Banjirembun.com - Hidupilah masyarakat, bukan mencari hidup di masyarakat. Itulah sebuah pernyataan penting yang ditujukan untuk para pejuang dan pengabdi yang ingin menjadi manusia bermanfaat.
Kendati, perlu ditekankan bahwa untuk mencapai idealisme di atas tentu perlu modal dasar yang kokoh. Yakni, berupa "Sebelum bermanfaat bagi sesama, sebaiknya bermanfaat dulu bagi diri sendiri dan keluarga."
Pastikan dahulu, hindari tergopoh-gopoh, saat mengabdi pada masyarakat tentunya kondisi diri sendiri sudah tuntas dan selesai. Artinya, sudah tidak ada lagi ambisi maupun gangguan-gangguan kejiwaan/mental dalam diri yang menghantui.
Seorang pengabdi harus punya kesehatan mental yang mapan. Kalau bisa tingkat ekonominya juga sudah tertata kokoh. Karakter pengemis alias peminta-minta sudah tidak ada lagi dalam dirinya.
Begitu pula hasrat untuk berkuasa dan menjabat, niat awal hingga akhir memang benar-benar murni demi berjuang. Bukan lantaran memperjuangkan kepentingan pribadi maupun kelompoknya.
Apalagi mirisnya, kegiatan mengabdi di masyarakat hanya sebagai modus (tipu daya) agar bisa menjual diri dan menggadaikan nama besar komunitasnya untuk politik. Di mana, masyarakat hanya sebagai tumbal dan alat mencapai tujuan.
Seorang pejuang masyarakat harus sadar diri, tahu posisi, dan pintar menempatkan diri. Kalau dia berjuang di bidang politik cukup fokus urusi masalah politik. Sebaliknya, kalau berjuang di bidang lain jangan masuk ranah politik.
Hindari membawa-bawa komunitas, organisasi, atau golongan masyarakat non politis dipaksa alias digeret ke urusan politik. Sebab, mereka bukan komoditas yang bisa diperjualbelikan.
Kalau memang benar-benar tetap ingin mengabdi di masyarakat. Sebaiknya, milikilah mentalitas kaya. Sebuah karakter kemandirian tidak bisa "dibayar" oleh para penjahat yang menyuap dan "membeli" seenak jidat.
|
Ilustrasi individu yang sudah tuntas urusan pribadinya (sumber gambar pixabay) |
Mental kaya bagi para pengabdi masyarakat sangat penting. Tentu harus dibarengi dengan tindakan nyata. Tidak dengan cara mengajak masyarakat tetap pasrah tanpa usaha. Namun, bagaimana agar masyarakat bisa cerdas dan mandiri.
Mengaku menjadi manusia bermanfaat bagi manusia lain tapi perilakunya suka pamer harta, menzalimi orang lain, haus akan perhatian/pujian, berperilaku pelit, hingga hidupnya "bergantung" dari umat merupakan sesuatu yang sangat nista.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Sebelum Mengabdi di Masyarakat, Pastikan Sudah Tuntas dan Selesai dengan Urusan Diri Sendiri"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*