Banjirembun.com - Sebagian orang barangkali teramat bangga pada diri sendiri lantaran mepunyai kesibukan atau setidaknya mampu menyibukkan diri. Entah apa yang dilakukan efisien dan efektif atau enggak, terpenting ada kegiatan telah membuatnya merasa hidup jadi berguna.
Dengan berbagai kerepotan yang dilakukan, menganggap diri sendiri telah menjadi manusia berharga dan bermanfaat bagi kehidupan sosial. Kemudian, menganggap orang-orang yang aktivitasnya "dingin" sebagai pengangguran serta individu tak produktif.
Baca juga 5 Perbedaan Produktif dan Sibuk
Padahal, apa-apa yang telah dikorbankan agar bisa tampak di publik sebagai orang sibuk ternyata cuma basa-basi dan enggak serius. Terpenting baginya orang lain mengira punya pekerjaan. Urusan hasilnya cepat atau lambat dan berkualitas atau enggak masalah belakangan.
Nah, ternyata kesibukan serius (benar-benar sibuk) maupun kesibukan main-main (pecitraan diri) dapa berakibat penyesalan. Secara lengkap berikut ini alasannya:
1. Muncul Gundah Gulana
Orang sok sibuk salah satu tujuannya yaitu ingin mencari perhatian, memperoleh pujian, dan mendapatkan pengakuan. Akibatnya, ketika balasan atas kesibukan yang dilakukan tidak setimpal membikin dia jadi kesal. Alhasil, terjadi gelisah alias gundah gulana.
Seseorang yang fokus pada kesibukan diri menandakan jiwanya masih lemah atau bisa pula karena memiliki ambisi besar. Masalahnya, akibat terlalu fokus bekerja keras tanpa diimbangi kerja cerdas berujung kelelahan fisik dan psikis. Jiwanya menjadi terbebani atau tertekan.
|
Ilustrasi orang sok sibuk agar terlihat produktif (sumber gambar dari Pixabay) |
2. Menghambat Kesuksekan
Jenis kesibukan yang tidak tepat dan asal-asalan, bukannya memudahkan menuju sukses justru menghambat kesuksesan. Diperparah lagi, taktala lingkaran pertemanan "atas nama" sibuk itu karakternya rusak. Malah yang ada, berakibat masa depan menjadi suram.
Dengan demikian, berhati-hatilah dalam mencari bidang kesibukan. Bukan semua hal yang dapat menyibukkan diri tersebut baik untuk diterapkan. Terkadang sebuah kesibukan menjadi sebab penyesalan. Terlanjur meyakini apa yang dijalankan secara padat sudah sesuai, ternyata cepat usai.
3. Buang-buang Waktu
Memang mesti diakui bahwa sebagian perbuatan menyibukkan diri dapat menjadi pengalaman, sarana pembelajaran, hingga latihan. Namun, faktanya di sisi lain suatu kesibukan bermakna tak lebih dari sebuah hal yang buang-buang waktu.
Kesibukan tanpa tujuan jangka panjang hanyalah sebuah kekonyolan. Masih mending menyibukkan diri untuk pengembangan diri. Kalau sebaliknya bermaksud jangka pendek tentu sebuah kesalahan. Detailnya, kesibukan yang dilakukan hanya buang-buang waktu tanpa memberikan tambahan nilai sama sekali.
4. Mengorbankan Hal Penting dalam Hidup
Sebuah kesibukan yang dilakukan, entah sibuk yang bersifat sepele maupun sibuk "beneran", pasti ada pengorbanan di baliknya. Minimal berkorban waktu. Di mana, seharusnya waktu bisa disalurkan untuk bercengkerama dengan keluarga kenyataannya pilih untuk dibuang-dibuang demi citra diri.
Waktu, tenaga, sampai pikiran yang semestinya juga dipakai untuk mendalami ilmu-ilmu keagamaan beserta ibada-ibadahnya malah digadaikan dengan kesibukan. Lebih menyesalkan lagi, saat usia tua renta tubuh sakit-sakitan. Bahkan, baru saja pensiun langsung terkena penyakit mengerikan.
5. Hasil Kesibukan Belum Tentu Bikin Bahagia
Hasil kesibukan yang dilakukan manusia umumnya berupa uang, jabatan, dan status sosial di masyarakat. Sayangnya, itu semua belum tentu selaras atau berhubungan erat dengan kebahagiaan. Boleh jadi terlihat bahagia, tetapi siapa tahu hatinya mengalami kesepian parah.
Baca juga Perbedaan Kesendirian dan Kesepian
Terlalu sibuk mengejar dunia lantas mengabaikan sibuk menggapai akhirat, tiba-tiba di hari tua penuh penyesalan. Kenapa enggak sedari muda mempelajari agama. Nahasnya, harta yang dipakai untuk bersedekah sebagai "penebus dosa" ternyata sebagian darinya hasil perbuatan haram.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Alasan Sebuah Kesibukan Berakibat Penyesalan "
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*