Banjirembun.com - Kalau tidak gosip rasanya nggak enak. Itulah ungkapan yang disampaikan oleh penyuka gosip, ghibah, atau membicarakan hal negatif tentang individu tertentu. Di mana, umumnya kalangan penggosip berasal dari kaum hawa. Akibatnya, lumrah di kala tukang gosip dijuluki miss gosip.
Nah, bagaimana ketika pelaku gibah dan gosip itu merupakan kaum adam? Jawabannya, sebagian orang bakalan memandang pria "bermulut kompor" tersebut sudah kehilangan harga diri. Alasannya yaitu aura maskulin, kharisma, hingga wajah kebijaksanaannya menjadi berkurang.
Diperparah lagi tatkala aksi mengghibah itu dilakukan berkelompok, minimal bersama 2 orang perempuan. Kalau dilakukan sesama cowok, barangkali masih bisa diperdebatkan sebagai tindakan menjijikkan atau bukan. Apalagi tujuan membicarakan keburukan individu ternyata demi mencari solusi serta mengambil pelajaran darinya.
Kenapa ghibah, gosip, atau membicarakan individu tertentu digemari orang Indonesia? Inilah penjelasan lebih lanjut:
1. Banyak Waktu Luang dan Menganggur
Pengangguran yang bingung mau beraktivitas apa salah satu cara untuk menghabiskan waktu ialah bergosip. Sudah ditebak teman gibahnya juga orang menganggur. Alhasil, bagaikan kendi bertemu tutup sehingga klop sudah. Bukannya bercermin pada kekurangan diri karena tak punya kerjaan justru mencari-cari keburukan sesama.
2. Bahan Bicara Sesama Teman
Gosip merupakan salah satu dari sejumlah bahan pembicaraan yang enggak ada habisnya. Hal itu selaras dengan plesetan "Gosip, digosok makin sip". Bahkan, para pekerja kantoran pun tega korupsi waktu dengan cara mengghibah berjamaah. Ada saja topik bahasan dan sasaran yang bakal digibahkan.
Baca juga 6 Topik Pembicaraan, Bacaan, dan Tontonan yang Tak Bakal Kehabisan Bahan
3. Budaya Lisan Sudah Mengakar
Daripada menulis atau membaca, budaya masyarakat Indonesia lebih dominan bercerita atau mendengar. Terbilang banyak sekali cerita, kisah, dongeng, mitos, atau semacamnya yang menyebar luas dari lisan ke lisan. Nah, berhubung sudah terbiasa "bertutur" akhirnya lambat laun diselipkan tema yang berbau gosip.
4. Alat Perekat Komunitas dan Stabilitas Tatanan Sosial
Zaman dulu kutu rambut sering didapati pada banyak rakyat. Salah satu cara membasminya yaitu petan (mencari kutu secara manual pakai ujung jari). Sambil metani sungguh makin terasa nikmat saat dibarengi rasan-rasan (gosip). Lebih dari itu, dengan menyebarkan gosip dianggap sanggup jadi pencegah orang sekitar melakukan pelanggaran norma.
|
Ilustrasi bergosip untuk tujuan menjaga stabilitas sosial (Sumber gambar Pixabay) |
5. Ogah Berterus Terang
Kebiasaan orang Indonesia masih menjunjung nilai ketimuran. Mereka ogah berterus terang. Daripada pilih langsung "menusuk" tanpa basa-basi, mereka lebih pilih menyindir atau mengingatkan secara halus. Malahan, banyak yang memutuskan hanya dengan membicarakannya dari belakang.
Obrolan yang dianggap "berbahaya" dan berisiko tinggi membuat mereka enggan berani bertatap muka untuk jujur dengan individu yang jadi sasaran pembicaraan. Entah seperti itu disebut berjiwa pengecut atau tidak? Atau memang budaya basa-basi merupakan kearifan lokal yang harus terus dipertahankan.
6. Menghilangkan Kebahagiaan Seseorang
Ada banyak cara seseorang yang punya sifat iri, dengki, hasad, atau tidak senang melihat orang lain bahagia demi menjatuhkan orang yang tak disukai. Salah satu metode favorit yang diterapkan berupa menyebarkan gosip. Padahal, kesalahan atau keburukan yang diperbuat tak parah. Namun, lantaran "digoreng" berakibat seolah-olah itu sebagai perbuatan keji.
7. Kecanduan Gosip
Sesungguhnya, mayoritas manusia penghuni bumi ini pernah bergosip. Akan tetapi, terkait durasi (lama) dan urgensinya tentulah berbeda. Ada yang gibah dilakukan berjam-jam. Ada pula yang gosip diterapkan terkait tema-tema sepele yang tak penting sama sekali. Alih-alih memiliki tujuan jelas serta terukur, ternyata cuma disebabkan telah kecanduan gosip.
Pada kategori ini bukan sebuah hal berlebihan seorang pecandu gosip dikatakan tengah mengalami gangguan kesehatan mental. Masalah mental yang sedang diderita bukannya diselesaikan dengan benar, justru dimanipulasi dengan cara bertindak membicarakan kejelekan individu tertentu. Ibarat kata, menyelesaikan permasalahan dengan masalah baru.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "7 Alasan Orang Indonesia Suka Ghibah, Gosip, atau Membicarakan Individu Tertentu"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*