Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

7 Alasan Orang Desa Merantau ke Kota dan Luar Negeri

Banjirembun.com - Seseorang pilih nekat merantau penuh perjuangan terdapat banyak sekali alasannya. Baik itu yang dipicu oleh faktor gejolak hasrat pribadi maupun oleh dorongan tuntutan kehidupan sosial. Intinya, sebelum memutuskan merantau pastilah individu ada pemantiknya.


Sebelum bertinggal lama di luar kota, beberapa perantau memilih untuk mempersiapkan diri secara matang dan sesempurna yang dibisa. Butuh waktu merenung, mengumpulkan uang dulu untuk biaya transportasi maupun menyewa kontrakan, dan hal-hal yang terkait dengannya.


Akan tetapi, terkadang ada perantau yang memilih pergi menetap di daerah lain diterapkan dengan mendadak dan tanpa perencanaan rumit. Ibarat kata hampir sama seperti orang minggat yang dilaksanakan tiba-tiba. Salah satu penyebabnya yaitu tanpa terduga lamaran kerja di kota diterima.


Baca juga 5 Alasan Bagi Perantau Harus Segera Mudik atau Pulang Kampung


Berikut ini lima alasan orang desa merantau ke kota:


1. Misi Mengeruk Uang

Mencari uang merupakan alasan mayoritas yang jadi pendorong orang desa merantau ke kota. Ada kala dilakukan hanya untuk belajar bekerja sehingga hasil uangnya dipakai sendiri, bisa pula bekerja untuk membantu ekonomi keluarga di kampung. Bahkan, tak jarang ditemui suami yang mengajak istri serta anaknya tinggal di kota agar lebih dekat.


2. Mencari Ilmu dan Pengalaman

Bukan cuma ilmu pengetahuan umum yang formal seperti dunia perkuliahan maupun di sekolah, tetapi ada kalanya ditemukan banyak pusat pendidikan agama (salah satunya pondok pesantren) dijumpai pada perkotaan. Nah, orang-orang kampung sambil belajar agama biasanya juga berkuliah.


Sedangkan, bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Tenaga Kerja Wanita (TKW) pergi ke luar negeri tak menutup kemungkinan salah satu alasannya demi menambah pengalaman. Di mana, diharapkan saat di luar negeri bisa mendapatkan teman dan "jaringan" kerja sama yang bisa mendukungnya kelak saat dibutuhkan.


Asumsinya, para perantau yang kreatif dan produktif tentu mampu mengembangkan diri menuju pribadi yang jauh lebih unggul dan berkualitas dari sebelumnya. Nah, ketika kualitas dan kemampuan diri masih sama antara sebelum dan sesudah merantau berarti perantau tersebut sejatinya belum sukses.


3. Berupaya Melupakan Masa Lalu

Satu atau beberapa trauma mendalam yang menyakitkan jiwa, telah mampu bikin individu sangat "jijik" terus berlama-lama tinggal di kampung halaman tempat lahir dan tumbuh besar. Alhasil, guna ingin melupakan masa lalu yang memalukan serta bikin tersiksa akhirnya dipilihlah menjadi perantau. Dengan begitu, lambat laun perih di hati jadi mereda.


Biasanya cara yang dipilih untuk "membalas dendam" serta membuktikan diri kepada orang-orang yang bikin sedih tatkala mengingat masa lalu ialah merubah penampilan tubuh dan menunjukkan kekayaan. Tentu itu semua sangat sulit ketika dijalankan di pedesaan. Perlu merantau ke kota atau ke luar negeri dulu.


4. Sedang Mengalami Konflik Batin

Konflik batin enggak melulu terkait dengan keluarga, tetangga, hingga teman. Melainkan pula konflik yang terjadi dengan seseorang lawan jenis yang pernah amat dicintai. Alih-alih tetap merana lantaran meratapi nasib yang menderita, justru jalan yang dipakai yaitu pergi merantau ke kota. 


Siapa tahu di sana mendapat pengganti orang-orang yang lebih baik bagi masa depan. Lagi pula, dunia ini tidaklah sempit. Ditambahi, ketimbang terus "sok kuat" bertahan ketika digempur habis-habisan orang sekitar malah membuat hati semakin hancur. Merantau merupakan jalan ninja yang ampuh.


5. Berniat Menemukan Kesempatan Kedua

Kesempatan kedua memang belum tentu ada. Oleh sebab itu, sekali punya kesempatan jangan sekali-kali disia-siakan. Namun, guna menjemput dan berusaha memperoleh kesempatan lagi bukan sebuah hal salah untuk pergi menghindari orang-orang yang pantas ditinggalkan.

Orang desa dari Kabupaten Kediri merantau ke Kota Malang (sumber foto koleksi pribadi)

Barangkali juga di luar kota ternyata ada seseorang yang telah dikenal di media sosial yang mau untuk menjadi pasangan hidup. Dapat pula berkenalan saat sedang berkuliah atau pun sekolah. Akhirnya, diputuskan untuk merantau mengikuti pasangan agar bisa hidup bersama-sama di kota.


6. Ingin Membentuk Pribadi yang Tangguh

Kekuatan mental yang stabil sangat diperlukan di tengah persaingan yang semakin ketat seperti sekarang. Sayangnya akibat pola pendidikan di tengah keluarga yang salah, berujung kepribadian individu menjadi rapuh. Salah satu cirinya berupa menjadi orang yang bermental "Jago kandang" sehingga kehidupannya bagai katak dalam tempurung.


Perlindungan dan kasih sayang dari orang tua secara berlebihan berdampak pada risiko menjadi pribadi yang manja, lengah, dan terbuai. Aktivitas sehari-hari senantiasa berada di zona nyaman. Di kala punya masalah sedikit saja langsung mudah dituntaskan dengan bantuan kerabat. Pikiran dan kreativitas menjadi tumpul.


7. Hendak Membuka Cakrawala Cara Pandang

Orang kuper (kurang pergaulan) sejatinya bukan orang yang punya sedikit teman untuk bergaul. Melainkan, orang-orang yang memiliki cara pandang sempit. Seakan dunia hanya satu warna dan semua dianggap mudah untuk ditangani sebagaimana pada masalah-masalah sebelumnya. Padahal, kehidupan ini sungguh teramat beragam dan kompleks.


Baca juga 5 Alasan Para Perantau Memilih Putus Hubungan dengan Masa Lalu Hidupnya


Dengan merantau pemikiran-pemikiran baru serta carang pandang terhadap perbedaan menjadi lebih terbiasa. Dengan begitu, sikap bertoleransi juga semakin matang. Diimbuhi fanatisme dan egoisme kelompok enggak lagi melekat dalam diri. Sebab, memilih tetap "bangga" dan sombong pada komunitas sendiri malah berisiko tertinggal.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "7 Alasan Orang Desa Merantau ke Kota dan Luar Negeri"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*