Banjirembun.com - Pada tahun 2000-an penggunaan asbes sebagai atap rumah maupun kandang ternak sangat populer. Bukan cuma di Indonesia. Di luar negeri pun pemakaian asbes di zaman dulu amat sering jadi andalan. Intinya, ia sempat jadi bahan bangunan yang diunggulkan.
Ironisnya, fakta menunjukkan bahwa esbes berbahaya sekali. Bukan cuma faktor keamanan lantaran ringkih, tetapi juga berisiko bagi kesehatan tubuh. Terutama bagi para tukang dan kuli yang sedang membangun dengan salah satu materialnya terbuat dari asbes.
Beberapa data memaparkan angka kematian yang berhubungan langsung dengan asbes di lingkup global lebih dari 255.000 jiwa setiap tahunnya. Jumlah itu tentu teramat mengejutkan. Tak heran banyak sekali pemerintah maupun komunitas yang peduli mulai bergerak membatasi pemakaian asbes.
Penggunaan asbes untuk atap dipilih lantaran murah, bobot ringan, mudah serta cepat dalam pemasangannya, tahan panas, anti air, awet, non logam yang kokoh, dan tak mudah terbakar. Bisa dibilang, material atap terbuat dari asbes sangat digemari oleh konsumen yang ingin berhemat.
Sayangnya, asbes enggak teruraikan oleh alam saat diletakkan di tempat terbuka maupun dikubur di dalam tanah. Boleh dikatakan esbes salah satu jenis bahan bangunan yang tak ramah lingkungan. Layaknya plastik, berharga murah tetapi merusak kelestarian ekosistem di bumi.
Kelemahan asbes berikutnya yaitu desain atau model tak ada variasinya. Selain itu, atap asbes tertentu sangat mudah patah. Akibatnya, ketika proses pemasangan harus hati-hati. Apalagi dalam waktu pemakuan. Salah sedikit bisa mudah bocor air hujan.
Kendati tahan panas. Ternyata, asbes tidak mampu memantulkan panas matahari. Artinya, suhu panas dari atas atap akan "diteruskan" langsung oleh asbes ke bawahnya. Oleh sebab itu, guna menyejukkan ruangan disarankan bawah esbes dilapisi alumunium foil lantas ditutupi plafon berbahan non asbes.
Plafon berbahan non asbes (sumber gambar koleksi pribadi) |
Dari sekian penjelasan, alasan utama asbes sangat bahaya ialah menimbulkan masalah kesehatan badan. Termasuk kasus TBC juga ada yang ditengarai akibat paparan asbes. Gangguan fisik tersebut terjadi salah satu faktor terkuatnya karena debu alias partikel-partikel esbes yang terhirup manusia.
Paparan polusi asbes di atas dapat mendatangkan penyakit asbestosis. Yakni, penyakit paru-paru kronis yang ditimbulkan akibat terpapar serat asbes secara terus-menerus jangka lama. Nahasnya, gejala asbestosis baru muncul bertahun-tahun sesudah paparan asbes terjadi dalam jangka panjang.
Lebih lanjut, dampak buruk asbes terjadi secara bertahap. Malahan, dalam beberapa kasus asbestosis berujung komplikasi yang merenggut jiwa. Di mana, penyakit mematikan akibat terpapar asbes secara berlebihan meliputi kanker paru-paru, kanker ovarium, dan gagal jantung.
Gejala-gejala asbestos di antaranya batuk kering terus-menerus, sesak napas, suara siulan saat bernapas (mengi), nyeri dada atau bahu, berat badan turun (nafsu makan hilang), mudah capek, leher atau wajah membengkak, hingga jari atau kuku membengkak alias melebar.
Walau demikian dari sekian banyak efek terpaparnya asbes, ternyata asbes untuk atap masih kalah berbahaya (apalagi kondisinya masih layak dan baik) dibandingkan penggunaan asbes di pertambangan atau industri. Tentunya, para pekerja di pabrik asbes juga paling berisiko terkena penyakit asbestos.
Dapat dibayangkan, kerugian dari penggunaan asbes sangatlah besar ditinjau dari finansial maupun sosial masyarakat. Akibat polusi asbes yang berlebihan berdampak banyak manusia yang butuh biaya pengobatan, pensiun dini, produktivitas menurun, sampai meninggal dunia dengan cepat.
Perlu diketahui bahwa selain untuk atap ternyata penggunaan asbes juga diterapkan pada kampas rem kendaraan, pelapis kabel listrik, papan plafon, pipa gas yang terbuat dari semen disertai serat asbes, pakaian tahan panas untuk pekerja logam serta pemadam kebakaran, dan lain-lain.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Bahaya Asbes untuk Atap Rumah Maupun Kandang Ternak"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*