Banjirembun.com - Memang harus diakui bahwa mayoritas seseorang mau bekerja tujuan utamanya yaitu mencari duit. Walau membebani pikiran, tenaga, dan menguras waktu asal saja uang yang diperoleh angkanya bernilai pantas bakal mampu membuat individu mati-matian untuk tetap bertahan bekerja.
Akan tetapi, juga mesti diapresiasi dan dimaklumi ternyata ada pula orang yang bekerja lebih mementingkan kenyamanan dan keamanan agar hati tetap bahagia. Di mana setelah ditimbang-timbang, antara pengorbanan yang diberikan dengan hasil yang didapat sangat setimpal serta manusiawi.
Kendati pun penghasilan, bayaran, atau gaji yang diperoleh hanya cukup untuk hidup sehari-hari tapi hati terjamin bahagia sudah mampu menjadi alasan untuk tetap setia pada pekerjaan. Sebaliknya, ketika duit yang diperoleh bernominal besar tetapi berdampak merusak idealisme dan prinsip hidup tentu bakal jadi "kepikiran" yang berujung timbul rasa bersalah.
Berikut ini ciri-ciri pekerjaan yang yang harus ditinggalkan disebabkan bikin mental tertekan:
1. Gelisah dan Tak Betah
Bidang pekerjaan sebagai pendidik, penjaga toko, kantoran, atau apapun itu tatkala bikin hati gelisah dan tidak betah mungkin jadi tanda bahwa pekerjaan itu tak cocok untuk digeluti. Barangkali perlu dipikirkan ulang berupaya ganti jenis pekerjaan lain yang sesuai kemampuan dan bakat agar senantiasa menikmatinya.
Tolok ukur betah atau enggak pada masing-masing pekerjaan berbeda. Bisa diukur dari segi durasi lama bekerja, tekanan pekerjaan, kadar monoton (kebosanan) yang terjadi, hingga pengorbanan apa saja yang dikeluarkan untuk mempertahankan pekerjaan. Bandingkan itu semua dengan pekerja lainnya di sektor sama.
Intinya, coba bertahan dulu. Berusahalah sekuat mungkin menunda mengundurkan diri sampai benar-benar di titik puncak. Setelah dirasa perasaan sudah tak mampu lagi untuk terus-menerus bekerja di bidang tersebut, ambil jeda beristirahat dulu. Sambil mencari pandangan pengganti pekerjaan lain.
2. Berkeinginan untuk Sering Self Reward
Self reward adalah salah satu cara dalam menghargai, mencintai, atau mengapresiasi diri sendiri setelah mencapai sesuatu maupun tengah melakukan hal yang memberatkan jiwa maupun raga. Memberi hadiah pada diri sendiri tersebut harusnya dilakukan secukupnya tanpa keseringan apalagi hampir setiap hari.
Baca juga Contoh Self Reward dan Alasannya Kenapa Harus Memberi "Hadiah" pada Diri Sendiri
Asumsinya, kalau pekerja merasa bahagia tentu dia enggak akan mencari kompensasi "kebahagiaan" di tempat lain. Hadiah pada diri sendiri setelah bekerja seharian setiap hari dalam sepekan yang negatif contohnya konsumsi narkoba, mabuk-mabukan, hiburan malam, seks bebas, sampai bersenang-senang menghabiskan banyak uang maupun waktu.
3. Sulit untuk Produktif dan Berkreativitas
Produktif dan kreatif merupakan satu kesatuan. Umumnya, orang yang kreatif berpotensi besar untuk sanggup produktif melahirkan karya-karya. Sayangnya, alih-alih produktif justru terkadang di tempat kerja daya kreativitas seseorang terbelenggu. Punya keseriusan berkarya tapi tak didukung dan diarahkan.
Suasana dan tuntutan bekerja yang mengekang kreativitas dan produktivitas merupakan tanda bahwa di sana kalian akan kesulitan untuk mengembangkan karir. Di mana, mau aktif lebih giat sedikit saja banyak sekali rintangan dan gangguan. Ditambah, dukungan dan perlindungan dari atasan sangat minim.
4. Motivasi untuk Berkembang Sedikit
Kerap menunda menuntaskan tugas, berkurangnya semangat berangkat kerja, tak antusias serta terbuka pada tim atau kelompok, enggan membantu, tak tertarik untuk datang tepat waktu, gemar melihat jam, segala pekerjaan yang diberikan terasa membebani (berat), benci hari senin, hingga sering sakit atau sekadar kelelahan merupakan ciri motivasi bekerja sangat minim.
Seberat apapun pekerjaan saat itu disukai, disenangi, atau dinikmati berakibat rasa bahagia mudah datang. Bukannya rasa capek yang dirasakan, malah kepuasan batin bisa hinggap di dada. Alhasil, pekerjaan yang ditekuni bikin ketagihan. Setelah selesai satu pekerjaan bersemangat ingin menuntaskan yang berikutnya.
Ilustrasi pekerjaan yang bikin menyiksa jiwa (sumber gambar dari Pixabay) |
5. Kehilangan Arah dan Orientasi Karir Masa Depan
Di waktu alasan pekerjaan tetap dipertahankan lantaran semata-meta mengejar gaji dan bonus, sejatinya dia telah kehilangan arah dan orientasi karir masa depan. Di mana, dia terlalu pesimis sehingga tidak peduli lagi (pakai jurus mabuk) terhadap perasaan sendiri. Baginya terpenting uang yang diperoleh sudah seimbang dengan apa yang dikerjakan.
Pekerjaan yang dilakukan penuh hitung-hitungan (transaksional) supaya tak mendatangkan kerugian baginya. Tentulah, ogah mengerjakan sesuatu yang bukan tugasnya. Minat untuk belajar, berlatih, menambah pengalaman baru, dan menanjakkan karir sangat lemah. Enggak mau ikut pelatihan kalau enggak ada uang sakunya.
6. Berpengaruh Buruk pada Keyakinan dan Prinsip Hidup
Seluruh tipe pekerjaan yang berdampak buruk pada keyakinan dan prinsip hidup teramat layak ditinggalkan. Misalnya, tempat kerja ideologi atau haluan nilai-nilai dasar organisasi telah keluar dari batas norma. Sebut saja meliputi mengajarkan manipulasi, suap, menipu, korupsi, dan lain-lain.
Ada kalanya "ajaran" buruk di atas dilakukan tak berkaitan langsung dengan pekerjaan tetapi "penting" untuk diterapkan. Beberapa contohnya yaitu mabuk-mabukan bersama kolega dan atasan, main perempuan, atau semacamnya. Dengan demikian, buat apa melakukan hal negatif seperti itu kalau "cuma" demi mempertahankan pekerjaan.
7. Tak Ada Keseimbangan Antara Kehidupan Pribadi dengan Pekerjaan
Segala pekerjaan yang mengganggu keseimbangan kehidupan pribadi sebaiknya ditinggalkan. Daripada memajukan perusahaan, menghidupi banyak anak buah, dan menjadi kaya raya tetapi berdampak kehidupan keluarga sendiri hancur berantakan. Begitu pula kesejahteraan dan kebahagiaan orang tua kandung juga diabaikan.
Baca juga 5 Cara Meraih Keseimbangan Kehidupan Pribadi dengan Pekerjaan
Parahnya lagi, terdapat pegawai yang membawa-bawa urusan pekerjaan ke rumah. Keluarga yang enggak tahu apa-apa kena imbas efek buruknya. Diimbuhi sedang enak-enaknya bercengkrama dengan pasangan dan anak, tiba-tiba dihubungi atasan atau teman kerja terkait permasalahan pekerjaan. Tentunya, itu bikin orang-orang sekitar jadi jengkel.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "9 Ciri-ciri Pekerjaan Bikin Menyiksa Jiwa Sehingga Layak Ditinggalkan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*