanya mengetahui. Manusia lain tak perlu tahu. Cukup mengeluh dan minta solusi pada-Nya. Enggak usah menunjukkan rasa paling menderita kehidupannya lantaran memiliki orang tua jahat. Lantas, disebarluaskan kepada orang lain tentang karakter buruk orang tuanya. Parahnya lagi, diaktualisasikan dalam bentuk negatif.
Alasannya, menyalahkan orang tua berarti sama saja menyalahkan Allah Yang Maha Esa yang telah memberi takdir lahir dari sperma dan sel telur mereka. Bukankah mempunyai orang tua seperti mereka tak lepas dari kehendak-Nya? Artinya, protes pada orang tua sama halnya memprotes pada-Nya. Mirisnya lagi, ternyata kondisi anak sudah baligh sehingga sepatutnya hidup mandiri. Tidak merusuhi mereka berdua lagi. Akan tetapi, sampai kapan pun anak tetap wajib berbakti meski telah "lepas" dari orang tua.
|
Ilustrasi anak berbakti pada orang tua (sumber pexels.com) |
Kendati demikian, berbakti pada orang tua enggak boleh diartikan berupa anak mesti menuruti dan mengikuti jejak orang tuanya. Apalagi, tatkala ditemukan bahwa ibu telah mengajari buah hatinya agar melakukan perbuatan tercela. Misalnya, mengajari anaknya berbohong demi menutupi aib keluarga. Padahal, langkah menjaga nama baik keluarga masih banyak caranya. Salah satunya, dengan ditempuh berdiam sampai isu/gosip yang menyeruak menjadi mereda.
Harus dipahami, haram hukumnya seorang Muslim memiliki lisan yang mengeluarkan kata-kata berbohong atau berdusta. Cuma ada tiga penyebab umat Islam boleh berbohong. Itu pun dalam kondisi tertentu. Pertama, digunakan sebagai strategi pada peperangan (termasuk posisi sedang ditawan serta diintimidasi yang mengancam nyawa). Kedua, mendamaikan antara dua insan yang bertengkar secara berhadap-hadapan maupun saling boikot alias "perang dingin." Ketiga, pembicaraan suami atau istri dengan maksud menyenangkan hati salah satunya.
Baca juga 4 Cara Berbakti Kepada Orang Tua yang Berjarak Jauh
Itulah sedikit pengingat bagi setiap anak yang masih punya orang tua. Diharapkan, setelah menyadari betapa orang tua merupakan manusia yang teramat penting untuk dihormati sebaiknya langsung lakukan tindakan nyata. Bertemulah pada mereka. Berikan sesuatu hadiah (uang, bingkisan, atau oleh-oleh). Tak perlu risau, khawatir, cemas, atau takut tentang respon mereka saat ditemui. Kewajiban anak adalah berbakti. Tanpa harus peduli bagaimana sikap timbal balik orang tuanya.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Nak, Kalau Ibumu Mengajari Hal Tak Baik Tetap Berbaktilah Padanya, Tapi Jangan Ikuti Jejaknya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*