Banjirembun.com - Ijuk adalah serabut alami berwarna hitam yang berasal dari bagian tumbuhan yang berfungsi melindungi pangkal pelepah daun pohon aren. Di mana, ijuk dalam jumlah banyak dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun yang ditandai dengan tongkol-tongkol bunganya keluar.
Selain dimanfaatkan untuk sapu pembersih lantai, penggunaan ijuk juga diterapkan sebagai atap rumah. Bahkan, tak jarang pula ijuk dipakai sebagai salah satu media sterilisasi (penyaring) air kotor. Serta, terkadang juga dipakai untuk media saring kotoran di dalam septic tank.
Nah selain disebutkan di atas, ternyata fungsi ijuk yang diikatkan pada tiang listrik enggak boleh diremehkan. Bukan hanya berfungsi untuk meminimalkan risiko bahaya akibat lompatan arus listrik (setrum) "liar". Melainkan pula ada yang mengaitkan dengan mitos alias kepercayaan tertentu (tahayul).
Tiang listrik yang dililiti ijuk (sumber foto koleksi pribadi) |
Sebagaimana diketahui, tiang listrik yang dirambati oleh tumbuhan sangat membahayakan. Oleh sebab itu, salah satu solusinya yaitu tiang listrik dipasangi pembatas ijuk sebagai pengaman. Harapannya, tanaman liar yang merambat enggak terus menjalar tinggi ke arah kabel listrik paling atas.
Kabel listrik tanpa pembungkus (telanjang) mengandung daya listrik bertegangan mematikan bagi manusia. Salah satu alasannya mengapa tidak diisolasi (dibungkus) agar aman yaitu biaya pengadaannya mahal. Selain itu, bobotnya yang semakin bertambah berat menjadi beban bagi tiang listrik.
Tumbuhan yang menyentuh kabel listrik di atas berpeluang menyebabkan korsleting listrik. Bukan cuma berpotensi mematikan bagi seseorang yang di bawahnya, lebih dari itu dalam kondisi parah dapat menyebabkan gangguan luas berupa mati lampu. Parahnya, dapat berujung kerugian bagi PLN.
Tampak di sekitar tiang listrik banyak tanaman liar yang berpotensi menjulur ke atas cagak (sumber foto koleksi pribadi) |
Guna mencegah tanaman semak menempel dan merambati tiang listrik lantas tumbuh menjulang ke atas, melingkari cagak listrik dengan ijuk merupakan solusi ampuh. Dengan itu tanaman akan kesulitan untuk terus bertumbuh menuju atas lantaran terganggu serabut-serabut ijuk.
Tak sekedar flora, pemakaian ijuk pada cagak listrik dilakukan juga demi menghalau fauna menaiki atau memanjatinya. Di antara hewan yang mampu mengancam stabilitas arus listrik yaitu ular, tikus, bajing, tupai, kera/monyet, bunglon, hingga kucing.
Dengan catatan, risiko binatang memanjang ke puncak tiang listrik makin besar ketika sudah ada tumbuhan yang menjalar ke ujung. Kalaupun tak ada tumbuhan merambat, dengan memasang ijuk pada tiang listrik sudah sangat berguna untuk menghambat binatang memanjat ke atas.
Teknik melilitkan (melingkarkan) ijuk pada cagak listrik terbilang efektif sekali. Sudah terbukti bahwa pada daerah-daerah yang masih rawan pemadaman listrik akibat faktor gangguan hewan dan tumbuhan, baik itu di jawa maupun di luar jawa, untuk mengantisipasinya mayoritas memakai metode ijuk ini.
Kawat yang dibungkus ijuk diikatkan pada instalasi listrik PLN (sumber foto koleksi pribadi) |
Menurut versi lain yang kurang kredibel, ternyata keberadaan ijuk pada tiang listrik dipercayai mampu menjadi penangkal hujan. Entah hubungannya bagaimana, sebagian masyarakat tertentu meyakini bahwa dengan memasang ijuk di tiang-tiang tinggi (termasuk tiang listrik) dapat mencegah terjadinya turun hujan.
Maraknya pemasangan ijuk semakin tampak saat di sekitar wilayah itu ada agenda besar. Baik itu bersifat umum (komunitas adat) maupun keperluan hajatan pribadi. Salah satu masyarakat yang menerapkan langkah "tangkal hujan" dengan memakai ijuk yaitu sebagian suku pedalaman.
Perlu ditekankan kembali, referensi terkait fungsi ijuk sebagai penangkal hujan masih sangat minim. Oleh sebab itu, lebih baik tidak langsung mempercayai isu di atas. Kendati demikian, jika suatu waktu nanti ada fenomena pawang hujan pakai ijuk maka kalian sudah tidak perlu kaget lagi.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Fungsi Ijuk pada Tiang Listrik, Bukan Hanya untuk Pengaman dan Keselamatan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*