Banjirembun.com - Aku adalah seorang sopir taksi online. Di tahun 2023 ini penghasilanku sudah enggak seperti tahun-tahun kemarin. Dulu saat bekerja di kota besar ini, berangkat pagi lantas pulang sore, sudah mencukupi untuk memenuhi target minimal uang yang mesti aku dapatkan perhari.
Aku dituntut kerja keras lantaran punya tanggungan cicilan mobil yang dipakai narik taksol, biaya "tambahan" sekolah anak, hingga bayar kontrakan tempat singgahku di sini. Alhasil, setiap hari aku harus punya pemasukan uang dengan minimal angka tertentu agar tidak menunggak.
Pada suatu malam, setelah azan Maghrib tubuhku mulai lemas. Tangan sudah mulai gemetaran melingkari setir mobil yang masih berjalan karena kelaparan. Nah, setiba mau sampai lokasi penurunan aku bertanya pada penumpang "Bu, di mana ada warung makan terdekat?"
Hari ini aku memang niat berpuasa. Selain untuk berhemat, juga ada alasan lain yaitu agar waktu tidak tersita habis akibat buat pergi ke warung. Bakal runyam jadinya kalau tiba-tiba saat enak makan ternyata ada orderan masuk di aplikasi. Apalagi sekarang ini susah banget mengejar poin.
Perlu diketahui saja, mendapatkan poin sekarang ini tak semudah dahulu kala. Dulu gampang sekali dapat orderan. Belum lagi, demi mendapatkan bonus dari pengelola aplikasi taksi online ada batas waktunya. Kalau target tak terpenuhi sesuai durasi yang diberikan tentunya poin tak tercapai.
Nahas, malam ini aku tak memenuhi syarat untuk dapat bonus. Oleh sebab itu, aku putuskan langsung saja cari makan. Takutnya nanti setelah tiba di rumah kontrakan aku dapati sisa makanan dari istri dan anak sudah habis. Sekalian saja aku putuskan beli gorengan buat oleh-oleh mereka.
Alhamdulillah setelah sholat Maghrib di Masjid, aku langsung bisa meneguk teh hangat dan makanan sederhana di warung terdekat. Untungnya tempat parkir Masjid itu cukup luas sehingga aku tak usah pindah mobil. Ditambah, ternyata bapak penjual warung itu ikut jamaah sholat. Jadi, ada chemistry.
Minuman hangat dan soto panas di atas telah mampu mengatasi penderitaan perutku yang kosong. Kini tubuhku benar-benar bermandi keringat. Aku putuskan tidak cepat-cepat pulang dulu. Siapa tahu ada rezeki tambahan. Kalaupun menarik secara offline pun juga enggak masalah. Pasti aku terima.
Sambil menunggu makanan benar-benar terjenak jatuh ke bagian bawah lambung, aku tiba-tiba teringat keluargaku. Sembari merenung sejenak "Bagaimana respon istriku saat tahu aku bawa uang sedikit?" Tentu mode mengasihani diri tersebut kulakukan tanpa disertai menghisap rokok.
Sebab, aku putuskan sudah tidak merokok lagi semenjak beberapa bulan ini. Yakni, setelah penghasilanku menurun drastis. Tentunya, juga lantaran omelan istri yang merasa bahwa rokok menyebabkan pengeluaran rumah tangga jebol. Itulah pengorbananku untuk keluarga.
Wahai manusia. Hargailah para pencari nafkah yang sedang mengalami perih dan getirnya perjuangan mengais rezeki tiap harinya. Perlakukan mereka secara patut. Bagaimanapun, kerja keras mereka enggak boleh disepelekan. Bahkan, nyawa taruhannya.
Bukan cuma banyaknya kasus begal taksi online yang berujung pembunuhan yang viral akhir-akhir ini. Lebih dari itu, kecapekan yang parah dapat berujung kecelakaan fatal. Belum lagi potensi penyakit di masa depan yang menyerang akibat kurangnya istirahat disertai mengabaikan pola hidup sehat.
Sungguh tak terbayang, ketika sampai di kontrakan nanti aku masih mendapatkan omelan maupun sikap dingin istri karena kecilnya duit yang ada di dompet. Diimbuhi, rengekan anakku yang ingin dimanja-manja sebelum tidur dan minta diberi uang saku untuk sekolah esok hari.
Semoga perihnya hidup sang pencari nafkah seperti aku ini mendapat pahala berlipat dari-Nya. Aamiin.
Hargailah sang pencari nafkah!
Di bawah ini adalah video yang menerangkan tentang kondisi ekonomi merosot yang menyebabkan penghasilanku menurun tajam.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Cerita Tentang Perihnya Hidup Sang Pencari Nafkah"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*