Banjirembun.com - Algoritma takdir adalah suatu rangkaian-rangkaian yang terperinci, detail, atau spesifik dari Kehendak Tuhan serta semua yang sudah ditetapkan-Nya tentang alam semesta dari awal penciptaannya hingga hari kiamat yang satu sama lainnya saling berhubungan secara tak terpisahkan menurut Ilmu Tuhan.
Algoritma takdir dengan takdir merupakan dua hal yang berbeda. Algoritma takdir merupakan metode untuk mengetahui, menganalisis, dan bertindak sesuai dengan "hukum sebab-akibat" yang telah ditetapkan. Adapun, takdir merupakan instruksi tertulis sebuah "program" kehidupan yang sudah ada serta tidak dapat dirubah.
Takdir dalam kacamata makro (lingkup kosmos alam semesta yang teramat luas) maupun urusan mikro (lingkup virus, bakteri, hingga pergerakan-pergerakan satu butir atom) semuanya sudah tertulis atau "terprogam". Jadi, tak ada sejengkal ruang dan sepenggal waktu yang lepas dari "program komputer" yang disebut takdir.
Ilustrasi sebutir atom yang tak bisa lepas dari algoritma takdir (sumber gambar Pixabay) |
Dari sini dapat dipahami bahwa algoritma takdir merupakan "rumus" atau langkah-langkah yang sudah ditetapkan terkait pola, kecenderungan, hubungan, atau arah alurnya dalam upaya memahami peristiwa tertentu maupun ketika sedang berusaha memecahkan sebuah masalah kehidupan.
Misalnya, jika seseorang bersedekah secara benar (niat lurus sehingga diterima amalnya oleh Tuhan) maka sudah pasti hidupnya "barokah". Contoh lain, bila seorang hamba berdoa maka pasti dikabulkan oleh-Nya. Selanjutnya, apabila seorang berbuat zalim maka pasti mendapat balasan atas perbuatannya.
Algoritma takdir di atas tentu terdapat SK (Syarat dan Ketentuan) yang berlaku. Di mana, proses penerapannya mungkin sulit dipahami oleh manusia. Bagaimana, kapan, di mana, dan seperti apa terjadinya? Serta dilakukan oleh siapa? Lantas, mengapa fenomena akibat konsekuensi dari algoritma takdir itu bisa "terwujud"?
Sayangnya, barangkali dengan sembrono manusia mengatakan antara satu takdir individu dengan takdir individu lainnya tak ada hubungan "sebab akibatnya" sama sekali. Sebaliknya, sok tahu atau sok pintar sehingga memaksakan bahwa satu kejadian dengan lainnya ada keterkaitan erat.
Dalam kehidupan sehari-hari pun ada perkataan yang langsung memvonis atau menuduh dengan berkata "Hidupmu sengsara gara-gara kualat dengan orang tua", "Barangmu hilang gara-gara kamu kurang sedekah", "Sering konflik keluarga gara-gara hartamu haram jadi tidak berkah", dan tuduhan-tuduhan membabi buta lainnya.
Ujaran-ujaran sinis di atas sungguh ironis. Keimanan dan keyakinan agama dijadikan alat untuk mengintimidasi alias menyerang seseorang. Menjatuhkan mental individu dengan kalimat-kalimat yang memaksakan bahwa itu sudah menjadi bagian algoritma takdir di kehidupannya. Faktanya, sangat berpeluang besar tidak sesuai dugaan manusia.
Padahal, kadang algoritma takdir berjalan atau bekerja tanpa sepengetahuan makhluk dan tak mampu disadari oleh manusia. Cara kerjanya ada kalanya sangat senyap sehingga terkadang bikin kaget (mentalnya kena). Oleh sebab itu, manusia dilarang mendahului apalagi merasa sejajar dengan Tuhan.
Baca juga Perbedaan Takdir dan Nasib Menurut Kaca Mata Umat Islam
Kesimpulannya ialah mekanisme, skema, konsep, dan algoritma takdir seperti apa cara kerjanya hanya Tuhan yang mengetahui. Setiap insan sekadar diwajibkan mengimani bahwa segalanya yang berupa materi maupun non materi (fisik maupun non fisik) sudah tertulis di catatan takdir.
Boleh dikatakan (untuk mudah pemahaman) ternyata kehidupan ini merupakan sebuah "program komputer" super canggih yang sedang berjalan mendesain alam semesta. Di mana, manusia yang sejatinya bagian di dalam program tersebut tentu mustahil memahami hakikat sebenarnya dari takdir kehidupan ini.
Penutup, semua peristiwa yang sudah atau belum terjadi pasti diketahui oleh Tuhan dari awal hingga akhir tanpa terlewat sedikitpun. Bahkan, proses jatuhnya selembar daun di hutan terpencil pun sudah diketahui. Kapan, di mana, bagaimana, mengapa, dan proses rinci lainnya sudah diketahui Tuhan sebelum itu terjadi.
Lantas apakah kita tidak akan berdosa tatkala langsung memutuskan menyerah, pasrah, putus asa, berdiam diri, dan fatalis? Dengan alasan bahwa semuanya telah ditakdirkan. Jawabannya akan dibahas di artikel *Banjir Embun* berikutnya. Terima kasih sudah membaca.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Algoritma Takdir Ditinjau dari Segi Filsafat Ilmu Komputer"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*