Banjirembun.com - Minder (rendah diri dan tak percaya diri) dalam satu kondisi tertentu merupakan sikap yang buruk lantaran menyebabkan kehilangan kreativitas, produktivitas, kemandirian, semangat berinovasi, hingga mudah dipengaruhi oleh pihak lain. Bahkan, minder dalam kategori parah dapat berakibat mentalitas yang tertinggal alias terbelakang lantaran tidak sukar untuk dikelabui.
Harus diakui bahwa masyarakat Indonesia merupakan bangsa yang gampang diperdaya, dijajah (bukan dengan cara militer), dan dijadikan sasaran empuk bagi bangsa-bangsa lain. Salah satu dampaknya ialah Sumber Daya Alam yang dimiliki oleh negara ini begitu mudah diobrak-abrik untuk dikuasai negara-negara maju. Mirisnya, rakyat Indonesia malah bangga dikuasai orang luar.
Selanjutnya, negeri ini juga pernah tercatat sebagai salah satu sasaran pembuangan sampah dari negara-negara lain. Sampah di sini dalam arti "buangan" sebenarnya. Yakni, limbah-limbah rumah tangga maupun pabrik (contohnya limbah handphone rusak) yang berasal dari luar negeri. Bahkan, baju-baju bekas pakai pun masuk secara vulgar serta merajalela ke negeri ini.
Sikap Komsumtif dan Mementingkan Gaya Hidup Bukti Keminderan Orang Indonesia
Beberapa waktu lalu muncul kabar tentang penurunan populasi ular piton di Sumatera. Penyebabnya, sejumlah pemburu telah merampok kekayaan hayati hutan di sana untuk dijual kepada penadah. Di mana, pemburu itu menjual 300-an ribu/ekor kepada pengepul. Lantas, "bandar" kelas teri itu menjual ke "pengekspor" senilai 1 jutaan perekor.
Perlu diketahui, kulit ular piton di atas menjadi bahan utama bagi perusahaan fashion terkenal berupa tas bermerk di Eropa. Perusahaan berasal dari Prancis tersebut membutuhkan 1 ekor ular pithon dewasa untuk memproduksi 2-3 buah tas branded. Tentunya perusahaan-perusahaan lain juga tak mau kalah bisa ikutan memasarkan tas berbahan kulit ular.
Ilustrasi tas bermerk produksi luar negeri (sumber gambar pixabay) |
Nah, ini yang menjadi bukti masyarakat Indonesia mempunyai sifat minder dan mentalitas jongkok. Di antaranya ialah banyak orang-orang kita yang lebih bangga dan percaya diri ketika mau membeli serta memiliki tas-tas bermerk di atas. Sebaliknya, merasa rendah diri tatkala membeli tas-tas merk lokal yang asli bikinan tangan dari saudara setanah air sendiri.
Sebagai wawasan, satu perusahaan tas yang diakui kebesarannya melakukan siasat dengan langkah hanya membuat 15 buah tas bermerk. Taktiknya, pertama-tama bikin satu buah tas lebih dahulu. Kemudian, diberikan secara gratis pada selebritis tertentu yang cocok. Tentunya, itu sebagai pemancing saja agar banyak manusia yang tahu tentang lahirnya produk baru milik mereka.
Sebagai ganti dari "hadiah" tas yang telah diterima, artis terkenal itu diwajibkan untuk boleh difoto saat sedang beraktivitas membawa tas bermerk milik mereka. Misalnya, difoto oleh fotografer "bayaran" di kala dia sedang keluar dari toko resmi milik mereka sambil membawa tas. Kemudian, ketika sedang nongkrong maupun tatkala kegiatan rutin lain yang semua diatur seolah-olah terkesan natural.
Hasil jepretan di atas lantas disebarluaskan ke media sosial, majalah, televisi, atau corong-corong lain yang sering dikunjungi oleh publik. Tujuannya supaya orang-orang kaya (berduit) tetapi berwatak minder dan terbelakang mau begitu saja memesan tas mahal tersebut. Tentunya, barang mewah itu tidak bisa langsung didapatkan dalam tempo secepatnya. Harus pre-order (inden) dulu.
Nahasnya, tas yang berukuran sekitar 30x20 Cm yang dihargai kurang lebih 200 juta rupiah perbuah tersebut habis ludes dalam durasi kurang dari satu pekan. Lima belas tas dalam edisi terbatas itu dipesan oleh orang-orang dari Asia. Salah satunya merupakan konsumen yang berasal dari Indonesia. Adapun, edisi tas yang lebih murah tentulah diproduksi lebih banyak lagi jumlahnya.
Pertanyaannya, kenapa orang barat (eropa dan amerika utara) sangat sedikit yang mau beli tas bermerk semacam itu? Jawabannya karena orang barat memiliki alam pikir (kesadaran kognitif) yang sangat cerdas. Maksudnya, mereka tahu mana barang yang pantas untuk dibeli dan mana yang cuma konsumtif. Lebih detail, mereka membeli barang fokus pada fungsinya bukan semata-mata demi memenuhi gaya hidup.
Sungguh tidak waras bagi manusia berilmu membeli tas berharga ratusan juta rupiah tetapi fungsi dan kualitasnya sama saja dengan tas seharga 5-10 jutaan. Artinya, tas bermerk yang dibanderol 200 jutaan itu sejatinya total biaya produksinya tidak lebih dari 10-an juta. Alhasil, sebenarnya yang mereka beli bukan kualitas tapi disebabkan karena ikut-ikutan gaya hidup selebritis super terkenal.
Makin jelas lagi, orang-orang yang konsumtif dan mementingkan gaya hidup di Indonesia ini merasa percaya diri di waktu memakai barang-barang bermerk. Mereka merasa punya harga diri tinggi saat memiliki barang-barang mahal sebagaimana yang dipakai oleh orang-orang kaya. Padahal, hakikatnya manusia seperti itu sungguh tak pantas untuk dihargai. Alasannya, mereka punya harta tapi sayangnya tak punya kecerdasan.
Mereka lebih merasa superior di hadapan sesama kulit berwarna (selain kulit putih) ketika pakai barang-barang orang berkulit putih. Padahal, orang-orang kulit putih sendiri belum tentu mau pakai barang-barang produksi sesama kulit putih. Anehnya, mereka justru menganggap dirinya selevel atau ekstrimnya merasa lebih kaya dari orang barat di waktu bisa membeli produk mereka.
Nyatanya, yang benar yaitu mereka sesungguhnya "lebih bodoh" sehingga gampang dijadikan sasaran pasar serta dijadikan konsumen bisnis bagi perusahaan-perusahaan besar. Barangkali kekayaan mereka bukan berasal dari kerja keras sampai bermandi keringat. Akan tetapi mereka pakai cara instan. Sebut saja meliputi nepotisme, kolusi, dan korupsi. Alhasil, merasa gampang dapatnya begitu pula ringan tangan dalam mengeluarkannya.
Tulisan ini enggak ada maksud untuk menghina bangsa sendiri. Artikel ini dibuat melainkan tak lebih dari ingin berguna sebagai bahan merenung dan evaluasi diri. Janganlah menghinakan bangsa sendiri dengan cara membeli produk-produk luar negeri yang sebenarnya secara fungsi dan kualitas mampu dibuat di dalam negeri.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Bukti Orang Indonesia Adalah Bangsa yang Minder dan Tertinggal"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*