Banjirembun.com - Jangan salah arti dalam memahami antara istilah silaturahmi, silaturahmi, dengan ukhuwah. Semua kata tersebut berasal dari bahasa Arab yang memiliki makna, fungsi, dan penggunaan berbeda dalam setiap kalimatnya. Maksudnya, masing-masing dari ketiganya tidak boleh disamakan kandungan intinya.
Silaturahim artinya hubungan rahim (kandungan tempat janin di perut ibu). Namun, bukan berarti hanya pada sesama saudara kandung. Melainkan aspeknya sangat luas hingga hubungan kerabat atau nasab dari atas ke bawah. Diutamakan keluarga besar dalam lingkup satu kakek (sesama kakek) yang meliputi paman dan sepupu.
Baca juga Membantah Logika Takdir yang Sesat Tentang Mustahil Menyambung Silaturahim dapat Memperpanjang Umur dan Bertambah Rezeki
Contoh menyambung silaturahim meliputi berkunjung ke rumah orang tua, kakek, saudara kandung, paman, sepupu, sepupu, keponakan, dan lain-lain.
Adapun, silaturahmi artinya hubungan tali kasih sayang secara universal pada seluruh manusia tanpa memandang latar belakang apapun itu darinya. Di mana, rahmi punya arti bahasa "kasih sayang". Lebih detail, bisa ditujukan berkasih sayang kepada seluruh alam semesta. Hal itu sebagaimana jargon "Islam rahmatan lil alamin".
Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tidak ditemukan istilah silaturahim. Melainkan, di sana cuma ada kata silaturahmi yang diartikan sebagai "tali persahabatan (persaudaraan)." Tentu hal tersebut juga menandakan bahwa bersilaturahmi berarti menyambung hubungan persahabatan atau pertemanan.
Contoh silaturahmi ialah menjalin hubungan dengan teman main, tetangga, mitra kerja, atasan, murid, guru, pasangan, musafir, sampai orang-orang yang tak dikenal yang baru saja bertemu.
Selanjutnya, ukhuwah artinya hubungan kepada sesama manusia yang tidak ada hubungan darah daging (kekerabatan). Dalam konteks umat Islam, ukhuwah sangat dianjurkan kepada sesama Muslim tanpa memandang latar belakangnya.
Contoh ukhuwah Islamiyah yaitu menjaga hubungan dengan jamaah atau komunitas Islam, teman seagama, hingga tetangga Muslim. Di mana, ukhuwah diartikan pula sebagai persaudaraan di atas aqidah Islam.
Pentingnya Silaturahim
Lagi pula, silaturahim (bukan silaturahmi maupun ukhuwah) memiliki keutamaan agar bisa memperpanjang umur dan menambah rezeki. Konsep tentang tersebut tidak boleh diingkari. Begitu pula dilarang meragukannya. Apalagi membenturkan antara logika takdir sesat dengan "kasiat" bersilaturahim.
|
Ilustrasi pohon keluarga atau kerabat (Sumber gambar Pixabay) |
Di antara dalil-dalil agama yang menunjukkan anjuran atau keutamaan berlisaturahim yaitu:
۞ وَاعْبُدُوا اللهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ ( النساۤء : ٣٦)
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Artinya: Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahim. (HR. Bukhari)
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال مَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، ومَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، ومَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أوْ لِيَصْمُتْ
Artinya, “Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi Muhammad SAW ia bersabda, ‘Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menjaga hubungan baik silaturahim dengan kerabatnya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam,’” (HR Bukhari).
إنَّ اللَّهَ خَلَقَ الخَلْقَ، حتَّى إذا فَرَغَ مِن خَلْقِهِ، قالتِ الرَّحِمُ: هذا مَقامُ العائِذِ بكَ مِنَ القَطِيعَةِ، قالَ: نَعَمْ، أما تَرْضَيْنَ أنْ أصِلَ مَن وصَلَكِ، وأَقْطَعَ مَن قَطَعَكِ؟ قالَتْ: بَلَى يا رَبِّ، قالَ: فَهو لَكِ قالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: فاقْرَؤُوا إنْ شِئْتُمْ: "فَهلْ عَسَيْتُمْ إنْ تَوَلَّيْتُمْ أنْ تُفْسِدُوا في الأرْضِ وتُقَطِّعُوا أرْحامَكُمْ
"Setelah Allah menciptakan semua makhluk, maka rahim pun berkata; 'Inikah tempat bagi yang berlindung dari terputusnya silaturahim (Menyambung silaturahim).' Allah menjawab: 'Benar. Tidakkah kamu rela bahwasanya Aku akan menyambung orang yang menyambungmu dan memutuskan yang memutuskanmu? ' Rahim menjawab; 'Tentu, wahai Rabb' Allah berfirman: 'ltulah yang kamu miliki.' Setelah itu Rasulullah SAW bersabda: 'Jika kamu mau, maka bacalah ayat berikut ini: Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan berbuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” QS Muhammad: 22. (HR Bukhari)
ا يَدْخُلُ اَلْجَنَّةَ قَاطِعٌ
Artinya: "Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahmi)." (HR Bukhari)
ما مِن ذنبٍ أجدرُ أن يُعجِّلَ اللهُ لصاحبِه العقوبةَ في الدُّنيا مع ما يَدَّخرُ لهُ في الآخرةِ من البَغي وقطيعةِ الرَّحمِ
"Tidak ada suatu dosa yang lebih pantas Allah ta'ala percepat siksaannya di dunia bagi pelakunya, selain apa yang Allah siapkan baginya di akhirat, daripada memutus kekerabatan."
تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ، ذَرْهَ
Artinya: "Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahim dengan orangtua dan saudara." (HR Bukhari).
قالَ اللَّهُ: أَنا الرَّحمنُ وَهيَ الرَّحمُ، شَقَقتُ لَها اسمًا منَ اسمي، من وصلَها وصلتُهُ، ومن قطعَها بتتُّهُ
"Allah berfirman, "Aku adalah Mahapengasih dan ia adalah Rahim, nama itu diambil dari bagian nama-Ku, siapa yang menyambungnya, maka Aku memberikan rahmat-Ku kepadanya, dan siapa yang memutuskannya, maka Aku memutuskan rahmat-Ku darinya." (HR Abu Dawud)
Dan masih banyak lagi dalil tentang silaturahim yang enggak disebutkan pada tulisan ini.
Baca tulisan menarik lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Di Antara Menyambung Silaturahim, Silaturahmi, dan Ukhuwah Manakah yang Bisa Memperpanjang Umur dan Menambah Rezeki?"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*