Banjirembun.com - Orang dewasa yang menangis bagi sebagian pihak dianggap tabu, memalukan, dan "menjijikkan". Alasan mereka ialah tangisan menggambarkan tentang jiwa yang pengecut, penakut, cengeng, putus asa, kesepian, atau yang semacamnya. Intinya, pantang meneteskan air mata ke pipi.
Lebih lanjut, sebagian manusia menganggap bahwa menangis merupakan simbol kelemahan. Padahal, individu yang tengah menangis bukan cuma menandakan (bermakna) sedang sedih maupun frustasi. Sebab, masih banyak penyebab mengapa tangisan tersebut sanggup muncul.
Seorang yang bahagia pun bisa menangis. Buktinya ketika mendapat hadiah atau anugerah secara mendadak, bikin keluar air mata tiba-tiba. Begitu pula orang yang sedang beribadah atau berdoa, terkadang juga sesenggukan bermanja-manja pada Maha Pencipta.
Baca juga Bagusan Mana Antara Menangis atau Pilih Tertawa untuk Terapi Jiwa?
Lantas, kenapa ada orang dewasa yang pilih untuk tak pernah menangis? Berikut ini penjelasannya:
1. Menangis Secara Sembunyi-sembunyi
Sebenarnya sangat banyak pria dewasa di bumi ini yang menangis. Bukan cuma lantaran frustasi, sedih, menderita, sedang berdoa, atau mentalnya lagi terguncang. Misalnya disebabkan keluarga dekatnya meninggal dunia. Melainkan tangisan kebahagiaan nyatanya juga ikut disembunyikan.
|
Pria dewasa sedang menangis (sumber gambar Pixabay) |
Bagi kalangan tertentu, apapun itu alasannya, sebuah tangisan tidak boleh dilihat alias ditampakkan pada publik. Wajib disembunyikan. Kalaupun ada yang memandanginya, itu hanya orang-orang paling dekat. Artinya, menurut mereka menangis boleh saja asalkan jangan dipertontonkan.
Ngomong-ngomong, siapa yang pernah menangis saat berkendara di mobil maupun di waktu bersepeda motor memakai helm tertutup rapat?
2. Sudah Dilampiaskan dalam Bentuk Lain
Pelampiasan seseorang ketika lagi banyak pikiran, stress, atau depresi sangat banyak. Alih-alih melalui langkah "terapi menangis", justru hal yang dilakukan sebagai kompensasi adalah mabuk miras, narkoba, main perempuan, judi, dan perbuatan buruk lainnya.
Masih mending tatkala cara yang dilakukan demi meredam gejolak jiwa yaitu lewat candaan bersama teman, tertawa menonton video, nongkrong bareng, hingga berwisata. Tentu itu semua butuh pengorbanan yang lebih bukan? Selain berkorban waktu, terkadang juga tenaga dan uang.
3. Tak Ada Kesempatan dan Tempat
Guna dapat menangis dengan jenak dan tuntas, diperlukan tempat yang tenang atau sepi. Tentu, suasana sekitar serta keadaan hati yang sedang syahdu ikut mendukung keberhasilan dalam upaya menangis dengan leluasa. Sebab, bagi beberapa orang sebuah tangisan sangat sulit dilakukan.
Selain tempat, masih dibutuhkan kesempatan yang tepat. Lokasi yang mumpuni belum cukup untuk gampang menangis saat kesempatan tak ada. Misalnya, masih banyak hal terkait kewajiban dan tanggung jawab yang enggak membebani karena kategorinya masih ringan yang butuh dikerjakan segera.
4. Malu Sama Anak-anak
Terbiasa tegas kepada anak-anak, berisiko sangat sulit untuk menunjukkan tangisan pada mereka. Sebaliknya, di kala selalu berperilaku lembut dan penyayang pada anak kecil berakibat mudah menyentuh hati mereka. Nah, saat orang dewasa tengah menangis bakal bikin anak kecil makin tersentuh.
Orang yang tak ingin menunjukkan tangisan pada anak-anak, barangkali agar tetap disegani dan tampak berwibawa. Tujuan lebih mulianya, hendak ingin memberi contoh pada anak-anak harus tegar dalam menghadapi kehidupan. Apapun masalah yang menghadang, bukan dengan dihadapi dengan tangisan.
5. Memiliki Keluarga yang "Lumrah"
Lumrahnya atau normalnya sebuah keluarga pasti menaungi, melindungi, mengayomi, mengarahkan jalan hidup sesuai kemampuan, menjaga harga diri, hingga menyimpan aib. Oleh sebab itu, amat wajar tatkala mental individu yang punya kerabat seperti itu tetap terjaga kejiwaannya sehingga begitu "sulit" untuk sekadar menangis.
Bagaimana tidak, di kala masalah menghujam deras bertubi-tubi keluarganya mendekap erat. Walau mereka enggak memberikan solusi apapun, baik itu berupa pemikiran maupun fisik, sangat cukup guna membentengi hati dari kesedihan yang merana. Tak usah didebatkan lagi bahwa "dekapan" keluarga apalagi orang tua adalah segalanya.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Alasan Orang Dewasa Pilih untuk Tak Pernah Menangis"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*