Banjirembun.com - Data Pribadi yang sudah melekat erat di gadget (ponsel, laptop, PC, tablet, dan lain-lain) harus dilindungi agar kerahasiaan tetap terjamin tidak terbuka lebar agar aman. Di mana, data pribadi bukan cuma tentang identitas diri (password, nickname, nama, NIK, tanggal lahir, hingga alamat domisili). Akan tetapi ada hal-hal lain yang patut lebih dikhawatirkan ketimbang sekadar itu.
Sayangnya, masih banyak masyarakat awam yang menyepelekan tentang pentingnya privasi di erat digital seperti sekarang ini. Malah mereka menyangkal "Emang kalau dataku dicuri dan diketahui orang apa untungnya untuk mereka? Toh, aku bukan orang penting dan enggak punya duit!". Itu merupakan sangkalah yang sungguh aneh. Nasib orang ke depan siapa yang tahu?
Baca juga Begini Cara Penipu Mendapatkan Data untuk Mengeruk Uang, Pulsa, dan Pinjaman Online Milik Calon Korban
Melindungi data-data diri sendiri supaya tak menyebar ke orang lain, termasuk sekalipun kepada orang terdekat, sangatlah berguna. Begitu pula terkait data kesehatan pribadi, semestinya ikut dijaga kerapatan dan dilindungi informasi terkait darinya. Sebab, semua data-data itu suatu saat berpeluang disalahgunakan oleh pihak tak bertanggung jawab.
Sederhananya saja, tatkala ada kalangan berkepentingan yang tahu info tentang jejak rekam kondisi kesehatan individu yang sedang dijadikan target operasi mampu berisiko pada ancaman kehilangan nyawa. Setidaknya, orang yang jahat bisa memakai cara tertentu untuk menyempitkan ruang gerak seseorang yang telah diketahui data kesehatan pribadinya.
|
Ilustrasi petugas kesehatan (sumber gambar pixabay) |
Contoh nyata dalam lingkup lebih besar yaitu berupa lembaga kesehatan raksasa baik milik swasta maupun pemerintah yang dengan berani menawarkan pemeriksaan kesehatan dengan dalih atau alibi berupa "Biar bisa mengetahui potensi daya sehat tubuh serta ancaman penyakit apa yang kemungkinan terjadi 5 tahun ke depan?". Tentu itu, harus dilakukan cek fisik dulu.
Menyerahkan tubuhnya sendiri begitu saja untuk diperiksa oleh pengelola pusat kesehatan sangat berbahaya. Artinya, data kesehatan yang bersifat umum dan khusus tersebut ketika di tangan pihak yang salah menyebabkan nasib pasiennya di ujung tanduk. Terutama data terkait DNA pasien yang dihimpun oleh Bank genomic (pusat data gen). Akibatnya, data sensitif itu bisa digunakan sebagai alat menyandera.
Tragisnya, data DNA yang bocor di atas bukan hanya mengancam kehidupan pihak yang telah diperiksa kesehatannya. Melainkan kerabat dekatnya juga ikut terkena imbas. Malahan, lebih gawat lagi tak menutup kemungkinan data DNA satu suku sampai satu ras bisa dipakai untuk dipakai dalam melakukan rekayasa genetika. Alhasil, berujung pada pembuatan senjata biologis yang khusus untuk menghabisi satu keluarga atau satu ras tertentu.
Para konglomerat, pejabat, bangsawan, tokoh, hingga orang-orang berpengaruh lainnya di masyarakat sebaiknya berhati-hati dalam melakukan pemeriksaan kesehatan. Pastikan, walau bagian tubuhnya (misalnya darah) telah diambil untuk sampel penelitian agar mengetahui obat apa yang cocok dipakai sekaligus dapat mencegah risiko penyakit tertentu di masa depan tetap pastikan pihak pemeriksa tidak tahu identitas pasiennya.
Baca juga Biaya Tes DNA Sekarang Murah Tak Lebih 10 Juta, Ini Sejumlah Manfaat yang Didapat
Jadi, misalnya saat pemeriksaan identitas pasien harus disamarkan. Salah satunya boleh dengan cara mengganti nama asli dengan inisial serta kode-kode tertentu. Paling tidak periksakan langsung pada petugas kesehatan terpercaya yang sanggup menjaga data pribadi. Ingat selalu, jangan terperdaya atau terlena dengan ucapan "Semua data kesehatan yang diambil demi penelitian ilmiah dan menjaga stabilitas kesehatan masyarakat".
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Bukan Cuma Data di Ponsel, Lindungi Pula Data Kesehatan Pribadi dari Pembajakan Oknum Jahat"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*