Banjirembun.com - Gangguan jiwa baik yang ringan maupun berat dapat mempengaruhi emosi, pola pikir, dan perilaku individu. Di mana, emosi seseorang bukan cuma terkait marah atau mata melotot lantaran tak senang pada sesuatu. Melainkan pula tentang rasa sedih, takut, jijik, terkejut, gembira, dan lain-lain.
Adapun perubahan pola pikir pengidap sakit jiwa bisa berhubungan dengan seputar cara pandang, paradigma, fanatisme, filosofi hidup, prinsip hidup, dan lain-lain. Sedangkan untuk gejala pada perilaku contohnya meliputi gangguan tidur, gangguan makan, bicara ngelantur, dan lain-lain.
Dengan demikian, untuk menduga (penilaian awal) seseorang tengah sakit jiwa atau enggak tidak sekadar dengan melihat perilaku dan emosi. Melainkan lihat pula pola pikirnya bagaimana. Tentu, ujungnya pola pikir tersebut juga barangkali berupa sebuah tindakan nyata.
Baca juga Perilaku Tergolong Normal dan Emosinya Tampak Stabil, Tapi Kenapa Masih Bisa Disebut Sakit Jiwa?
Sayangnya, tingkah laku serta emosi yang dimunculkan oleh individu yang mengalami gangguan pola pikir di atas terkadang tampak normal-normal saja. Seolah enggak ada kejanggalan karena mampu berbaur dalam kehidupan sosial dengan cara memakai topeng untuk menutupi kerusakan otaknya.
Nah, jangan dikira teman dan tetangga yang kelihatannya waras akal budinya ternyata mengalami sakit jiwa. Pola pikirnya telah sesat alias menyimpang. Salah satu sebabnya mungkin dipengaruhi, ditekan, atau diprovokasi oleh kalangan tertentu. Alhasil, emosi dan perilakunya penuh manipulatif (kepalsuan).
Kasus di atas sering terjadi pada para penderita gangguan jiwa ringan. Mereka terjebak pada fanatisme, hanya mau menang sendiri (tak mau mengalah), narsistik, pendendam, iri/dengki, sampai menyukai konflik (sulit diajak damai) sehingga pantas disebut berpola pikir konyol.
Masih mending ketika penyandang sakit jiwa tersebut "bermain di belakang". Misalnya bergosip (ghibah) atau fitnah tatkala sasaran yang dizalami itu sedang tak ada bersama. Artinya, individu sakit jiwa itu enggak langsung memberikan serangan agresif saat bersanding dekat dengan orang yang benci.
Seseorang yang punya pola pikir yang salah kaprah dalam menghadapi orang yang dibenci juga menjadi tanda-tanda bagian dari penyakit jiwa. Maksudnya, jalan berpikirnya telah menyeleweng yang mengakibatkan perilakunya menjadi salah. Walau perilaku tampak "benar" tapi sejatinya niat dan tujuannya menyalahi keumuman.
Padahal, sudah dibaik-baikin sebagai simbol perdamaian dan persaudaraan nyatanya pola pikirnya tidak berubah. Disapa, diajak bicara baik-baik, hingga diberi hadiah sama sekali memberikan arti apa-apa bagi pengidap gangguan jiwa. Tubuhnya tanpa lagi "dilengkapi" dengan simpati dan empati.
|
Ilistruasi orang sakit jiwa karena berpola pikir salah (Sumber gambar dari Pixabay) |
Cara menghadapi individu sakit jiwa ringan yang agresif yaitu jauhi saja mereka. Di kala mereka berada di dekat lantas berulah, langsung saja meninggalkannya. Hindari berdekatan apalagi bertatap muka. Ketimbang tetap bertahan yang menyebabkan hati jadi jengkel dan mengganggu pikiran.
Langkah selanjutnya berupa blokir media sosial orang yang punya sakit jiwa tersebut. Meski tidak menyerang, dengan mempertahankan berteman dengan akun medsosnya justru merugikan. Parahnya, berisiko ikut terpengaruh dengan pola pikirnya yang aneh dan sinting.
Tindakan berikutnya guna menghadapi seseorang yang sakit jiwa ringan ialah memberi pelajaran "berharga" agar tak mengganggu lagi. Berikan ketegasan. Intinya cegah terus-menerus mengalang serta mengasih "hati" kepadanya. Sekali-kali berikan hal yang bikin trauma sehingga kapok menjadi ciut nyalinya.
Baca juga Bosan Menghadapi Orang Menyebalkan? Berikut ini 3 Kiat Mengatasinya
Cara terakhir adalah ajak sahabat atau keluarga dekat untuk bersama-sama menghadapinya. Pastikan orang gila ringan tersebut tahu bahwa dia telah menghadapi pihak yang berbahaya serta memiliki dukungan kekuatan. Alasannya, boleh jadi dia berani bertingkah lantaran lawannya terlihat sendirian.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Cara Menghadapi Individu Sakit Jiwa Ringan yang Agresif Menyerang"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*