Banjirembun.com - Aneh. Itulah satu kata yang pantas dilontarkan bagi orang yang mengata-ngatain individu tertentu gila, tetapi masih mau merespon segala tingkah darinya. Kalau memang betul-betul menganggap dirinya manusia "normal" lalu kenapa sukarela menanggapi "serangan" mulut dari orang gila?
Jika mengaku otaknya waras, lantas menyebut orang tertentu gila maka tak perlu tanggapi segala hal dari individu yang dianggap tak punya akal sehat tersebut. Sebab, semestinya seseorang yang gila harus dihindari dan dibiarkan saja. Tak usah urusi "dunia" mereka yang absurd (tak jelas).
Hal terpenting yaitu orang gilanya tidak merusak fisik bangunan maupun mengancam keselamatan. Mau omongannnya seperti gonggonan anjing atau tajam layaknya gigi hewan najis tak perlu dirisaukan. Maklumi saja, toh namanya juga orang gila. Tak layak disejajarkan dan disandingkan.
Ulahnya mau bagaimana pun jangan diambil hati. Tersulut emosi maupun baper pada tingkah serta omongan orang gila, sama artinya "mengakui" bahwa orang tersebut tidak gila. Sebaliknya kalau pun pilih jengkel dan kesal terhadap orang gila, ujung-ujungnya berisiko ikutan "terseret" ketularan edan alias gendeng.
Nah, ketika tetap saja mengikuti atau terpancing alur dari aksi orang gila, berarti sejatinya yang patut disebut gangguan jiwa adalah pihak yang mengaku waras tetapi "tergoda" melawan. Alasannya, terkadang orang gila memang suka cari masalah dan "perhatian" agar direspon oleh orang waras.
Tetaplah waras dan lakukan hal-hal yang menjadi ciri-ciri dari manusia sejati (paripurna). Bedakan diri, enggak boleh menyamai sikap dan tutur katanya dengan manusia yang "tak utuh". Serta, tentunya jangan kumpul dan bergaul dengan orang gila. Dampaknya, membuat diri tertular penyakit "anjing gila".
|
Ilustrasi orang waras yang tidak tertular gila (sumber gambar koleksi pribadi) |
Tidak boleh sekali-kali lengah atau meremehkan orang gila. Kadang, mereka bisa menyusup berpura-pura menjadi waras. Padahal, otaknya sudah rusak. Berhubung tampilan dan ucapannya "terjaga", bikin sisi ketidakwarasannya sulit terdeteksi. Nahasnya, orang gila itu pintar membangun "opini" khalayak.
Pada akhirnya, banyak orang yang termakan dan terpengaruh oleh ucapan dari si manusia gila. Sudah tertebak, terjadilah wabah gila berjamaah. Bayangkan, hanya dari "gonggonan" satu orang gila siapapun bisa berpotensi jadi tertular gila sehingga ikut-ikutan membenci orang waras tertentu.
Kalau benar-benar mengaku waras tak perlu gundah ketika ada orang gila menabuh kendang. Anggap saja tabuhan darinya itu sebagai komedi, lawakan, dan hiburan. Ingat, tak perlu ditanggapi aksinya. Namun, boleh saja "geli" dan jijik sehingga ingin muntah saat melihat ulahnya. Andaipun tertawa cukup di dalam hati.
Dilarang keras menari-nari di atas tabuhan gendang yang dipukul oleh orang yang punya penyakit hilang waras. Bagaimanapun, menanggapi ocehan dan perilaku orang gila berarti patut dipertanyakan kewarasannya. Jaga keteguhan hati demi mempertahankan kewarasan.
Baca juga 5 Penyebab Individu Mudah Terpancing Mau "Menari di Atas Tabuhan Gendang Orang Lain"
Tetap waraslah meski sedang berhadapan dengan orang gila. Kalau tidak mampu "bertahan" berdekatan dengan mereka, sebaiknya ditinggalkan saja. Berkumpullah dengan manusia waras yang paham dan mengerti tentang peradaban manusia berbudi luhur. Gampang kan?
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Mengaku Waras Tetapi Mau Tanggapi Tingkah Orang Gila di Sekitar, Berarti Patut Dipertanyakan Kewarasannya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*