Banjirembun.com - Salah satu kejadian dalam perang Hunain yang mampu menjadi bahan pelajaran yaitu tentang pembagian ghanimah (harta rampasan peperangan) oleh Rasulullah. Di mana, ghanimah tersebut dibagikan pada kaum Muhajirin dan diberikan kepada tawanan perang yang dibebaskan lantaran rela memeluk Islam tanpa paksaan.
Adapun, kaum Anshor yang merasa berjasa paling besar pada baginda Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasallam tidak mendapatkan secuil pun bagian dari ghanimah. Alhasil, sebagian dari golongan Anshor marah. Bahkan, mengeluarkan ucapan yang enggak pantas ditujukan pada Rasulullah.
Setelah beliau tahu tentang kabar di atas, seketika beliau mengumpulkan seluruh sahabat Anshor. Lantas beliau bersabda:
Baca juga Sahabat Akhirat Dijamin Lebih Membahagiakan Ketimbang Teman di Dunia
يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ، مَا حَدِيثٌ بَلَغَنِي عَنْكُمْ؟ فَسَكَتُوا، فَقَالَ: يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ، أَمَا تَرْضَوْنَ أَنْ يَذْهَبَ النَّاسُ بِالدُّنْيَا وَتَذْهَبُونَ بِمُحَمَّدٍ تَحُوزُونَهُ إِلَى بُيُوتِكُمْ؟ قَالُوا: بَلَى، يَا رَسُولَ اللهِ، رَضِينَا، قَالَ: فَقَالَ: لَوْ سَلَكَ النَّاسُ وَادِيًا، وَسَلَكَتْ الْأَنْصَارُ شِعْبًا، لَأَخَذْتُ شِعْبَ الْأَنْصَارِ
Wahai kaum Anshar! Pembicaraan apa ini yang sampai kepadaku dari kalian?! Kaum Anshar terdiam (tidak mampu menjawab). Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya, “Wahai kaum Anshar! Apakah kalian tidak rela orang-orang itu pergi dengan membawa dunia sementara kalian pulang membawa serta nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke rumah-rumah kalian?” Mereka menjawab, “Tentu kami rela, wahai Rasûlullâh!” Perawi mengatakan, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia menempuh satu lembah sementara kaum Anshar menempuh syi’b (jalan atau celah diantara dua pegunungan), maka pasti saya akan mengikuti jalan yang ditempuh kaum Anshar.”[2]
Dalam riwayat lain, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلَا تَرْضَوْنَ أَنْ يَذْهَبَ النَّاسُ بِالشَّاءِ وَالْإِبِلِ، وَتَذْهَبُونَ بِرَسُولِ اللهِ إِلَى رِحَالِكُمْ؟ الْأَنْصَارُ شِعَارٌ وَالنَّاسُ دِثَارٌ، وَلَوْلَا الْهِجْرَةُ لَكُنْتُ امْرَأً مِنَ الْأَنْصَارِ،
Apakah kalian tidak rela orang-orang itu pergi dengan membawa kambing dan unta sementara kalian pergi dengan membawa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke rumah kalian? (Bagiku) kaum Anshar itu ibarat pakaian yang menempel di badan sementara orang-orang itu ibarat selimut. Seandainya bukan karena hijrah, tentu aku termasuk kaum Anshar.
Penjelasan tentang kebijaksanaan beliau dalam pembagian ghanimah berikutnya ialah:
إِنِّي أُعْطِي قَوْمًا أَخَافُ ظَلَعَهُمْ وَجَزَعَهُمْ وَأَكِلُ أَقْوَامًا إِلَى مَا جَعَلَ اللَّهُ فِي قُلُوبِهِمْ مِنْ الْخَيْرِ وَالْغِنَى
Sesungguhnya aku memberikan ghanimah kepada kaum (orang-orang) yang saya khawatirkan hati mereka akan gelisah dan resah serta tidak memberikan sesuatu kepada orang-orang yang Allâh anugerahi kebaikan dan perasaan berkecukupan di hati mereka[3]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
إِنِّي أُعْطِي رِجَالًا حَدِيثٌ عَهْدُهُمْ بِكُفْرٍ
Sesungguhnya aku memberikannya kepada orang-orang yang baru meninggalkan kekufuran[4]
Pemaparan alasan di atas oleh Rasulullah membuat kaum Anshor tersadar. Mereka langsung meneteskan air mata begitu derasnya sehingga membasahi jenggot. Kemudian golongan Anshor menyampaikan:
رَضِينَا بِرَسُولِ اللَّهِ قَسْمًا وَحَظًّا
Kami rela Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi bagian kami.
Dari semua hadits di atas dapat dipetik hikmah bahwa mendapatkan dunia beserta isinya (termasuk salah satunya harta rampasan perang) bukan menjadi tolok ukur bahwa orang itu "berstatus" sahabat terdekat Nabi Muhammad. Justru walau tak mendapatkan limpahan harta, nyatanya "mendapatkan" Rasulullah.
Ketika Rasulullah merasa dekat kepada sahabatnya, terkadang bukannya "memanjakkan" mereka. Sebaliknya, mempercayai kekokohan iman mereka. Di mana, mereka bakal mau mengorbankan dunia beserta isinya supaya tetap bisa berdampingan bersama beliau. Artinya, lebih pilih Nabi ketimbang ghanimah.
Pilih Allah Subhanahu Wa Ta'ala atau Dunia Beserta Isinya?
Pertanyaan berupa "Pilih Allah Subhanahu Wa Ta'ala atau dunia beserta isinya?" sama saja maknanya dengan bertanya "Pilih dunia atau akhirat?". Tentunya, mustahil bagi orang yang punya tauhid lurus bakal menjawab "Akan menyeimbangkan keduanya". Sebab, dua hal tersebut tidak setara dan tak boleh disamakan
Kehidupan akhirat tidak hanya satu juta tahun, satu miliar tahun, dan satu triliun tahun. Melainkan abadi alias selama-lamanya tanpa berhenti. Sungguh, tidak sebanding dengan kehidupan dunia yang nilainya tak lebih dari sebuah permainan dan senda gurau.
Baca juga 5 Bukti Tak Terbantah Hidup di Dunia ini Permainan dan Senda Gurau Belaka
Lalu tetapkah masih memutuskan memilih dunia beserta isinya daripada Allah Yang Maha Agung? Kalau memang memilih Dia Yang Maha Penyayang, mengapa marah saat harapan tak sesuai kenyataan? Kenapa menyesali kehidupan di masa lalu yang sudah ditetapkan oleh-Nya?
Video ilustrasi seseorang menetaskan air mata karena telah sadar bahwa memilih Allah dan Rasul-Nya jauh lebih baik daripada dunia beserta isinya
Boleh jadi seseorang kehilangan dunia beserta isinya yang telah lama diharapkan, malah itu merupakan tanda dia mendapatkan kasih sayang dari-Nya. Sekali lagi ditanyakan, "Masih pilih dunia beserta isinya atau memilih kasih sayang Allah Subhanahu wa ta'ala?"
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Pilih Allah dan Rasul-Nya atau Dunia Beserta Isinya?"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*