Banjirembun.com - Dua manusia barangkali sama-sama beragama Islamnya. Namun, satu orang punya aqidah yang kuat-stabil dan satunya lagi kadar keimanannya sering kembang-kempis alias bertambah-berkurang secara drastis. Satu orang paham agama dan satunya lagi cuma ikut-ikutan beragama.
Sama-sama Muslim tapi beda isi hatinya. Walau sama-sama bangun pada dini hari, satu pihak melaksanakan sholat Tahajud dan satunya menonton hiburan di TV. Sama-sama sedang lapar, satu pihak menjalankan ibadah puasa sunah dan satunya sedang berhemat demi bisa beli sesuatu.
Sama-sama memberi bantuan, satu pihak berniat ingin sedekah untuk meraih ridho-Nya dan satunya karena merasa kasihan dengan dasar moralitas berupa ingin merawat sisi kemanusiaan. Lebih parah lagi, satu pihak menolong karena niat lillahi ta'ala tetapi satunya sekadar melakukan pencitraan diri.
Ilustrasi Muslimah mendidik anaknya (sumber gambar pixabay) |
Sama-sama mendidik anak kandung, satu pihak karena ingin menaati perintah Allah dan satunya lagi menjadikan anak sebagai alat investasi perekonomian di masa depan. Maksudnya, anak dipandang bukan sebagai amanah dari-Nya untuk dididik dengan benar tetapi justru ditelantarkan dan dirawat ala kadarnya.
Sama-sama setia pada pasangan nikah, satu pihak karena ingin menjalankan perintah Allah dan satunya karena takut terhadap manusia. Khawatir kalau selingkuh bakal merusak karir serta cemas masa depan anaknya bakal diliputi penderitaan terkait masalah mental akibat broken home.
Sama-sama ingin berpoligami, satu pihak karena memang hendak menolong wanita dan satunya demi menikmati tubuh pasangan baru. Parahnya, poligami itu mencari alibi serta berdalih pada "Allah pasti memberi rezeki". Padahal, secara nyata kondisi ekonominya enggak stabil malahan lagi terpuruk.
Sama-sama menonjolkan simbol-simbol Islam (memakai busana Muslim, kopyah, jilbab, kaligrafi, atau ciri khas Islami lainnya), satu pihak karena ingin syiar Islam dan satunya hanya ingin mengikut tren atau kecondongan sosial. Lebih miris, bertujuan riya dan bertendensi duniawi.
Baca juga Sebuah Contoh Nyata Tentang Pentingnya Akidah Lurus dalam Kehidupan Bermasyarakat
Itulah pentingnya tauhid dan aqidah. Di mana, akidah sangat menentukan besarnya nilai pahala yang diterima umat Islam yang beribadah. Sama-sama perbuatannya baik dan mulai, kalau aqidahnya salah (tidak lurus) apapun amal kebaikan yang dilakukan bakal tak ada artinya apa-apa di mata Allah Suhanahu wa ta'ala.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Sama-sama Muslim Tapi Beda Isi Hatinya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*