Banjirembun.com - Kost, mengontrak rumah, menyewa unit apartemen, atau semacamnya merupakan salah satu bentuk bukti sebuah kemandirian. Disarankan pula, lokasinya cukup jauh dari tempat tinggal orang tua. Alasannya, supaya sensasi sebagai "anak rantauan" semakin terasa. Tidak lagi manja berharap bantuan ortu.
Anjuran di atas tidak hanya berlaku bagi para bujangan alias jomblo, tetapi pula untuk orang yang sudah menikah yang ternyata belum punya hunian sendiri. Sedangkan, kalau kredit rumah pun selain takut kena dosa riba nyatanya penghasilan perbualan masih naik-turun tak menentu.
Kecuali, ketika sejak awal jauh sebelum pernikahan salah satu orang tua dari pengantin baru itu sudah memaksa mantunya untuk ikut hidup bersama di dalam kediaman miliknya. Dengan tujuan dijadikan teman aktivitas di rumah atau barangkali ada alasan-alasan lain yang diinginkan orang tua.
|
Pengantin baru menikah (sumber gambar koleksi pribadi) |
Nah, tatkala orang tua maupun mertua faktanya tidak keberatan serta sebaliknya tidak menyuruh anak-anaknya untuk pergi dari rumahnya sebaiknya yang lebih muda tahu diri. Artinya, walau orang tua memberi kebebasan bagi anaknya untuk pilih menetap atau pergi mestinya pergi saja.
Malahan, bisa jadi sejatinya di dalam hati orang tua menghendaki anak dan mantunya pergi jauh. Mau berkata-kata langsung mengusir untuk minggat ternyata enggan. Sebaliknya, mau basa-basi agar tak meninggalkan orang tua juga segan. Apalagi, karakter orang tua lebih suka hidup sendirian.
Hidup mandiri di kontrakan jauh dari orang tua akan sangat membantu istri. Dengan begitu, istri bisa fokus berbakti pada suami serta mengurusi anak-anak. Berbeda saat masih gabung di rumah mertua. Beban istri bakal dobel. Di mana, mau tak mau mesti ikut "berbakti" pada mertuanya.
Bagaimanapun, istri enggak punya kewajiban untuk berbakti pada ibu maupun bapak dari suaminya. Dia hanya diwajibkan mengabdi pada pasangan. Sungguh akan terasa aneh bukan ketika sudah numpang di rumah mertua tapi kerjaannya hanya mengurusi kebutuhan suami?
Belum lagi, ujian lain yang berpotensi menjadi "makanan" sehari-hari istri. Misalnya konflik batin dengan saudara ipar, dirusuhi keponakan, atau kerabat lain yang barangkali juga serumah dalam naungan mertua. Setidaknya, keluarga besar mertua masih satu tetangga bersebelahan. Tambah runyam sudah.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Pengantin Baru Sebaiknya Pilih Mengontrak Rumah Sendiri atau Menumpang Orang Tua?"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*