Banjirembun.com - Orang yang jelas-jelas kafir (non Muslim) ketika membenci agama Islam "mungkin" boleh dikatakan wajar. Di mana, bentuk kebencian tersebut ada yang hanya disimpan di dalam hati. Artinya, tindakannya terlihat elegan dan anggun sehingga rasa benci pada Islam tak nampak dilihat oleh pandangan mata. Akibatnya, dia sangat sulit untuk dikatakan sebagai pembenci Islam.
Terdapat pula yang meluapkan benci pada umat Islam dalam bentuk sindiran, ejekan, sampai umpatan "halus" dibalut lelucon. Terbukti ujaran kebencian (provokasi, hasutan, dan hinaan) itu disampaikan melalui puisi, stand up comedy, teater, pentas seni, pembelajaran di ruang kelas, hingga podcast. Sekilas terlihat lucu, lugu, dan anti kekerasan tapi nyatanya itu amat keji serta brutal.
Baca juga Jumlah Orang Kafir Mengaku Beragama Islam Banyak, Tapi Orang Islam Mengaku Kafir Adakah?
Perlu diketahui saja, mayoritas para pembenci Islam tumbuh dan kembang di lingkungan yang fanatik buta. Menutup diri secara rapat dari syiar Islam yang rahmatan lil alamin. Mereka menerima pola asuh yang radikal atau ekstrimis. Konsekuensinya, sebaik apapun yang dilakukan oleh umat Islam tetap bakal membuat hati mereka antipati.
Orang kafir seperti di atas yang tak suka pada Islam masih bisa dimaklumi. Namun, bagaimana tatkala orang mengaku Muslim kenyataannya perkataan serta perbuatannya terkesan memusuhi Islam? Itulah barangkali yang disebut dengan munafik. Yakni, beragama Islam tapi malah bikin rusuh dan merusak sendi-sendi agama Islam dari dalam.
Oleh sebab itu, janganlah kaget saat menemukan orang yang mengaku paling benar dan paling toleran tetapi faktanya membenci Islam. Maksudnya, gembar-gembor terkait nilai-nilai kebhinekaan dan mengajarkan gerakan toleransi yang diviralkan di medsos ternyata cuma sebagai alat untuk melawan dan melemahkan umat Islam. Dipakai untuk mengadu domba dan mengajak masyarakat benci pada identitas keislaman.
Lihatlah, siapa saja orang-orang di televisi dan media sosial yang paling gencar menggaungkan anti intoleran. Hampir dipastikan merekalah yang bertindak intoleransi. Teliti betul arah dan tujuan pembicaraan mereka ke mana? Jika ujung-ujungnya bermuara pada masalah politik maka sudah pasti itu disebut sebagai politik identitas. Yakni, salah satunya berupa membenci identitas Islam.
Kalau sudah masuk ranah atau urusan politik boleh dibilang (telah mendekati kepastian 100%) orang-orang yang berkoar-koar di atas mendapatkan bayaran atas aksi masif yang dilakukan. Mereka rajin posting status dan membuat konten di media sosial (YouTube, instagram, facebook, tiktok, twitter dan lain-lain) lantaran mendapat imbalan uang.
Baca juga 9 Ciri-ciri Zindik Berserta Perbedaannya dengan Munafik
Sungguh aneh, golongan manusia yang telah mengajari tentang toleransi tetapi di sisi lain perbuatannya mengindikasikan membenci Islam. Malahan ada yang benci secara membabi-buta. Itu ibarat kata seperti orang yang mengajarkan tentang kebaikan tapi ajaran itu hanya dipakai untuk "memberangus" rasa damai penuh cinta kasih terhadap agama Islam yang indah serta sejuk.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Merasa Menjadi Si Paling Toleran di Nusantara, Tapi Kenapa Benci Islam?"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*