Banjirembun.com - Sifat rakus atau serakah bisa terjadi pada siapa saja. Dengan artian perilaku tercela tersebut tanpa perlu membatasi usia, jenjang pendidikan, tingkat ekonomi, profesi, maupun jenis latar belakang kehidupan lainnya. Artinya, kerakusan dan keserakahan bukan ciri khas dari golongan tertentu saja.
Mulai dari anak kecil, remaja, dewasa, sepuh, miskin, kaya, ateis, beragama, murid, guru, penjual, pembeli, hingga orang gila pun tak menutup kemungkinan dikhawatirkan punya karakter kemaruk (ingin mendapatkan lebih banyak). Bahkan, orang yang telah tua renta mendekati mati pun barangkali ikut rakus.
Baca juga 5 Jenis Perbuatan Serakah yang Dilakukan Hanya Oleh Orang Kaya
Tentunya sifat tamak di atas bukan hanya terkait hasrat berlebih dalam menguasai harta serta jabatan. Lebih dari itu juga, keinginan untuk menikmati hidangan makanan sebanyaknya dan menyalurkan hawa nafsu birahi sepuas-puasnya dengan berbagai tipe "tubuh" lawan jenis.
Tragisnya, orang rakus di satu bidang tertentu bakal menyebabkan rakus di segi lain. Misalnya seperti rakus harta menyebabkan kerap diikuti dengan kerakusan lainnya. Dengan demikian, orang yang rakus harta akan berpotensi besar rakus terkait popularitas serta serakah pada jabatan.
Sebaliknya, orang yang sudah terperdaya untuk rakus jabatan kelak berpeluang serakah dalam urusan harta dan popularitas. Itulah bukti nyata dampak negatif ketika hawa nafsu dalam diri manusia enggak dikendalikan dengan benar. Salah satunya berakibat pada kehilangan rasa syukur dan sabar.
|
Ilustrasi rakus makanan (Sumber gambar pixabay) |
Orang-orang rakus atau serakah umumnya memiliki sifat pelit, menghalalkan segala cara, sampai berpola pikir semua harus dijalankan serba instan. Setiap niat, tujuan, dan perilaku individu serakah ujung-ujungnya hanya demi untuk memuaskan hawa nafsu pribadi.
Di sinilah bukti dengan berbuat rakus atau serakah berdampak pada nilai-nilai kemanusiaan telah musnah. Di mana, si kaya akan memperalat orang miskin untuk menambah kekayaan. Begitu pula orang kuat (jabatan tinggi) memperalat bawahan supaya kekuasaan tetap langgeng atau semakin menanjak.
Dapat disimpulkan, peradaban manusia hancur disebabkan oleh sifat kerakusannya sendiri. Andai kata mereka mampu mengendalikan diri, hampir dipastikan tak akan ada kerusakan alam. Enggak ada lagi pemanasan global. Tidak ada yang namanya genosida demi memperebutkan Sumber Daya Alam.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Orang-orang Rakus atau Serakah Jadi Sebab Kehancuran Peradaban"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*