Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

5 Bahaya Menjadi Pribadi yang Terlalu Baik Sama Orang Lain

Banjirembun.com - Apapun itu yang berlebih-lebihan, meskipun awalnya sangat baik dan dibolehkan, dapat dipastikan merupakan hal yang buruk tatkala diterapkan. Di mana, sesuatu yang melebihi takaran alias dosis (overdosis) yang mulanya menyembuhkan dan memulihkan, justru ujungnya berdampak merugikan.


Menjadi pribadi yang baik memang kewajiban bagi setiap insan. Namun ketika terlalu baik sama orang lain, malah sebuah larangan yang harus dihindari. Asumsinya, janganlah menjadi lilin yang menerangi sekitarnya tetapi diri sendiri hancur tanpa sisa. Hal tersebut pantasnya disebut naif.


Guna menjadi manusia yang bermanfaat, bernilai, berakhlak baik, terhormat, tanggungjawab, atau berkarakter mulia lainnya bukan harus menjadi budak bagi orang lain. Artinya, enggak usah jadi keset yang mau diinjak-injak agar punya status sosial "baik" di mata masyarakat.


Baca juga Berhentilah Jadi Keset, Agar Hidup Tak Selamanya Diinjak


Bagi kalian yang berharap besar supaya diberi gelar oleh banyak orang sebagai "manusia baik" segeralah sadar dan berhenti mulai sekarang. Ketimbang menyesal yang berujung pada trauma mendalam. Lebih lengkapnya berikut ini bahaya menjadi pribadi yang terlalu baik sama orang lain:

Ilustrasi sedang waspada pada omongan orang lain sesudah sadar selama ini telah menjadi manusia terlalu baik (sumber foto koleksi pribadi)


1. Menimbulkan Depresi

Pada dasarnya berbuat baik adalah bentuk kepedulian, simpati, empati, rasa kasih sayang, dan wujud nyata ketaatan dalam beragama. Malahan boleh dikatakan berbuat baik (altruisme) ialah kebutuhan psikologis. Maksudnya, dengan berbuat baik bikin pelakunya menjadi makin bahagia.


Baca juga Menemukan Kebahagiaan dan Hiburan Hati di Majelis Taklim Melalui Altruisme


Sayangnya, kembali lagi pada prolog artikel ini bahwa apapun yang berlebihan dapat berisiko negatif. Alih-alih bikin bahagia, perilaku baik yang melebihi kewajaran berpotensi menimbulkan depresi. Minimal mengalami gangguan suasana hati yang buruk. 


Salah satu penyebabnya yaitu stress, lantaran kecewa pada seseorang yang telah diberi perlakukan baik. Bukannya tahu terima kasih, faktanya bertambah ngelunjak. Dikasih hati minta empedu. Teman sampah (toxic) seperti itu, jika tetap dipertahankan maka kesehatan mental menjadi terganggu.


2. Tidak Punya Privasi

Orang yang terlalu baik umumnya tidak mempunyai privasi. Segala apa yang ada pada dirinya untuk disembunyikan dan ditutupi telah dirampas oleh pihak lain. Alih-alih tetap terjaga aman, nyatanya privasinya sudah dikorek dan diketahui banyak orang. Jangankan isi dompet, warna CD saja diketahui.


Di kala mereka tahu hampir semua privasi kalian, atau lebih parahnya mampu menguasai mental kalian, membuat mereka berani memanfaatkan kalian dari segala sisi. Sebut saja meliputi mengeruk uang, tenaga, pemikiran (ide atau gagasan), potensi, mencuri peluang, atau bentuk lainnya yang kalian punyai.


Kalian bakal dijadikan sasaran oleh mereka untuk minta tolong. Bahkan, untuk masalah sepele atau remeh temeh sekalipun sedikit-sedikit minta tolong. Padahal, sejatinya dia mampu melakukan sendiri tanpa perlu memohon bantuan. Andai hal itu kalian turuti, semakin membuat mereka meraja lela.


3. Kehilangan Harga Diri

Individu yang terlalu baik pada orang lain biasanya cenderung melindungi, menyelamatkan, dan membenarkan apa-apa yang berasal dari mereka. Kendati ada salah pada mereka akan begitu gampang dimaafkan dan mewajarkannya. Sebaliknya, rela meminta maaf pada mereka. Serta, pilih menyalahkan dan mengkritik diri sendiri. 


Nyatanya, mereka sebenarnya yang salah dan yang harus dibenahi perilakunya. Lebih tegasnya, mereka layak untuk dibuang jauh-jauh dari kehidupan. Nah, berhubung mimik muka dan kata-katanya "indah" membuat orang yang berhati baik mudah tertipu. Intinya, lepaskan saja mereka daripada kehilangan muka.


Pribadi yang terlalu baik akan memperoleh cap sebagai individu yang tak punya harga diri. Alasannya, enggak punya pendirian kuat sehingga sungguh mudah "dibeli" atau "dimiliki" oleh orang lain. Terkadang pula dianggap bodoh (mudah diakali, ditipu, atau dibodohi) serta pengecut alias penakut.


4. Dicap Tak Kreatif

Orang yang punya inisiatif, kreatif, inovatif, tidak kolot (fanatik), hingga punya alternatif-alternatif pilihan yang luas dijamin tidak akan mudah dikibuli oleh orang lain. Sebab, menurut orang yang cerdas yang berciri-ciri itu semua untuk menjadi pribadi yang baik enggak melulu mesti "menghamba" pada manusia.


Kalian yang berjiwa kreatif tidak menggantungkan nasib atau keberhasilan mencapai sesuatu terhadap siapa saja. Kalian lebih percaya pada kemampuan diri sendiri ketimbang mengandalkan bantuan, perhatian, permakluman, kemurahan hati, atau keringanan tangan dari orang lain.

 

Orang yang kreatif selalu punya solusi di setiap masalah yang dihadapi. Entah itu ditemukan secara cepat atau lambat. Sekali saja dibohongi, direndahkan, atau dihina oleh seseorang yang diberi kesempatan (kebaikan) langsung pilih membuangnya ke tong biar dikerubuti oleh lalat.


Sikap kreatif tidak membuat cara pandang menjadi sempit. Saat mengetahui orang yang "dibaiki" sudah berkhianat dan merugikan, seketika mencari pandangan lain. Begitu giat dan semangat dalam memperoleh pengganti yang enggak kalah unggul dari seseorang yang "tak tahu terima kasih" tersebut. 


5. Mudah Termakan Rayuan dan Pancingan Omongan Orang Lain

Berprasangka baik pada manusia memanglah perbuatan baik. Akan tetapi, terlalu percaya dan banyak berharap kepada manusia merupakan hal yang konyol. Mula-mula barangkali mereka tanpa niat buruk. Nahasnya di waktu ada kesempatan, niat jahat tiba-tiba muncul. Salah satunya dengan merayu untuk "mengeruk".


Terkait poin kelima ini silakan baca 3 Penyebab Seseorang Termakan Rayuan dan Pancingan Omongan Manusia Busuk


Itulah sejumlah dampak negatif menjadi orang yang terlalu baik. Setelah membaca tulisan ini diharapkan kalian menjadi lebih bijaksana. Jangan lupa, pastikan dulu sejauh mana batas atau standar kebaikan yang berlaku pada norma-norma adat serta kebiasaan di masyarakat sekitar. 


Harapannya, siapa saja yang membaca artikel ini mampu menemukan dan menilai diri sendiri apakah termasuk pribadi sudah baik atau terlalu baik.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Bahaya Menjadi Pribadi yang Terlalu Baik Sama Orang Lain"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*