Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Arti Kata "Bidadari" Ternyata Bukan Berasal dari Bahasa Arab, Begini Konsep Wanita Surga Menurut Islam

Banjirembun.com - Istilah, ungkapan, atau nomenklatur "bidadari" ternyata bukan berasal dari bahasa Arab. Artinya, dalam bahasa arab tidak ada penyebutan kata bidadari. Begitu pula dalam al Quran maupun hadis Nabi, enggak pernah menyebutkan kata-kata tersebut.


Kata "bidadari" sendiri merupakan murni berasal dari bahasa Indonesia. Istilah tersebut diserap dari pemahaman kepercayaan masyarakat kuno bangsa Nusantara. Bahkan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pun mendefinisikan bidadari yaitu "Putri atau dewi dari kayangan".


Bidadari adalah makhluk gaib berwujud manusia berjenis kelamin cewek yang tinggal di kayangan yang menjadi istri dari gandarwa. Gandarwa sendiri artinya makhluk gaib berwujud mirip manusia berjenis kelamin cowok yang tinggal di kayangan.


Terkait wanita cantik di surga, dalam ajaran Islam ada istilah hurun 'in. Yakni, wanita-wanita di surga yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala untuk umat islam yang beriman pada-Nya. Di mana, ciri-ciri istimewa yang meliputi sifat akhlak maupun bentuk fisik wanita di surga itu dijabarkan detail dalam Islam.


Lebih lanjut, nama-nama bidadari dalam konsep Islam juga banyak. Maksudnya, model dan tingkatan (level) bidadari sangat beragam. Disesuaikan, dengan tingkat ketaqwaan seseorang yang menghuni surga. Di mana, dalam kategori khusus penghuni surga dapat memilih bidadari yang paling disukai.


Sifat dan bentuk hurun 'in merupakan entitas (makhluk) yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar, serta belum pernah terbetik dalam sangkaan hati setiap insan. Maknanya, se-nekat atau sesembrono apapun manusia menggambarkan fisiknya pasti selalu salah.


Dari sini dapat dipahami bahwa bidadari dalam Islam walau disebut dengan wanita, tetapi secara konsep berbeda dengan wanita yang hidup di dunia. Alam pikir manusia yang meliputi logika, etika, dan estetika mustahil mampu untuk mengkhayalkan seperti apa hakikat wanita surga itu.

Ilustrasi gambaran bidadari menurut imajenasi manusia (sumber gambar Pixabay)

Malahan, tatkala gadis surga itu hadir (turun) ke dunia membuat wangi tubuhnya mampu menyebar meliputi seluruh langit dan bumi. Ditambah, cahaya tubuhnya bisa menerangi seluas langit dan bumi. Begitu juga jilbabnya nilai "mewahnya" lebih unggul dari pada dunia beserta isinya.


Adapun ciri-ciri hurun 'in selanjutnya ialah disucikan secara fisik dan akhlak. Wanita surga akan terus-menerus selalu perawan dan berusia muda (tidak menua). Diciptakan sudah dalam wujud dewasa tanpa proses kelahiran, anak, kecil, remaja, lalu jadi dewasa. Mempunyai akhlak yang terjaga kesuciannya semisal matanya tak jelalatan.


Dalam Islam ada dua macam "bidadari". Pertama, wanita surga yang diciptakan langsung tanpa proses hidup di dunia. Kedua, wanita surga yang menjadi ratu di surga karena semasa hidup di dunia menjadi wanita solehah. Lebih detail, ratu surga itu akan berpasangan dengan lelaki soleh. Intinya, di surga tidak ada yang membujang (jomblo).


Dari semua wanita surga, hanya wanita dunia yang masuk ke surga yang paling afdhol (utama) daripada wanita surga lainnya yang diciptakan di akhirat. Termasuk juga masalah fisik atau kecantikannya. Rupa wanita surga yang berasal dari dunia jauh lebih sempurna ketimbang dayang-dayangnya.


Dari sini dapat dipahami bahwa sebetulnya istilah bidadari sangat tidak cocok ketika dikaitkan dengan konsep wanita cantik di surga menurut agama Islam. Konsekuensinya, mengganti istilah khurun 'in dengan sebutan bidadari merupakan bentuk pemaksaan.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Arti Kata "Bidadari" Ternyata Bukan Berasal dari Bahasa Arab, Begini Konsep Wanita Surga Menurut Islam"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*