Banjirembun.com - Setiap manusia pasti punya harapan serta memiliki standarisasi sendiri saat menilai sesuatu. Begitu pula dalam memandang sebuah rancangan atau program yang telah dibuat. Di mana, ada kalanya amat tergesa-gesa lantaran sedang "birahi" ingin buru-buru menikmati hasilnya. Yakni, mendambakan semua harus beres sesuai dengan angan-angan.
Sayangnya, terkadang idealisme seseorang dalam mempersiapkan sesuatu cenderung terlalu tinggi sehingga bersifat perfeksionis. Parahnya, juga ditambahi dengan harapan berlebihan bahwa segala yang direncanakan dan diinginkan wajib segera berhasil. Tak boleh ada jeda waktu atau terdapat penundaan dalam mencapai kesuksesan.
Padahal, fakta menyakitkan yang kerap ditemukan di kondisi lapangan karena tak sesuai ekspektasi, sebenarnya itu masih bisa dimaklumi. Maksudnya, umpama enggak berhasil di hari itu juga sejatinya lebih bijak bersabar dulu. Sebaiknya, adakan evaluasi dan perbaikan atas rencana yang ada. Barangkali, memang dijumpai bahwa harapan tersebut tak realistis.
Selain buru-buru serta terlalu "percaya diri", penyebab lain yang tak boleh dientengkan adalah kurangnya informasi atau data. Dampaknya, apa yang telah diperjuangkan atau dikorbankan enggak sesuai dengan hasil yang diterima. Artinya, mengeluarkan sumber daya secara tak terkontrol (tanpa perhitungan matang) dengan harapan rencana segera berhasil.
Mesti diakui bahwa enggak semua kepribadian perfeksionis adalah hal yang buruk. Sebagian darinya justru mendatangkan kebaikan bagi perkembangan hidup dan kesehatan jiwa. Lantaran patokan standar yang ditetapkan terarah dan terkendali sehingga teliti dan gigih saat menghadapi masalah. Alhasil, tatkala ada kegagalan reaksinya tidak berlebihan.
Alih-alih mendatangkan kebahagiaan, kesempurnaan terkadang menghadirkan kebosanan dan tersiksa. Barangkali, orang awalnya tampak biasa-biasa saja malah cenderung dapat dinikmati. Namun, lambat laun akhirnya muncullah bencana. Baik itu berupa gangguan kesehatan fisik (terserang penyakit atau mudah sakit-sakitan) hingga kena masalah mental.
Penyakit badan dan rohani yang berisiko diderita oleh kaum perfeksionis akut meliputi stress, depresi, kesepian, frustasi, pemarah, tak sabaran, insomnia, gangguan makan, sakit perut, autoimun, dan lain-lain. Parahnya, saking menjadi beban hidup, orang yang ingin tampil sempurna di waktu gagal akan cenderung melakukan bunuh diri.
Baca juga Perbedaan Kesendirian dan Kesepian
Boleh dikatakan bahwa perilaku perfeksionis merupakan candu di dalam jiwa. Ketika individu sudah punya sifat tersebut terlalu kuat dan lama, berisiko sangat sulit untuk dihilangkan. Bahkan, oleh orang tua maupun pasangan hidupnya sekalipun. Akibatnya, manusia yang berada di sekitarnya merasa terganggu oleh sikap tak wajar si perfeksionis.
Ilustrasi pria yang bersifat perfeksionis (sumber gambar dari Pixabay) |
Adapun efek negatif bagi si pelaku perfeksionis sendiri ialah ketakutan menghadapi penolakan. Sebab, baginya dia ingin tampil sempurna di hadapan banyak orang. Menurutnya satu atau dua orang saja yang mengakui dirasa masih kurang. Bahkan, dia juga terlalu banyak berharap pada kemampuan dan sikap positif dari orang lain yang bakal ditujukan padanya.
Saat orang lain berperilaku buruk, bukannya menyalahkan orang tersebut, yang terjadi menyalahkan diri sendiri. Menganggap diri sendiri memiliki kesalahan. Padahal, belum tentu seperti itu. Sebab, orang lain berperilaku buruk terkadang bukan karena keburukan dari sekitarnya. Melainkan, memang orang tersebut sejatinya yang "sampah".
Ketika terus dibiarkan, perfeksionis mengakibatkan menjadi manusia peragu (tidak yakin apa yang direncanakan dan dilakukan sudah sesuai belum). Lebih dari itu, dia akan terus terngiang-ngiang pada kesalahan di masa lalu. Ujung-ujungnya menjadi takut ketika suatu saat kelak melakukan kesalahan baru.
Lebih lanjut, bukannya bangkit dan termotivasi untuk keluar dari masalah akibat teramat prefeksionis nyatanya yang terjadi bikin patah arang, menunda-nunda pekerjaan, produktivitas menurun, hingga terlalu banyak berencana (angan-angan) muluk-muluk tanpa disertai kerja nyata.
Baca juga 5 Perbedaan Produktif dan Sibuk
Tiba saatnya, kehidupan ini sangat sulit untuk dinikmati. Baginya, kenikmatan baru muncul ketika "berhasil" mencapai sesuatu yang tentu itu menurut tolok ukurnya. Meski orang lain sudah mengapresiasi capaiannya, ternyata itu belum membuat dia puas.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Dampak Buruk Sifat Perfeksionis dan Terlalu Berharap Rencana Segera Berhasil"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*