Banjirembun.com - Sebagian masyarakat Indonesia, terutama kalangan awam generasi lama, teramat begitu mudah tertipu oleh kepalsuan teknologi. Parahnya, mereka lebih percaya apa-apa yang berada di dalam handphone (tulisan, gambar, suara, hingga video) ketimbang buku bacaan yang pernah dipelajari di sekolah dulu.
Barangkali, fenomena ganjil di atas memang patut dimaklumi. Salah satu alasannya, lantaran peralihan peradaban dari sistem manual menuju digitalisasi sedang berlangsung. Di mana, golongan dewasa yang terbilang masih baru dalam menguasai smartphone mengalami euforia (tak terkendali).
Jangankan menyadari tentang adanya aplikasi "pembohong" yang memanipulasi data atau informasi tertentu, guna membedakan mana kabar hoaks serta kabar benar secara akurat di medsos saja belum terampil. Intinya sebagian masyarakat, agar bisa diajak berpikir berat sedikit saja untuk kritis dan tercerahkan belum "mampu".
Bagi beberapa pengguna media sosial barangkali terkesima, ada akun aneh yang bukan dimiliki orang populer, tiba-tiba muncul di beranda. Makin lucunya yaitu postingan dari akun tersebut memiliki likes (suka) dan komentar membludak. Adapun video yang diupload juga memperoleh views (jumlah tonton) besar.
|
Ilustrasi likes banyak di media sosial tetapi hasil manipulasi (sumber gambar dari Pixabay) |
Perlu diketahui saja sangat dimungkinkan platform atau pengelola aplikasi media sosial khusus unggah video maupun jenis medsos lain memang sengaja memanipulasi jumlah views, likes, dan komentar. Tujuannya supaya para pengguna aplikasi tersebut menganggap aplikasi yang sedang dipakai ramai penggunanya.
Alasan selanjutnya ialah pemilik akun tersebut telah membayar kepada pengelola aplikasi pengunggah video. Imbal balik pun terjadi. Selain dengan cara merekomendasikan terus-menerus video yang diposting kepada para sejumlah penonton, pengelola aplikasi juga bakal menambah jumlah "pengikut" secara otomatis.
Lebih detailnya, keterangan apapun di dalam media sosial sangat dimungkinkan itu berpeluang palsu. Pemberi likes dan komentar bukan manusia asli. Melainkan sistem robot (perangkat lunak). Kalaupun yang melakukan manusia, ternyata jumlahnya sangat sedikit. Maksudnya, satu individu bisa memiliki ribuan akun untuk memanipulasi informasi.
Selain jumlah viewer (penonton) yang banyak, jumlah likes yang fantastis ikut pula menjadi daya tarik tersendiri. Begitu pula komentar oleh akun palsu, enggak kalah bikin pengguna medsos terperdaya. Dikira yang berkomentar adalah manusia asli yang diterapkan secara alami. Nyatanya, itu cuma sebuah skenario busuk untuk meramaikan konten.
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Manipulasi Jumlah Views, Likes, dan Komentar Palsu di Media Sosial"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*