Banjirembun.com - Berhati-hatilah saat mendengar kabar, berita, isu (gosip maupun ghibah), atau penilaian buruk terhadap individu tertentu. Terutama "kabar burung" terkait orang-orang di sekitar. Sebut saja seperti kerabat, tetangga, teman kerja atau kuliah, dan seseorang yang berada di komunitas tertentu.
Laporan tentang kejelekan pihak tertentu yang meniup ke telinga, janganlah serta-merta diterima begitu saja. Hindari langsung mempercayainya. Apalagi bersemangat ikut-ikutan terpancing, terprovokasi, atau terlibat dalam lingkaran haters (pembenci) seorang yang disangka bersifat serba negatif.
Tahu tidak? Bisa jadi orang yang menghembuskan kabar angin tersebut punya maksud buruk. Entah didasarkan oleh faktor rasa iri, dendam, ingin "menghabisi" target yang jadi bahan omongan, atau cuma memang kebiasaannya suka menyebar cerita palsu akibat terlalu lama jadi pengangguran.
Sebaiknya kroscek dulu secara teliti. Kalau belum mampu atau tidak sempat mengecek tentang kesahihan warta yang beredar, disarankan diam saja. Enggak usah ikut-ikutan menyebarkan kabar tentang individu kepada orang lain. Ketimbang nanti berujung rasa malu dan sesal.
Ilustrasi iblis yang menghasut dengan cara menyebarkan kabar hoax (sumber foto) |
Uji dulu tingkat kebenaran pada setiap kabar yang masuk ke telinga dan dibaca oleh mata. Selain itu, tatkala kabar yang diterima memang benar-benar 100% terpercaya, tapi apakah berguna bagi penerimanya? Mempengaruhi dan berdampak tidak terhadap kepentingan komunitas, organisasi, atau masyarakat?
Walau sebuah berita sudah terbebas dari cela dan kesalahan, sebaiknya tetap waspada. Alasannya, enggak semua informasi yang datang harus ditampung dan disimpan dalam ingatan. Alih-alih menguras memori otak untuk hal-hal tak penting, malah lebih bijak pakai otak untuk mengurusi pekerjaan. Jauh lebih berfaedah.
Kadung Semangat Menuduh, Ternyata Berujung Rasa Malu dan Sesal
Kenapa muncul penyesalan dan menimbulkan perasaan malu? Salah satu sebabnya ialah sudah terlanjur berprasangka buruk dan menghakimi, tetapi nyatanya semua yang dituduhkan salah total. Bahkan, sebaliknya kondisi orang yang difitnah tersebut baik-baik saja dan justru berhati mulia.
Sudah teranjur mengorbankan harta dan menguras pikiran untuk menyerang seseorang yang disangka buruk, ternyata seluruhnya "omong kosong" belaka. Dengan kata lain, pihak yang jadi sasaran korban intimidasi tetap berdiri tegak. Alhasil, semua yang telah dikeluarkan jadi sia-sia tanpa guna.
Lebih sadis lagi, sudah terlambat untuk ditarik lagi, nyatanya keadaan orang yang diserang mengalami hancur lebur. Martabat, kehormatan, dan harga dirinya sudah tercemar. Parahnya, akibat fitnah kejam itu membuat korban menjadi kesulitan mencari pekerjaan pantas. Hidupnya sudah habis!
Prinsip atau kaidahnya yaitu "Lebih baik menyesal lantaran tak menaburkan bibit, daripada menyesal telah menanam keburukan." Artinya, ketimbang kecewa pada diri sendiri karena telah termakan hasutan orang lain, lebih baik tahan diri agar terhindar perangkap. Janganlah mau diperalat penggosip!
Baca juga Ketahui Perbedaan Hoax Dengan Fake News
Cegah diri menjadi manusia bodoh yang mudah menelan gosip mentah-mentah tanpa diperiksa dulu. Itulah salah satu perilaku yang membedakan antara manusia terdidik dengan tak berpendidikan. Di mana, orang yang terbiasa membaca dan menulis biasanya sangat sulit untuk mudah percaya.
Menjadi insan yang selektif alias pilih-pilih di era digital seperti sekarang ini merupakan keharusan. Bukan hanya pilih-pilih teman, rekan kerja, maupun barang yang akan dibeli di toko. Lebih dituntut lagi, untuk jeli memilih suatu kabar harus dimasukkan ke otak serta hati atau tidak sama sekali.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kroscek Dulu Saat Menerima Kabar Tentang Individu, Agar Tak Berujung Malu dan Sesal"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*